Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Gedung Sekretariat ASEAN (Sisimangaraja)

Gedung Sekretariat ASEAN – sesuai namanya – merupakan kantor sekretariat bagi lembaga multilateral negara-negara Asia Tenggara, yaitu Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yang berdiri di persimpangan Jalan Sisingamangaraja, Kyai Maja, Trunojoyo dan Panglima Polim atau yang dikenal dengan nama simpang CSW (Centraal Speciaalwerken) karena dulu disini berdiri bengkel alat-alat berat. Dirancang oleh maestro arsitektur modern Indonesia Soejoedi Wirjoatmodjo, gedung berlantai delapan ini sangat dikenal tak hanya sebagai pusat kekuatan diplomatik Indonesia, tetapi juga obyek wisata arsitektur nasional.

Sekretariat ASEAN
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Sejarah

Penentuan kantor pusat (1974-1978)

Association of Southeast Asian Nation dibentuk pada 8 Agustus 1967 melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok oleh 5 negara – Singapura, Malaysia, Muangthai (Thailand), Filipina dan tentu saja Indonesia. Saat ASEAN dibentuk, belum ada sekretariat tetap dan masih berupa “Standing committee” sampai pada 23 Februari 1976, dalam KTT ASEAN pertama di Bali, disepakati bahwa Sekretariat ASEAN berkedudukan di Jakarta.

Pemilihan lokasi Sekretariat ASEAN di Kebayoran sebenarnya sudah dicanangkan sejak 1974. Pada 2 Mei 1974, Menlu Adam Malik, kepada harian KOMPAS, menyinggung bahwa kantor Sekretariat ASEAN akan dibangun di Kebayoran, dan tanahnya sudah disiapkan. Namun rencana tersebut disaingi Filipina yang mengklaim menyiapkan sebidang lahan di Roxas Boulevard, Manila untuk Sekretariat ASEAN dan memberikan pembiayaan yang menarik berupa pembiayaan penuh Filipina selama dua tahun pertama.

Rencana tersebut sempat dibahas di rapat Menlu negara anggota ASEAN pada Mei 1974 di Hotel Borobudur, namun tidak menghasilkan apa-apa. Baru dengan disahkannya Sekretariat ASEAN dalam KTT ASEAN I 1976, rencana tandingan untuk membangun Sekretariat ASEAN di Roxas Boulevard gugur sudah.

Konstruksi (1976-1981)

Pada Juli 1976, pemerintah menggelontorkan dana awal Rp 2,8 milyar untuk pembangunan Sekretariat ASEAN, dengan biaya sendiri. Pembangunan dimulai pada April 1978.

Kantor proyek Gedung Sekretariat ASEAN sempat digarong maling, bersama dengan gedung Trisula Perwari di Menteng Raya, pada medio November 1979. Pencuri berhasil menggasak total 10 mesin tik, 4 mesin hitung, jam dan radio. 3 orang ditangkap polisi pada Desember 1979, dan sialnya beberapa barang curian itu sudah dibeli penadah sebelumnya.

Pembangunan Gedung Sekretariat ASEAN sempat terhambat akibat kebijakan 15 November 1978 (devaluasi) dan kenaikan harga minyak pada Mei 1980, sehingga melipatgandakan anggaran pembangunan antara Rp 5-6 milyar dari APBN, pembangunan tersebut rampung pada akhir 1980 dan dilaksanakan uji penerangan pada awal 1981. Taksiran nilai tersebut setara 123-147 milyar Rupiah nilai 2019.

Pemerintah Republik Indonesia menyerahkan gedung rancangan Gubah Laras tersebut pada Sekretariat ASEAN pada 6 Mei 1981. Tiga hari kemudian, Presiden Soeharto meresmikan operasional kantor Sekretariat ASEAN.


Iklan

Masih menggunakan alat berat zaman Hotel Indonesia

Desain Sekretariat ASEAN dirancang oleh tim arsitek Gubah Laras, dikepalai oleh Soejoedi Wiroatmodjo, pendiri firma arsitek paling ternama di Indonesia dan terkenal dengan rancangan beberapa gedung-gedung untuk Pemerintah RI seperti Gedung DPR/MPR dan Manggala Wanabhakti, gedung ini juga sedang dalam tahap konstruksi kala Sekretariat ASEAN selesai dibangun.

Desain yang diusung pada Gedung Sekretariat ASEAN, kata Soejoedi kepada Majalah Konstruksi pada 1980, membawa spirit keterbukaan dan mencerminkan sifat kerjasama antar negara-negara Asia Tenggara, kala itu baru beranggotakan 5 negara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand).  Selain memiliki sifat terbuka, Gedung Sekretariat ASEAN diharapkan menjadi sebuah monumen untuk bangsa-bangsa Asia Tenggara – hal ini juga digarisbawahi oleh pidato Presiden Soeharto saat peresmian Gedung Sekretariat ASEAN pada 9 Mei 1981:

…… melambangkan tekad yang tidak tergoyahkan dari 250 juta rakyat-rakyat kelima negara anggota ASEAN untuk bersatu padu. Dengan tampilnya gedung Sekretariat ini, maka tekad bersatu-padu tadi makin diperkokoh oleh sarana organisasi yang tangguh.

Presiden Soeharto, 9 Mei 1981

Tetapi, interpretasi arsitektur kontemporer Gedung Sekretariat ASEAN di tangan tim Gubahlaras dan Budi A. Sukada bergeser, yaitu kepada memahami konteks megah, lentur dan memahami keberadaan lokasi di pojok Jalan Sisingamangaraja/Trunojoyo. Gubahlaras juga mengklaim desain Gedung Sekretariat ASEAN, terutama formasi horisontalnya, diilhami oleh terasering sawah di beberapa negara-negara Asia Tenggara.

Pembangunan gedung berlantai 9 ini (belum termasuk penthouse untuk ruang lift dan tong air) dibangun oleh pemborong milik negara PT Pembangunan Perumahan, menariknya dengan memanfaatkan sebagian perangkat konstruksi yang pernah digunakan untuk membangun Hotel Indonesia. Ditilik dari struktur, tidak begitu kompleks dan masih sangat konvensional dan normatif, pondasi tiang pancang, struktur utama beton bertulang – bahkan bagian bidang miringnya tak begitu rumit. Finishing gedung bergaya modernis ini, kala selesai dibangun, memakai cladding keramik, dan jendela berwarna cokelat yang kacanya impor dari Jepang.

Gedung ini juga tersambung ke gedung barunya yang berada di petak Jalan Trunojoyo (bekas kantor Walikota Jakarta Selatan)

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Sisingamangaraja No. 70A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekIr. Soejoedi Wirjoatmodjo (Gubah Laras)
PemborongPembangunan Perumahan
Lama pembangunanApril 1978 – 1980
Diresmikan9 Mei 1981
Jumlah lantai9 lantai
Tinggi gedung39,8 meter
Biaya pembangunanRp 5 milyar (1981)
Rp 128 milyar (inflasi 2020)
SignifikasiSejarah dan Sospol
(keterlibatan Indonesia dalam kancah diplomasi global)
Referensi: Majalah Konstruksi ed. khusus 1981

Referensi

  1. NN (1981). “Multi-year Project Gedung Sekretariat Asean”. Majalah Konstruksi edisi khusus 1981, tanggal penerbitan belum jelas.
  2. Pidato Presiden Soeharto, 9 Mei 1981
  3. rb (1974). “Indonesia sudah siapkan tanah untuk Sekretariat ASEAN”. KOMPAS, 3 Mei 1974
  4. rb/azk (1974). “Sidang Para Menlu Asean di “Flores Room” Hotel Borobudur: Struktur Sekretariat Asean Masih Perlu Dirumuskan Kembali”. KOMPAS, 8 Mei 1974
  5. rb/ds (1976). “Gedung Sekretariat ASEAN di Kebayoran Baru Bertingkat 8”. KOMPAS, 1 Juli 1976
  6. mus (1979). “Satserse Kodak Metro turuntangan”. KOMPAS, 4 Desember 1979
  7. rs (1981). “ASEAN Terima Gedung dari Pemerintah RI”. KOMPAS, 7 Mei 1981.
  8. Kesowo, Bambang; Martoredjo, Wirawan et. al. (1995). “40 Tahun Indonesia Merdeka”. Jakarta: Sekretariat Negara. ISBN 979-8300-06-8.
  9. Web resmi Seknas ASEAN Republik Indonesia
  10. Sukada, Budi A. 2012. “Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi.” Jakarta: Gubah Laras. Halaman 164-175

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *