Bank sentral Republik Indonesia, Bank Indonesia, mengadakan kegiatan kemoneterannya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebuah kompleks perkantoran di Jalan Senopati, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, sejak 1953. Gedung Bank Indonesia Yogyakarta tersebut menempati sepasang gedung yang masing-masing berdiri sejak 1915 dan 1992.
Gedung yang disebut pertama, bekas kantor de Javasche Bank, mimin abaikan dahulu. Kami bahas yang berdiri di 1992. Gedung ini merupakan kantor operasional Bank Indonesia untuk wilayah Provinsi DIY yang dirancang oleh tim arsitek dari Perentjana Djaja dan dibangun oleh Wijaya Karya; yang selesai dibangun sekaligus mulai ditempati oleh organ moneter Republik Indonesia tersebut sejak pertengahan 1992 menurut kabar dari harian BERNAS dan literatur dari Bank Indonesia. Pembangunan gedung ini menghabiskan biaya Rp. 10 milyar (1992).
Tidak ada informasi kapan gedung ini diresmikan; saat diliput harian BERNAS pada Mei 1992, pihak bank sentral berencana mengadakan upacara peresmian pada Agustus 1992; tetapi tidak ada kegiatan peresmian bangunan saat acara Pekan Tabungan Nasional (KANTANAS) yang diadakan di gedung ini akhir bulan yang dimaksud.
Arsitektur Gedung Bank Indonesia Yogyakarta selaras dengan tetangganya yang kolonial
Gedung Bank Indonesia Yogyakarta berlantai tiga dengan luas lantai 10.000 m2, menganut langgam arsitektur pascamodern supaya membaur dengan kondisi sekitar yang didominasi bangunan era kolonial Belanda (ex-de Javasche Bank, Yayasan Pangudi Luhur, Kantor Pos, Bank Negara Indonesia). Gedung ini juga memiliki jembatan sambung ke gedung ex-de Javasche Bank di lantai 3 untuk memperlancar akses.
Jaja Suramiharja menulis di Majalah Konstruksi (245, Feb. 1997) bahwa eksterior gedung merupakan “kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dan bangunan tropis/modern. Pola tampaknya ditampilkan garis-garis horizontal dengan kombinasi bidang-bidang dan di dasarnya dinetralisir dengan garis vertikal dengan bentuk-bentuk arsitektur kolonial.” Kontras dengan bangunan seangkatannya seperti toko buku Gramedia atau Hotel Aquila Prambanan, atau selaras dengan Hotel Inna Garuda yang lebih senior.
Sementara Bank Indonesia Institute – litbang resmi pemilik bangunan/penghuni – mendeskripsikan gedung tersebut memiliki “langgam serta ornamen gedung baru selaras dengan langgam lama. Di antaranya pada ketinggian, perulangan bukaan, komposisi fasad. Komposisi terdiri tiga bagian: tengah yang menonjol, diapit oleh dua menara di masing-masing sayap.” Akses bangunan, tidak seperti sebelumnya, berada di bagian depan bangunan (hadap Jalan Senopati). Tidak jelas mengapa Bank Indonesia Institute mengatakan gedung ini merupakan perluasan pada 1978, sementara referensi lain secara akurat menyebut 1992.
Secara struktur, Gedung Bank Indonesia Yogyakarta dirancang dengan pondasi tiang bor serta struktur rangka beton konvensional dengan tembok geser sebagai solusi ukuran bangunan yang memanjang, serta situasi geologis Yogyakarta yang rawan gempa. Atapnya menggunakan rangka baja yang ditutup dengan pelat serta genteng.
Karena perancangannya yang sesuai dengan keterkaitan lingkungan arsitekturnya, maka Gedung BI Yogyakarta menerima penghargaan IAI Award 1996 dalam kategori bangunan gedung dan penataan bangunan negara, disponsori oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Panembahan Senopati No. 4-6 Gondomanan, Kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta |
Arsitek | Perentjana Djaja |
Pemborong | Wijaya Karya |
Selesai dibangun | Juni 1992 |
Jumlah lantai | 3 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 10 milyar (1992) Rp. 113,5 milyar (inflasi 2024) |
Signifikasi | Arsitektur (pemenang IAI Award 1996) Sejarah (khusus Gedung BI ex de Javasche Bank) |
Referensi
- ros (1992). “Gedung BI Yogya” (keterangan foto). Harian Berita Nasional (Bernas), 11 Mei 1992, hal. 5
- dys (1992). “Gedung BI Yogya” (keterangan foto). Harian Berita Nasional (Bernas), 13 Juni 1992, hal. 5
- Jaja Suramiharja (1997). “Penerima penghargaan IAI Award 1996: Gedung Bank Indonesia Cabang Yogyakarta.” Majalah Konstruksi No. 245, Februari 1997, hal. 13-17
- Farabi Fakih; Laretna Adhisakti; Rita Krisdiana et. al. (2020). “Bersinergi dalam Keistimewaan: Peran Bank Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Yogyakarta.” Jakarta: Bank Indonesia Institute. Hal. 316-318
Tinggalkan Balasan