Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 adalah nama beberapa yayasan yang menaungi lembaga pendidikan, utamanya universitas, yang berdiri di kota-kota besar di Indonesia. Nah, khusus untuk pembahasan kali ini, SGPC akan membahas Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 di Surabaya, ibukota Jawa Timur.
Kompleks Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya di Jalan Semolowaru No. 45, Kecamatan Sukolilo, terdiri dari gedung SMP, SMA dan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) dengan total 23 bangunan. Kompleks seluas 6 hektar tersebut sudah ditempati oleh YPTA Surabaya sejak mengakuisisi lahan tersebut pada tahun 1978.
Penelusuran kilat
Sejarah kampus Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya
Berita Harian Ekonomi Neraca yang terbit pada 29 Februari 1988 mengabarkan, berdasarkan catatan sejarah, bahwa YPTA Surabaya membeli lahan seluas 4 hektar di Jalan Semolowaru dengan dana Rp. 8 juta (1978, setara Rp. 334 juta nilai 2024) sumbangan Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Sebelumnya Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 yang baru mengelola universitas UNTAG Surabaya saat itu, berpindah-pindah bangunan selama 20 tahun pertama eksistensinya.
Pembangunan kampus tersebut sudah dilaksanakan sejak setidaknya 1981, yaitu dengan berdirinya sebuah gedung perkuliahan seluas 240 m2, yang kemungkinan merupakan gedung yang kini Fakultas Ilmu Budaya UNTAG. Selanjutnya YPTA membentuk SMA 17 Agustus 1945 Surabaya (SMATAG) – kadang salah eja menjadi SMA Untag – pada 1 April 1984 dan pada tahun yang sama mengadakan kegiatan belajar-mengajar di gedung berlantai tiga di kawasan Untag (sekarang Pascasarjana Untag).
UNTAG menambah enam bangunan baru – lima bangunan kampus untuk Fakultas Ekonomi, Psikologi, Ilmu Administrasi, Hukum dan Teknik – dan balai pertemuan Graha Widya, pada bulan Februari 1988. Peresmiannya dilaksanakan oleh pimpinan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya saat itu melalui pengguntingan pita.
Sebulan pasca-peresmian, UNTAG mengawali konstruksi gedung berlantai sembilan bernama Graha Wiyata yang berlangsung selama 27 bulan. Gedung tertinggi kawasan kampus UNTAG tersebut selesai dibangun pada bulan Juli 1990 dan diresmikan oleh Menteri Perumahan Rakyat Siswono Yudohusodo pada 20 Agustus 1990. Proyek tersebut menghabiskan biaya Rp. 9 milyar (1990, setara Rp. 120 milyar nilai 2024).
Dua tahun kemudian, SMATAG menerima gedung barunya berlantai empat di kampus bagian timur. Gedung berlantai empat tersebut dibangun sepanjang tahun 1992 (Maret – September 1992) dengan biaya Rp. 1,25 milyar (1992, setara Rp. 14,2 milyar nilai 2024) penggunaannya berlangsung mulai tahun ajaran 1992-93 hingga 1996-97; mulai tahun ajaran 1997-98 SMATAG menempati gedung baru berlantai enam dengan lift yang dibangun sekitar sejak 1994 dengan biaya Rp. 9 milyar (1997, setara Rp. 68,3 milyar nilai 2024).
Setahun kemudian, SMP 17 Agustus 1945 (SMPTAG) memulai kegiatan belajar mengajar dan menempati gedung bekas SMATAG. Dalam waktu ke depan dibangun gedung perkuliahan berlantai empat di kampus timur.
Tidak ada bangunan baru yang berdiri di tahun 2000an. Di sisi timur kampus dibangun gedung parkir sepeda motor dan tempat rekreasi yang dimulai konstruksinya pada bulan Desember 2014 hingga pada HUT RI ke-70, 17 Agustus 2015, diresmikan penggunaannya. Pihak kampus membangun gedung ini untuk mengantisipasi penggunaan sepeda motor di kalangan mahasiswa.
Bersamaan dengan peresmian gedung parkir tersebut, seusai salah satu bangunan Fakultas Teknik UNTAG dibongkar, dilaksanakan upacara peletakan batu pertama gedung baru Fakultas Teknik berlantai 10 yang dirancang dengan gaya arsitektur modern murni. Pembangunan tersebut baru terealisasi melalui pemancangan pondasi pertama pada 9 Maret 2017 dan rampung 8 Maret 2019, atau 2 tahun penuh.
Pembangunan terbaru di kawasan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya adalah perluasan dan renovasi kantor rektorat. Pembangunannya dimulai dengan pencangkulan pertama pada 19 Desember 2019. Diharapkan selesai di tahun 2020, pandemi COVID-19 menyebabkan proyek tersebut molor penyelesaiannya ke akhir Desember 2021.
Setelah peresmian gedung baru rektorat berlantai enam pada 21 Desember 2021, pihak universitas merenovasi kantor rektorat lamanya, yang akhirnya berubah tampilan menjadi modern. Renovasi tersebut diresmikan 27 Oktober 2023 sekaligus menyematkan nama salah satu pendiri Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945, R. Ing. Soekonjono.
Arsitektur kampus Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya tak jauh dari kata tropis
Gedung-gedung di kawasan Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA), terutama sebelum 1998, mayoritas dirancang oleh tim arsitek dari Rama Consultant, sementara bangunan yang lebih baru kemungkinan adalah rancangan tim dari Fakultas Teknik UNTAG Surabaya sendiri.
Kampus YPTA yang menempati lahan seluas 6 hektar di sepanjang Jalan Semolowaru terdiri dari 23 bangunan, 20 diantaranya digunakan untuk kegiatan perkampusan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sementara tiga sisanya digunakan oleh SMP dan SMA 17 Agustus 1945 (SMPTAG dan SMATAG). Secara perencanaan garis besar (masterplan), kampus ini fleksibel, bergantung semata pada luas lahan yang YPTA miliki.
Kepada Majalah Konstruksi, Josef Prijotomo menyebut perancangan UNTAG Surabaya menghadirkan warna universal langgam gedung tinggi yang cukup tipikal; keberadaan unsur Nusantara hadir agar lebih mengindonesia, tetapi masih encer. Prijotomo menilai seharusnya insan arsitektur Surabaya berbangga pada kemampuan arsitek asli Kota Pahlawan merancang gedung tinggi.
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya memanfaatkan hampir seluruh bangunan di kawasan ini untuk menampung kegiatan perkuliahan 7 fakultas UNTAG, yaitu Teknik, Ilmu Budaya, Psikologi, Ekonomi dan Bisnis, Hukum, Vokasi dan Ilmu Sosial dan Politik serta operasional yayasan dan universitas sendiri.
Gedung terawal yang berdiri di kawasan ini kemungkinan besar adalah gedung yang sekarang diisi oleh Fakultas Ilmu Budaya, yang memiliki luas hanya 250 m2 dan dibangun pada 1981; disusul dengan berdirinya SMATAG di gedung yang sekarang gedung Pasca Sarjana UNTAG pada 1984 serta berdirinya enam bangunan baru yaitu empat gedung perkuliahan (Gedung D, E, F, G) berlantai 3 seluas total 5.260 m2, gedung Fakultas Teknik berlantai 3 empat blok seluas total 5.000 m2 empat tahun kemudian. Keseluruhan memiliki penampilan tipikal.
Tahun 1988 yang sama juga melahirkan sebuah gedung auditorium bernama Graha Widya yang menampung 1.000 orang. Gedung dengan luas lantai 2.896 m2 tersebut juga menampung lab komputer, kantor pendaftaran mahasiswa hingga kantor operasional organisasi-organisasi mahasiswa.
Graha Wiyata salah satu gedung tinggi awal di Surabaya
Graha Wiyata UNTAG yang berlantai sembilan adalah gedung tinggi pertama yang dibangun di kawasan YPTA. Gedung dengan luas lantai 11.585 m2 itu diperuntukkan sebagai tempat perkuliahan, perpustakaan dan auditorium berkapasitas 350 orang.
Gedung Graha Wiyata UNTAG dirancang dengan gaya arsitektur modern yang cocok untuk suasana tropis Indonesia, menurut tim arsitektur Rama Consultant kepada Majalah Konstruksi (#189, Januari 1994). Tim arsitek telah berupaya mencari konsep arsitektur Indonesia yang cocok untuk sebuah bangunan tinggi, sehingga diterapkan atap genteng dengan overstek lebar.
Selain menerapkan gaya tropikal, Graha Wiyata UNTAG juga dirancang formal dan simetris sebagai simbol institusi pendidikan. Untuk memaksimalkan ruangan untuk perkuliahan dan aktivitas terkait lainnya, fasilitas mekanik dan listrik (core) ditempatkan agak menjauh ke barat dan timur sekaligus menciptakan sebuah hall sekaligus memperkuat penerapan tropisnya.
Dengan spesifikasi seperti itu, diharapkan juga saat itu menjadi sebuah sarana mempromosikan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sebagai sebuah perguruan tinggi yang dikelola secara serius.
Majalah Konstruksi (#189, Januari 1994) mengatakan bahwa gedung Graha Wiyata UNTAG adalah gedung tinggi pertama di Surabaya selain hotel saat berdiri pada 1990; namun dalam waktu 10 tahun sebelum berdirinya Graha Wiyata, berdiri tiga bangunan non-hotel yaitu kantor Sekretaris Daerah Jawa Timur, Gedung Medan Pemuda dan Japfa Indoland Centre.
SMP dan SMA 17 Agustus 1945
Di bagian timur kampus YPTA/UNTAG, berdiri dua bangunan yang difungsikan sebagai gedung sekolah SMP dan SMA 17 Agustus 1945. Gedung yang paling dahulu berdiri adalah gedung yang sekarang adalah SMPTAG ex-SMATAG, yang didirikan sebagai pengganti bekas gedung SMATAG lama yang menjadi gedung Pascasarjana UNTAG.
Gedung SMPTAG awalnya digunakan oleh SMATAG dari tahun ajaran 1992/93 hingga 1996/97. Gedung ini berlantai empat, memiliki luas lantai 2.500 m2 yang diperuntukkan sepenuhnya untuk kegiatan belajar-mengajar SMPTAG sejak sekitar tahun ajaran 1997/98. Awalnya bangunan ini memiliki cat warna biru untuk melambangkan dinamisme, tetapi sudah disetarakan dengan UNTAG dengan cat warna merah dan putih.
Sementara gedung SMATAG yang baru memiliki penampilan dan konsep yang mirip, tetapi lebih tinggi, memiliki 6 lantai dan juga menyediakan fasilitas lift. Ia mulai digunakan di tahun ajaran 1997/98.
Gedung-gedung baru di kawasan UNTAG Surabaya
Kurang lebih ada empat bangunan baru di kawasan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang SGPC bisa identifikasi sejauh ini, yaitu gedung parkir sepeda motor di kampus timur, dan dua bangunan kuliah baru di kampus barat.
Pertama adalah gedung parkir sepeda motor yang berdiri di tahun 2015. Ia memiliki 4 lantai, lantai 1 sampai 3 untuk parkir 1.200 kendaraan roda dua atau 400 per lantai, dan lantai 4 untuk kegiatan olahraga, spesifiknya futsal. Pihak yayasan juga menawarkan lantai 4 untuk disewakan kepada masyarakat umum.
Sementara di kampus Barat, terdapat dua bangunan baru, yaitu gedung baru Fakultas Teknik berlantai 10 dengan nama Gedung Roeslan Abdulgani dan gedung A R. Ing. Soekonjono.
Gedung Roeslan Abdulgani berdiri di bekas gedung lama Fakultas Teknik yang ada sejak 1988, dengan luas lantai prakiraan 15.000 m2 (estimasi Google Maps + cacah dengan teori luas lantai gedung lama – luas lantai gedung yang dibongkar), yang sesuai tempatnya digunakan sepenuhnya untuk fakultas terkait keinsinyuran.
Gedung yang juga dikenal dengan nama Gedung Q tersebut menurut yayasan merupakan salah satu bangunan ramah lingkungan, yang dicapai dengan memakai struktur baja yang lebih ringan dan rendah karbon ketimbang beton semen serta kaca yang digunakan setidaknya mampu mengurangi kebutuhan lampu di siang hari. Selain itu, air wudhu bisa diolah ulang dan ruang seminarnya telah dibuat lebih canggih sebagai jawaban tuntutan digitalisasi. Ramah lingkungan tanpa mengemis sertifikasi Majelis Bangunan Hijau Indonesia.
Gedung A, B dan C UNTAG, atau dikenal dengan nama baru Gedung R. Ing. Soekonjono merupakan gedung terbaru, yang memanfaatkan struktur bangunan lama yang – sepertinya – telah ada sejak pertengahan 1980an. Terutama Gedung A yang kini diperluas dengan adanya gedung berlantai 7.
Gedung dengan luas lantai keseluruhan 9.700 m2 (cacah Google Maps + rilis pers UNTAG) tersebut tidak hanya berfungsi sebagai kantor rektorat UNTAG, tetapi juga sebagai tempat seminar dan ruang kuliah. Gedung lama tersebut direnovasi pada 2023 untuk mengamankan struktur bangunan terutama pondasi, namun dengan konsekuensi gaya arsitekturnya berubah dari tropis dari Rama Consultant menjadi modern polosan.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Semolowaru No. 45, Sukolilo, Kota Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek masterplan | Rama Consultant |
Lama pembangunan | sejak 1981 |
Graha Wiyata
Arsitek | Rama Consultant |
Lama pembangunan | Maret 1988 – Juli 1990 |
Diresmikan | 20 Agustus 1990 |
Jumlah lantai | 9 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 9 milyar (1990) Rp. 120 milyar (inflasi 2024) |
Gedung Roeslan Abdulgani
Arsitek | Tim arsitek Fakultas Teknik UNTAG |
Lama pembangunan | Maret 2017 – Maret 2019 |
Jumlah lantai | 10 lantai |
Gedung R. Ing. Soekonjono
Arsitek | Tim arsitek Fakultas Teknik UNTAG |
Lama pembangunan | Januari 2020 – Desember 2021 (gedung 6 lantai) selesai dibangun Oktober 2021 (renovasi gedung A, B, C) |
Jumlah lantai | 6 lantai |
Referensi
- Rahmi Hidayat (1994). “Kampus Untag, Surabaya: Bangunan tinggi nonhotel pertama di Surabaya.” Majalah Konstruksi No. 189, Januari 1994, hal. 14-17
- swj (1988). “Untag Surabaya resmikan enam unit gedung.” Harian Ekonomi “Neraca”, 29 Februari 1988 hal. 4
- “Di Jatim, Swasta Enggan Kembangkan Sekolah Unggulan.” Bali Post, 23 Agustus 1997, hal. 10
- al; dh (1990). “Untag masuk peringkat pajak dengan Rp. 75 juta.” Jawa Pos, 13 Agustus 1990, hal. 2
- al (1990). “Untag Tower Rp 9 milyar.” Jawa Pos, 21 Agustus 1990, hal. 2
- Press release dan informasi dari Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya:
- “Pembangunan Gedung Parkir Sepeda Motor Berlantai 4 di Kampus Untag Surabaya Mencapai 60%.” 12 Maret 2015. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “Gedung parkir dan sarana olahraga berlantai 4 UNTAG Surabaya telah diresmikan.” 19 Agustus 2015. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “Peletakan batu pertama Gedung 10 Lantai Fakultas Teknik UNTAG Surabaya.” 17 Agustus 2015. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- Latifah (2017). “Pembangunan Gedung 10 Lantai Fakultas Teknik UNTAG Surabaya resmi dimulai.” 15 Maret 2017. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “Terapkan konsep Green Building, gedung baru Fakultas Teknik UNTAG Surabaya resmi digunakan.” 11 Maret 2019. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “Gedung baru UNTAG Surabaya adaptasi eco building.” 13 Juli 2020. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “Untag Surabaya bangun gedung baru bukti progress terus membaik.” 6 Januari 2020. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “Soft opening Gedung Kantor Pusat YPTA Surabaya.” 22 Desember 2021. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- “YPTA Surabaya kembali resmikan Gedung Perkantoran Pusat.” 28 Oktober 2023. Diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- Profil kampus UNTAG Surabaya, diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- Sejarah SMATAG Surabaya, diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
- Sejarah SMPTAG Surabaya, diakses 19 Agustus 2024 (arsip)
Tinggalkan Balasan