Plaza Malioboro adalah superblok modern yang berada di dalam jantung Jalan Malioboro, kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai sentra perdagangan dan wisata. Pusat belanja ini dikelola oleh Grup Ambarrukmo sejak 2022, setelah 30 tahun di bawah kepemilikan Yogya Indah Sejahtera melalui skema bangun-guna-serah dengan tuan tanahnya, Pemprov D.I. Yogyakarta. Secara historis, Plaza Malioboro adalah mall pertama di Kota Gudeg; dua tahun setelah berdirinya mall ini, berdiri Mall Ramai (juga di Malioboro) dan Galleria Mall di Jenderal Sudirman.

Plaza Malioboro terdiri dari dua gedung yaitu pusat belanja berlantai empat dan satu besmen dan Hotel Malyabhara ex Ibis.

Sejarah Plaza Malioboro: Pionir Mall Kota Gudeg

Mall Malioboro (sebelum renovasi)
Suasana sebelum direnovasi, 2011. Foto oleh mimin SGPC

Pusat perbelanjaan dengn nilai investasi 54 milyar rupiah (1991) berdiri di atas bekas beberapa ruko, sebuah gereja dan gedung Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru. Peletakan batu pertama pembangunannya terjadi pada tanggal 20 Agustus 1991 oleh Gubernur DIY Paku Alam VIII. Namun, dalam laporan Majalah Prospek, pembongkaran gedung-gedung tersebut masih belum rampung juga.

Saat itu, Malioboro Plaza (nama awal mal ini) merupakan kerjasama dari Pemprov DIY, Perusda Anindya dan PT Yogya Indah Sejahtera, dibangun dalam rangka menyemarakkan Jalan Malioboro yang selama itu menjadi surganya pedagang dan lesehan, sampai sekarang masih seperti itu. Karena surat izin mendirikan bangunan ternyata berbeda-beda sesuai tuan lahannya (PD Anindya dan Pemprov), proyek yang realitasnya dimulai Oktober 1991 itu memang agak tersendat.

Namun, secara penjualan, berlangsung lancar. Per November 1992, dari laporan harian BERNAS, 30 persen dari ruang ritel yang ditawarkan terjual. Tetapi beberapa media menyayangkan mahalnya pungutan sewa per meter persegi bagi pedagang Yogyakarta, sehingga menciptakan dominasi pedagang Jakarta yang berorientasi pada pasar kalangan menengah ke atas untuk mengisi ruang pertokoan Malioboro Plaza.

Enam bulan kemudian, wartawan BERNAS kembali ke pusat belanja yang sedang dibangun itu dan mendapatkan tinggal 25 persen ruang pertokoan yang tersedia. Pihak pengelola mall secara tidak langsung menyebut faktor budaya pedagang Yogyakarta yang belum terbiasa dengan sewa di mall sebagai penyebab kecilnya minat putra daerah pada Malioboro Plaza.


Iklan

Soal Malioboro Plaza, BERNAS dan Kedaulatan Rakyat beda jalan ninja

Proyek yang dibangun oleh Total Bangun Persada ini selesai dibangun sekitar akhir Oktober 1993, dan di bulan berikutnya, penghuni yang sudah meneken sewanya mulai beberes interior, mulai dari Matahari Department Store, McDonald’s, Texas Fried Chicken, supermarket Hero hingga ada rencana Batik Keris membuka outletnya di Malioboro Plaza.

Texas (Church’s Chicken) dan McD menyapa masyarakat kota Gudeg pada paruh kedua Desember 1993, sementara Matahari mengawali operasional mall terlebih dahulu pada 27 November 1993. Menjelang Natal 1993, 1/3 penghuni sudah menggelar dagangannya. Di awal 1994, tepatnya 15 Januari, Supermarket Hero membayar tuntas janjinya membuka gerainya di mal ini, menyusul Gramedia pada 3 Juli 1994. Kegiatan semacam ini banyak dipantau kuli tinta harian Berita Nasional (BERNAS).

Sebaliknya, Kedaulatan Rakyat (XR), koran terlaku di Yogyakarta dan pesaing berat BERNAS, lebih suka menyajikan borok Malioboro Plaza kepada pembacanya. Saat masyarakat berbondong-bondong melihat dan belanja di mall pertama di Kota Yogyakarta, XR menerbitkan wawancara dengan anak Sultan Hamengkubuwono IX, GPBH Joyokusumo, yang menuduh pengembang Malioboro Plaza “main mata dengan oknum” terkait pemakaian lahan dan perancangan pusat belanja tersebut yang seharusnya didirikan hotel.

XR juga mengabarkan kekesalan masyarakat sekitar yang merasa tidak mendapatkan jatah kerja di mall karena karyawannya “diimpor” dari Jakarta dan mesin AC mall yang berisik. Ironisnya, di XR terdapat iklan pembukaan Malioboro Plaza dan Matahari yang menyindir konsumen yang masih berbelanja di Singapura dan Jakarta.

Sebenarnya isu ini sudah diketahui dulu di BERNAS sejak Juni 1993. Saat itu, diberitakan bahwa DPRD DIY ingin meninjau kembali perancangan Malioboro Plaza yang dianggap tidak sesuai kaidah rancang bangun Malioboro berdasarkan keputusan DPRD tahun 1991 untuk membangun hotel dan “fasilitas umum”. Kemungkinan muncul, menurut berita XR, karena perbedaan persepsi antara legislator dan Pemda soal pembangunan mall ini sebagai fasilitas umum.


Iklan

Sandungan legal dan politik

Melanjutkan pembahasan sebelumnya, baik Bernas maupun XR juga membahas kisruh peruntukan Malioboro Plaza di tahun 1993-94. Saat itu, tepatnya 27 April 1994, Panitia Khusus DPRD D.I. Yogyakarta mengeluarkan hasil pencarian fakta bahwa pusat belanja tersebut menyimpang dari peruntukkan awal, yaitu hotel dan fasilitas umum dan terkesan mengutamakan mall dibanding hotelnya. Pihak dewan juga mengritik ketiadaan lapangan parkir yang sepertinya tidak berdasarkan kenyataan Malioboro Plaza sudah memiliki lapangan parkir bawah tanah.

Selain itu, dewan juga mempertanyakan kesiapan pengembang dalam meyediakan lahan untuk hotel, yang menurut pihak dewan terlihat kecil, serta nilai kontrak yang menyusut dari 10,5 milyar di tahun 1991 menjadi 6,5 milyar rupiah di tahun 1994. Pihak Pemda, kepada BERNAS, menglarifikasi tuduhan tersebut sebagai sebuah permasalahan pribadi dan menjelaskan penyebab penurunan nilai kontrak yang bersumber dari penolakan pihak pusat yang melihat nilai tanah di pusat belanja itu tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya (appraisal). Klarifikasi tersebut dibaca sebagai pelecehan terhadap anggota dewan dan “lepas dari tanggung jawab” oleh DPRD DIY.

Kontroversi tersebut seharusnya memudar semenjak pihak PT Yogya Indah Sejahtera membangun hotel, berdiri di atas bekas parkir karyawan, yang selanjutnya bernama Hotel Ibis Malioboro mulai sekitar April 1994. Namun, pihak Dewan mengritik kecilnya jumlah kamar hotel yang hanya sekitar 150 kamar.


Iklan

Ibis Malioboro sang pereda kontroversi

Hotel Ibis Malioboro Mall
Yang dijanjikan itu berdiri juga. Foto oleh mimin SGPC

Pendirian Ibis Malioboro menjawab kontroversi yang mewarnai Malioboro Plaza pada kurun 1993-94, dimana pemancangannya sudah berjalan per April 1994. Tiga tahun lebih kemudian, pada Agustus 1997, kemungkinan setelah rampung pembangunannya, pihak Ibis mengumumkan bahwa hotel dengan 150 kamar ini akan memulai operasionalnya pada bulan November. Penginapan bintang tiga berlantai delapan ini baru memulai operasionalnya pada 15 Desember 1997. Namun, hotel ini sudah menerima tamu sejak dua hari sebelumnya dengan keluarga aparatur sipil negara dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya sebagai tamu pertamanya.

Pengelola baru

Mal Malioboro
Mal Malioboro setelah direnovasi. Foto oleh mimin SGPC

Jam diputar ke 2022. Mal Malioboro telah rampung direnovasi sehingga memiliki balkon. Setelah 30 tahun kontrak Bangun-Guna-Serah Pemprov dengan Yogya Indah Sejahtera habis, keseluruhan kompleks Mal Malioboro dan Hotel Ibis Malioboro dikembalikan kepada Pemprov DIY, yang selanjutnya mengoperasikan sementara mal ini hingga berhasil menggaet pengelola baru yang definitif.

Keputusan tersebut tepat, karena tingginya kegiatan ekonomi membuat penutupan justru merugikan para tenant yang menggelar usahanya di Mal Malioboro dan pembeli. Sementara Ibis Malioboro ditutup dan membuat 384 karyawan eks Ibis harus berebut lowongan baru di hotel lain atau di Malyabhara Hotel, penerus Ibis Malioboro dari manajemen baru.

Pengembalian tersebut baru diketahui melalui pernyataan langsung Sultan Yogyakarta c.q. Gubernur DIY Hamengkubuwono X lewat pemberitaan media pada 13 September 2022. Anak usaha Ambarrukmo, PT Setia Mataram Tritunggal, ditunjuk mengelola superblok ini mulai 15 September 2022, dan beberapa perombakan dilaksanakan, mulai dari mengganti nama mal menjadi Plaza Malioboro dan membuka kembali hotel sebagai Malyabhara Hotel pada tanggal 25 Oktober 2022.

Nama Malyabhara diambil dari kata Sanskerta yang berarti “berhiaskan untaian bunga” dan merupakan sumber dari nama Jalan Malioboro, sementara untuk mallnya sendiri mengembalikan nama 1993-1995 mall ini sekaligus menyelaraskan pusat perbelanjaan ini dengan aset Ambarrukmo lain, Plaza Ambarrukmo.


Iklan

Profil sebuah mal pertama di Kota Gudeg

Mal Malioboro interior
Jeroan Plaza Malioboro. Foto oleh mimin SGPC

Plaza Malioboro yang berdiri di lahan seluas 7.400 m2 dirancang oleh tim arsitek dari PT Wastumatra serta PT Susanto Cipta Jaya untuk strukturnya. Mal ini menyediakan ruang lantai pertokoan secara kasar seluas 24 ribu meter persegi. Awalnya mall ini memiliki atrium dan akses eskalator saja, tidak ada lift baik buat manusia ataupun buat barang, sehingga saat proses beberes berlangsung, Matahari harus membangun lift barang sendiri. Sekarang mall ini sudah memiliki akses lift.

Secara arsitektur, mall ini memiliki tinggi sekitar 10 meter, semetara hotelnya memiliki bentuk yang meng-trap di tiga lantai teratas, tujuannya agar gedung tersebut memenuhi aturan batas sudut maksimal 45 derajat di Jalan Malioboro.

Karena waktu berjalan, tenant-tenant yang menempati Plaza Malioboro sudah banyak yang berganti. Semisal Hero yang sudah tidak buka, malahan Gramedia yang buka. McDonald’s dan Matahari Department Store masih bertahan di sana. Nama-nama baru disana cukup banyak, dari Samsung, The Body Shop hingga KFC. Namun, di lantai satu banyak pengusaha mikro, kecil dan menengah (alias pegel/pengusaha golongan lemah) yang menjajakan dagangannya, terutama batik. Hal ini muncul sebagai wujud dari rencana pengelola baru menjadikan mall ini etalase UKM Yogyakarta.

Hotel Malyabhara ex-Ibis
Hotel Malyabhara. Foto oleh mimin SGPC

Hotel Malyabhara adalah nama baru dari sebuah gedung lama yang awalnya merupakan Ibis Malioboro. Ketika dibuka, ia menyediakan 150 kamar hotel untuk diinapi, terdiri dari 141 kamar tipe superior, 6 deluxe, 2 suite dan satu kamar khusus untuk orang cacat fisik. Karena renovasi, jumlahnya susut sedikit menjadi 148 kamar dan hanya memiliki dua tipe kamar. Ia menyediakan restoran Janur, kolam renang, sasana kebugaran, ruang rapat dan akses langsung ke Plaza Malioboro.

Data dan fakta

Plaza Malioboro

Nama lamaMalioboro Plaza, Mal Malioboro
AlamatJalan Malioboro No. 52-58 Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
ArsitekWastumatra (arsitektur)
Susanto Cipta Jaya (struktur)
PemborongTotal Bangun Persada
Lama pembangunanOktober 1991 – November 1993
Dibuka27 November 1993
Jumlah lantai4 lantai
1 basement
Biaya pembangunanRp. 54 milyar (1991)
Rp. 628 milyar (inflasi 2022)
SignifikasiPariwisata (bagian dari wisata belanja Malioboro)

Hotel Malyabhara

Nama lamaIbis Malioboro
AlamatJalan Malioboro No. 52-58 Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
ArsitekWastumatra (arsitektur)
Susanto Cipta Jaya (struktur)
Lama pembangunanApril 1994 – November 1997
Dibuka15 Desember 1997
Jumlah lantai8 lantai
1 basement
Jumlah kamar148

Referensi

  1. Yusadi Henrinuranto; Slamet Subagyo (1991). “Memoles Malioboro dengan Plaza.” Majalah Prospek, 31 Agustus 1991, hal. 33
  2. ans (1992). “IMB Malioboro Plaza Belum Turun Semua.” Harian Berita Nasional (Bernas), 6 November 1992, hal. 1. Diakses via Monumen Pers Nasional
  3. ans (1993). “Soft Opening Oktober 1993, Kapling di Malioboro Plaza Tinggal 25 Persen.” Harian Berita Nasional (Bernas), 22 Mei 1993, hal. 5
  4. win; ksb (1993). “DPRD Menilai Malioboro Plaza Salahi IMB.” Harian Berita Nasional (Bernas), 26 Juni 1993, hal. 1
  5. ans (1993). “Matahari di Malioboro Plaza Beroperasi Mulai 27 November.” Harian Berita Nasional (Bernas), 13 November 1993, hal. 5
  6. yar (1993). “McDonald’s” (keterangan foto). Harian Berita Nasional (Bernas), 17 November 1993, hal. 5
  7. hjl (1993). “Hari Pertama Trial Opening, Texas Fried Chicken Dibanjiri Pembeli.” Harian Berita Nasional (Bernas), 6 Desember 1993, hal. 5
  8. ans (1993). “Pusat Belanja Modern Hadir di Yogya.” Harian Berita Nasional (Bernas), 27 November 1993, hal. 1
  9. ans (1993). “Matahari Malioboro Plaza Bidik Konsumen Menengah Atas Yogya.” Harian Berita Nasional (Bernas), 26 November 1993, hal. 5
  10. dhl; ans (1993). “Texas Fried Chicken dan McDonald’s Hadir di Yogya.” Harian Berita Nasional (Bernas), 4 Desember 1993, hal. 5
  11. phj; pur (1993). “FKP DPRD Desak Pemda DIY Tuntaskan Masalah Malioboro Plaza.” Harian Berita Nasional (Bernas), 23 Desember 1993, hal. 2
  12. “GBPH H. Joyokusumo: Malioboro Plaza Abaikan Kepentingan Masyarakat.” Kedaulatan Rakyat, 29 November 1993, hal. 1
  13. “Diakui Ada Perbedaan Persepsi Antara Dewan dengan Eksekutif.” Kedaulatan Rakyat, 30 November 1993, hal. 1
  14. ans (1993). “Sepertiga Penyewa Malioboro Plaza Telah Membuka Tokonya.” Harian Berita Nasional (Bernas), 23 Desember 1993, hal. 5
  15. ans (1993). “1994, Batik Keris Tambah 2 Showroom di Yogya.” Harian Berita Nasional (Bernas), 8 November 1993, hal. 5
  16. Heri Susanto (2022). “Kerja Sama Berakhir, Bangunan Mal Malioboro dan Ibis Jadi Milik Pemda DIY.” Detikcom Jateng, 13 September 2022. Diakses 1 Desember 2022 (arsip)
  17. Abdul Hamied Razak (2022). “Aset Dikuasai Pemda, Begini Kondisi Hotel Ibis dan Mal Malioboro Jogja.” Harian Jogja, 13 September 2022. Diakses 1 Desember 2022 (arsip)
  18. Silvy Dian Setiawan (2022). “Manajemen Baru Malioboro Mall dan Hotel Ibis: Kita Terbuka.” Republika, 15 September 2022. Diakses 1 Desember 2022 (arsip)
  19. Tomi Sujatmiko (2022). “Malioboro Mall Ganti Nama Plaza Malioboro, Ini Konsep Yang Ditawarkan.” Kedaulatan Rakyat, 5 Oktober 2022. Diakses 1 Desember 2022 (arsip)
  20. Zukhronnee Muhammad (2022). “Plaza Malioboro Dianggap Paling Tepat Sebagai Nama Baru Mal Malioboro.” Jogjainfo, 5 Oktober 2022. Diakses 1 Desember 2022 (arsip)
  21. Arsip halaman resmi Total Bangun Persada, diarsip 10 Februari 2019
  22. ee (1997). “November, Hotel Ibis Malioboro akan Beroperasi.” Harian Berita Nasional (Bernas), 21 Agustus 1997
  23. Advertorial (1997). “Paket Soft Opening Hotel IBIS Yogyakarta, Dapatkan Kenyamanan Hanya Dengan 39 Dolar AS.” Harian Berita Nasional (Bernas), 15 Desember 1997
  24. ddc (1997). “IBIS Tawarkan Rp. 3.600/Dolar AS Sampai 31 Desember 1997.” Harian Berita Nasional (Bernas), 16 Desember 1997
  25. Advertorial (2022). “Malyabhara Hotel, Hunian Baru di Kawasan Malioboro.” Harian Jogja, 3 November 2022. Diakses 1 Desember 2022 (arsip)
  26. rps; win (1991). “Malioboro Plaza Lebih Rp. 54 milyar.” Harian Berita Nasional (Bernas), 21 Agustus 1991 hal. 1
  27. sjw (1994). “TB Gramedia Hadir di Malioboro Mall.” Harian Berita Nasional (Bernas), 2 Juli 1994 hal. 5
  28. dhi (1994). “Hero Swalayan Malioboro Plaza: Penataan dan Dekorasi Lebih Modern.” Harian Berita Nasional (Bernas), 19 Januari 1994 hal. 5
  29. dhi (1994). “Cabang Malioboro Plaza diresmikan, Hero investasikan Rp. 2 Milyar.” Harian Berita Nasional (Bernas), 21 Januari 1994, hal. 1
  30. win (1994). “Hero Malioboro Plaza diresmikan, Gubernur: Artinya Mall ini Apa?” Harian Berita Nasional (Bernas), 22 Januari 1994, hal. 5
  31. eta; ros; dan (1994). “Hasil Sementara Pansus DPRD DIY: Pembangunan Malioboro Mall Dinilai Menyimpang.” Harian Berita Nasional (Bernas), 23 April 1994, hal. 1 dan 11
  32. w; ros (1994). “Penyimpangan pembangunan Malioboro Mall: FPDI pertanyakan turunnya nilai kontrak.” Harian Berita Nasional (Bernas), 25 April 1994, hal. 1 dan 11
  33. phj (1994). “Di Manakah penyimpangannya?” Harian Berita Nasional (Bernas), 25 April 1994, hal. 1 dan 11
  34. a; phj; win (1994). “Assekwilda II Pemda DIY soal Malioboro Mall: Tak ada hasil baru dari temuan Pansus DPRD DIY.” Harian Berita Nasional (Bernas), 26 April 1994, hal. 1 dan 11
  35. phj; ant (1994). “Soal pembangunan Malioboro Mall: Siapa yang salah sudah jelas.” Harian Berita Nasional (Bernas), 27 April 1994, hal. 1 dan 11
  36. phj; ant (1994). “Soal pembangunan Malioboro Mall: Siapa yang salah sudah jelas.” Harian Berita Nasional (Bernas), 27 April 1994, hal. 1 dan 11
  37. n; w (1994). “Kodya tak bisa lempar tanggung jawab.” Harian Berita Nasional (Bernas), 27 April 1994, hal. 1 dan 11

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *