Mungkin bangunan ini tidak begitu penting buat dibahas, namun karena banyak gedung yang sudah kami bahas sebelumnya dan seperti tradisi SGPC, maka kami membahas Gedung Perhutani yang berdiri di Kota Surabaya. Sesuai namanya, gedung berarsitektur modern ini ditempati oleh Divisi Regional Jawa Timur Perum Perhutani yang menaungi 23 unit pengelolaan sumber daya hutan dan 4 kesatuan bisnis mandiri di Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Ini gedung Perhutani ketiga yang kami bahas; sebelumnya bisa baca Gedung Perhutani Semarang dan Manggala Wanabhakti.

Secara historis, Perhutani sudah menempati lahan di Jalan Genteng Kali sejak 50 tahun lebih yang lalu, dengan berdirinya sebuah gedung berlantai 3 karya Harjono Sigit yang bertahan hanya selama 27 tahun. Yang anda lihat saat ini merupakan gedung terbarunya, dengan jumlah dan luas lantai yang lebih banyak. Berbeda dengan gedung lama yang sudah menjadi perhatian sebagian penggila arsitektur nasional, gedung barunya tidak banyak dikenal dan bahkan tidak diketahui arsiteknya.

Baik gedung lama dan barunya, beralamatkan di Jalan Gentengkali No. 49, Kec. Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Gedung Perhutani
Inilah Gedung Perhutani di Surabaya yang anda lihat saat ini, dibangun di awal tahun 2000an. Foto oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0

Iklan

Gedung Perhutani generasi pertama, rancangan ayah seorang pesohor

Ini adalah gedung Perhutani Surabaya pertama yang lebih dikenal dikalangan archigeek, mengingat desainnya digarap oleh bapak dari musisi dan juga pesohor Maya Estianti – Harjono Sigit. Gedung ini dibangun oleh Pembangunan Perumahan – berdasarkan catatan pemborong milik negara tersebut – mulai Agustus 1971 hingga November 1972. Tidak ada catatan sejarah lain mengenai gedung ini, termasuk peresmiannya.

Secara arsitektur, gedung ini dikenal berbeda dengan atapnya yang bergelombang – ala bangunan era 1970an – dan kanopi pintu masuknya yang agak unik, yaitu “conoida” alias melengkung agak sedikit menyerong dikit pada pilarnya. Pondasi gedung ini dikabarkan menggunakan plat beton. Namun, gedung karya Harjono Sigit ini tak bertahan lama seiring dengan perkembangan dari Perhutani, sehingga di akhir 1990an BUMN perhutanan itu mulai menyewa kantor sementara di Grha Pacific saat pembongkaran gedung lamanya.

Foto gedungnya bisa dilihat di laman Arsitektur Indonesia atau Ayorek – link ada di bagian Referensi

Data dan fakta

ArsitekHarjono Sigit (Fachroeddin Goenadi Harjono)
PemborongPembangunan Perumahan
Lama pembangunanAgustus 1971 – November 1972
Dibongkar1999 – 2000
Jumlah lantai3 lantai

Iklan

Gedung Perhutani generasi kedua, karya anonim sejak 2002

Dengan perkembangan zaman dari BUMN perhutanan tersebut, di akhir 1990an gedung rancangan Harjono Sigit sepertinya sudah tidak mampu menampung kebutuhan kantor penghuni satu-satunya gedung tersebut. Maka, seperti yang disebut sebelumnya, akhir 1990an Perhutani pindah ke Grha Pacific, membongkar gedung lama rancangan Harjono Sigit dan membangun gedung baru dengan luas lantai 14.900 meter persegi – jauh lebih luas dari gedung bernilai arsitektur tinggi itu.

Sayangnya tidak disebutkan siapakah arsitek dari gedung berlantai delapan dan satu basemen ini. Namun kontraktor gedung baru Perhutani masih sama, yaitu Pembangunan Perumahan, mulai September 2000 hingga Juli 2002 berdasarkan informasi kontrak pemborong dan pemberi tugas yaitu PT Perhutani Unit Jawa Timur. Proyek bernilai Rp. 36 milyar tersebut diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Imam Utomo sekitar Agustus 2002.

Tak banyak detil arsitektur gedung yang sarat dengan jendela berwarna biru kehijauan, cat warna cokelat dengan plaster dan tiga atap berwarna hijau, namun struktur yang diterapkan di gedung berupa pondasi tiang pancang diameter 50cm berkedalaman 20-21 meter, pelat beton bertulang prategang pracetak dan dengan kolom dan tembok geser. Gedung ini juga menyediakan fasilitas serba guna yang bisa diilustrasikan dari artikel di halaman web jasa dan tinjauan tempat pernikahan.

Data dan fakta

PemborongPembangunan Perumahan
Lama pembangunanSeptember 2000 – Juli 2002
DiresmikanAgustus 2002
Jumlah lantai8 lantai
1 basement
Biaya pembangunanRp. 36 milyar (2002)
Rp. 107 milyar (inflasi 2023)

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1950an hingga 1970an dapat anda baca di artikel ini

Referensi

  1. Ayos Purwoadji (2015). “Harjono Sigit dan Arsitektur Modern di Surabaya.” Ayorek, 9 April 2015. Diakses 14 September 2023 (arsip)
  2. Harjono Sigit“. Ayorek, 2 April 2015. Diakses 14 September 2023 (arsip)
  3. Arsip Proyek Harjono Sigit di halaman Arsitektur Indonesia, diakses 14 September 2023 (arsip)
  4. Arsip halaman resmi PT PP, diarsip 25 Desember 2003
  5. Rakhidin (2002). “Gedung Perum Perhutani Unit II Jawa Timur: Untuk mempercepat, diusahakan serba pracetak.” Majalah Kontruksi No. 313, September 2002. Hal. 45-46, 58
  6. rma (2002). “Inti Ekbis: Gedung Perhutani Jatim direnovasi.” KOMPAS Jawa Timur, 23 Agustus 2002, hal. B

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *