Berlapis biru, indah, sayang seribu sayang mahkotanya simsalabim. Itulah Menara Imperium yang direncanakan pengembang Pacific Metro Realty, dirancang oleh tim arsitek Arc-Pac alias Architects Pacific dan mitra lokalnya Arkipuri Mitra, dan dibangun oleh Total Bangun Persada mulai 3 Agustus 1993 dan selesai dibangun pada medio Desember 1995 lalu. Diperkirakan gedung ini diresmikan pada Maret 1996, penulis masih mencari sumber sahihnya.
Beberapa tahun kemudian gedung berketinggian 134 meter ini (157 meter bila ditambah spire) kehilangan mahkota ikoniknya yang ditengarai dicopot sejak 2012, sehingga memicu sengketa hukum antara pihak pengelola, yaitu Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun Menara Imperium (PPPMI), dengan tenant yang dituding memerintahkan pencopotan mahkota Menara Imperium beserta penambahan-penambahan lainnya, yakni Grup Samuel, pada Juli 2017. Penambahan “ilegal” tersebut termasuk penambahan lantai 37, pengalihfungsian gondola lift menjadi tong air, penyertaan lapangan futsal dan lantai P3 menjadi ruang kantor. Tetapi pihak yang tergugat, Grup Samuel, meminta gugatan tersebut dihentikan.
Arsitektur dan teknis
Menara Imperium yang memiliki luas lantai kotor sebesar 91 ribu meter persegi dan ruang bersih sebesar 51 ribu meter persegi ini dideskripsikan tidak dirancang sebagai gedung pembuka gerbang bagi kawasan Kuningan Persada yang sayang pengembangannya tidak dilanjutkan. Melainkan, kata arsitek Menara Imperium Stephen McKelvey dari Arc-Pac kepada Majalah Konstruksi, “massa empat persegi diekspersikan sebagai paku yang menancap ke bumi, dan terdapat massa melingkar”.
Desainnya yang melingkar bersifat memanjakan mata atau dalam bahasa Majalah Konstruksi “mengundang”. Kaca pada gedung bersifat fungsional belaka, agar mudah dibersihkan dan memiliki citra bersih dan gagah dengan formalitas yang ada.
Banyak yang bertanya, apa fungsi mahkota pada Menara Imperium? Menurut sumber yang sama, mahkota tersebut berfungsi sebagai peneduh bagi kaca di bawahnya. Sayangnya mahkota gedung ini ditengarai sudah dicopot sejak 2012.
Struktur yang digunakan dalam pembangunan gedung yang dulunya bernama Empire Tower ini adalah komposit, diklaim yang pertama di Indonesia. Material yang digunakan untuk struktur gedung tersebut berupa baja yang diberi beton dan baloknya dari baja, dan pelat lantainya memadukan dek logam (metal deck) dan beton. Hanya core dan lantai basementnya yang menggunakan konstruksi beton. Alasannya simpel, untuk memaksimalkan ruang kantor dengan memangkas lebar kolomnya tanpa mengurangi besar load gedung yang bisa ditampung. Pondasi berupa bored pile.
Pemasangan pucuk tertinggi gedung ini, antena setinggi ~30 meter dan berbobot 3500 kilogram, dipasang menggunakan helikopter.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Nama lama | Empire Tower |
Alamat | Jalan H.R. Rasuna Said No. 1 Kawasan Metropolitan Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | Architects Pacific Ltd. (arsitektur) Arkipuri Mitra (architect of record) Skilling Ward Magnusson Barkshire (struktur) Perkasa Carista Estetika (struktur) |
Pemborong | Total Bangun Persada |
Lama pembangunan | Agustus 1993 – Maret 1996 |
Jumlah lantai | 33 lantai kantor 9 lantai gedung parkir 2 basement |
Tinggi gedung | 134 meter (CTBUH) 157 meter (antena, sudah dicabut) |
Biaya pembangunan | USD 100 juta (1996) Rp 230,6 milyar (kurs 1996) Rp 1,8 triliun (inflasi 2020) |
Referensi
- Retnowati, Saptiwi Djati; Dwi Ratih (1996). “Menara Imperium, Gerbang Superblok Kuningan Persada”. Majalah Konstruksi No. 219, Januari 1996.
- Yuliardi, Supri (2017). “Kisruh Menara Imperium, Pemilik MSG/Samuel Group Digugat”. Warta Ekonomi Online, 24 Juli 2017.
- “Pengurus Menara Imperium Tak Ingin Konflik Berkepanjangan”. Vivanews, 24 Agustus 2017.
Tinggalkan Balasan