Hotel Le Grandeur Mangga Dua adalah sebuah hotel yang saat ini tidak beroperasi di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara/Pusat. Lokasinya secara administratif di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Ia merupakan lanjutan dari pengembangan kawasan perdagangan Mangga Dua – sebuah bekas pemakaman – oleh Duta Pertiwi sejak 1987an. Hotel tersebut dirancang oleh arsitek asal Amerika bernama Laurence Lee Associates dari Los Angeles, dibantu oleh perancang lokal Paraga Arta Mida.
Sejarahnya diawali sejak awal Mei 1991 saat Duta Pertiwi sudah merencanakan membangun hotel. Saat itu, Grup Sinar Mas meneken kerjasama dengan jaringan hotel Thailand Dusit Thani untuk mengoperasikan hotel-hotel milik mereka. Hotel Dusit yang beroperasi di Indonesia hanya ada dua, satunya lagi di Balikpapan yang juga milik Sinar Mas yang dahulu dibuka di tahun 1994. Pra-perencanaan, hotel ini bernama Hotel Citra Mangga Dua.
Hotel berlantai 16 ini dibangun oleh pemborong swasta Jaya Konstruksi mulai Mei 1994 dan selesai dibangun pada sekitar 1996, soft opening pada Maret 1996 dan dikabarkan dibuka pada Juni 1996 (SGPC masih mencari berita terkait untuk grand opening hotel Dusit Mangga Dua) sebagai Dusit Mangga Dua hingga 1 April 2006, saat nama jaringan hotel Thailand tersebut dipensiunkan dan diperkenalkan nama lokalnya “Le Grandeur”. Pembangunan hotel Dusit kedua (pertama di Balikpapan) ini menghabiskan biaya Rp 70 milyar (nilai 1996).
Hotel yang di masa jayanya masih menjadi langganan wisatawan negara-negara Asia ini, sempat disorot karena kejadian yang receh. Pada 27 Juni 2017, sebuah bajaj yang diborong tamu di depan lobi diusir oleh satpam hotel, yang viral melalui akun Facebook milik tamu hotel yang memborong bajaj yang diusir tersebut. Pihak hotel membenarkan larangan tersebut atas dasar etika dan hormat pada pengguna jasa perhotelan.
Beroperasi selama 24 tahun, Le Grandeur tutup sejak 7 April 2020 setelah dua tahun sebelumnya menanggung kerugian, dan keadaan pandemi memkasa Duta Pertiwi mengambil keputusan pahit tersebut.
Walau jauh, Kota Tua punya andil dalam konsep arsitektur Le Grandeur Mangga Dua
Hotel Le Grandeur Mangga Dua memiliki 350 kamar yang terbagi menjadi 7 tipe kamar, fasilitas kolam renang dan ruang biliard, spa dan sauna, ruang bermain anak-anak hingga pusat kebugaran. Selain fasilitas tersebut, hotel Le Grandeur memiliki rumah makan L’avant dan dua lounge eksekutif. Dalam fasilitas MICE, hotel ini memiliki 8 ruang pertemuan dan 1 ballroom, dan menawarkan paket pernikahan.
Empat lantai terbawah, seluas 16.000 meter persegi, adalah pusat perbelanjaan Orion Mangga Dua, salah satu dari beberapa sentra komponen komputer dan makanan siap saji dan rumah makan murah meriah di Mangga Dua. SGPC sempat melihat sejenak isi mall ini sekitar 2016 lalu, walau lebih identik sebagai mallnya orang tech, nuansa klasiknya masih bertahan. Mall ini juga terhubung ke ITC Mangga Dua dan Mall Mangga Dua melalui jembatan layang.
Desain arsitektural yang dibawa Laurence Lee Associates kental dengan nuansa revivalisme klasik (atau dalam bahasa penulis blog, klasik plastik), karena menurut salah satu pejabat arsitek Paraga Arta Mida Margaretha Agustina – yang diwawancara Majalah Konstruksi (no. 223, terbit Maret 1996), “lokasi tapak yang berdekatan dengan Jakarta Lama yang dominan dengan arsitektur kolonial”.
Jarak Le Grandeur dan Kota Lama sekitar 1,5 kilometer dan dominasi gedung era modernisme di sekitar (termasuk gedung Eka Jiwa yang juga rancangan Laurence Lee), mematahkan argumen Margaretha. Mungkin desain arsitektur klasik yang diusung untuk Le Grandeur lebih mencirikan estetika hotel sendiri sebagai hotel kelas atas.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Nama lama | Hotel Dusit Mangga Dua |
Alamat | Jalan Mangga Dua Raya Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Laurence Lee Associates (arsitektur, interior dan grafis) Praga Arta Mida (architect of record) |
Pemborong | Jaya Konstruksi |
Lama pembangunan | Mei 1994 – Maret 1996 |
Dibuka | Maret 1996 |
Ditutup | 7 April 2020 |
Jumlah lantai | 16 lantai |
Jumlah kamar | 350 |
Biaya pembangunan | Rp 70 milyar (1996) Rp 535 milyar (inflasi 2019) |
Referensi
- Dwi Ratih; Djati Retnowati, Saptiwi (1996). “Hotel Dusit Mangga Dua, dengan fasada bergaya kolonial”. Majalah Konstruksi No. 223, Maret 1996.
- Website resmi Laurence Lee Associates.
- “Hotel Dusit Mangga Dua Ganti Nama“. Tempo.co, 30 Maret 2006. (arsip)
- Elza Astari Rd; Danu Damarjati (2017). “Ini Dasar Hotel Le Grandeur Mangga Dua Larang Bajaj Sampai ke Lobi.” Detikcom, 2 Juli 2017.
- Danu Damarjati (2017). “Bajaj Dilarang Sampai ke Lobi, Tamu Hotel di Mangga Dua Protes“. Detikcom, 2 Juli 2017.
- ys/nat (1991). “Sinar Mas Group akan bangun hotel, investasi mencapai US$70 juta”. Bisnis Indonesia, 11 Mei 1991, hal. 4
- Ferry Firdaus (1992). “Bersaing di Lahan Sulit”. Warta Ekonomi, 11 Mei 1992, hal. 37
- jk (1996). “Hotel Dusit Hadir di ‘Sorga’ Perbelanjaan Asia”. Media Indonesia, 13 Februari 1996
- Pandu Gumilar (2020). “Bumi Serpong Damai Tutup 2 Hotel, Kenapa Ya?” Bisnis Indonesia, 7 April 2020. Diakses 29 Mei 2021 (arsip)
Tinggalkan Balasan