Mal Ciputra Semarang adalah salah satu dari lima pusat perbelanjaan (selengkapnya: Gajah Mada Plaza, Pertokoan Simpang Lima dan Plasa Simpang Lima) yang berlokasi di kawasan Simpang Lima, Semarang. Mal Ciputra, yang lebih menonjol dengan Hotel Ciputranya, dibangun di atas lahan seluas 2 hektar yang sebelumnya merupakan lahan GOR Simpang Lima Semarang.
Mal Ciputra, dimiliki oleh Grup Ciputra melalui PT Karya Andarila, dibangun dalam dua tahap; tahap pertama, yaitu pusat perbelanjaan, selesai dibangun pada bulan Desember 1993 dan dibuka pada tanggal 12 Desember 1993; dan tahap kedua, yaitu Hotel Ciputra yang berbintang lima, dibuka pada tanggal 10 Desember 1995.
Mal Ciputra Semarang gantikan GOR Simpang Lima yang sudah melenceng dari fungsi
Awal rencananya muncul sejak Agustus 1989. Kala itu, PT Karya Andarila membeli GOR beserta tanahnya dari Pemprov Jawa Tengah dengan tebusan 11,8 milyar rupiah (senilai Rp 156 milyar nilai 2019), dengan maksud ingin membangun hotel dan pusat perbelanjaan.
Penyebab penjualan pusat olahraga legendaris tersebut tidak jauh dari kondisi GOR Simpang Lima yang kurang layak untuk mengadakan kegiatan beberapa cabang olahraga dan penggunaannya yang lebih sering bukan untuk olah raga, menurut argumen dari jubir Fraksi ABRI DPRD Jawa Tengah, Letkol (Infanteri) Drs. Sudjono. Sebagai penggantinya, pihak PT Karya Andarila membangun kawasan olah raga baru di Semarang bagian selatan, yaitu GOR Jatidiri. Masalah lainnya adalah kemacetan yang terjadi bila ada acara di GOR Simpang Lima.
GOR Simpang Lima kemungkinan sudah mulai dibongkar September 1990 setelah pada bulan Mei sebelumnya, gelanggang tersebut tertutup untuk semua aktivitas bisnis maupun olahraga. Awalnya Ciputra Semarang akan dibangun 16 lantai dengan rincian 11 lantai hotel dan 5 lantai mall. Karena faktor tanah yang tidak mendukung, akhirnya jumlah lantai pun dipangkas menjadi 12 lantai.
Konstruksi Mal Ciputra, awalnya bernama Citraland Mall, sempat direncanakan akan mulai dibangun pada Januari 1992 dan akan dibangun dua tahap; namun perubahan desain membuat tanggal mulai konstruksi molor ke tanggal 16 September, dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jawa Tengah H.M. Ismail. Disebutkan bahwa biaya sewanya berkisar dari 36 sampai 80 ribu rupiah per m2 (1992, setara Rp. 389 – 865 ribu per m2), dipengaruhi oleh daya beli Jawa Tengah. Namun, karena per November 1993 ruangan toko yang laku terjual mencapai 96 persen, tarif sewa bisa lebih tinggi dari yang tercatat.
Tak banyak drama dalam pembangunan mal yang pada akhirnya rampung keseluruhannya per September 1993 serta memulai pemolesan interior. Mal Ciputra yang saat itu masih bernama Citraland Mall, diresmikan oleh Walikota Semarang Drs. Herjono pada 12 Desember 1993. Peresmiannya dimeriahkan oleh parade mobil bunga dan moge. Tenant-tenant yang membuka pertokoan saat itu terdiri dari McDonald’s, yang menanam investasi Rp. 1 milyar (1993, setara Rp. 9,85 milyar nilai 2023) dan menjadi outlet ke lima belasnya di Indonesia, Ramayana/Robinson penguasa lantai tiga, KFC, Gelael Supermarket, Toko Gunung Agung dan bioskop 21.
Sementara Hotel Ciputra, yang berlantai 9 (11 keseluruhan gedung) memulai konstruksinya pada Februari 1994 – molor tiga bulan dari rencana November 1993. Proyek tersebut tutup atap pada tanggal 24 April 1995. Hotel Ciputra resmi digunakan sejak 10 Desember 1995. PT Karya Andarila menghabiskan kurang lebih Rp. 125 milyar – setara Rp. 1,3 triliun nilai sekarang – untuk membangun keseluruhan kompleks.
“Hotel Indonesia di Simpang Lima”
Mal Ciputra Semarang saat ini, per Januari 2020, memiliki 3 lantai untuk mall dan 9 lantai untuk hotel dengan 200 kamar. Hotel rancangan bersama antara Design International dan Arkonin ini memang sedikit mirip dengan Mal Ciputra Jakarta, tetapi di Semarang, dengan tanah berbentuk segi lima, dan batas ketinggian gedung membuat kompleks Ciputra Semarang terlihat mini dibanding kakaknya.
Pimpro Hotel Ciputra kala itu Agus J. Alwie memiliki visi Hotel Ciputra sebagai “Hotel Indonesia“-nya Simpang Lima, karena lokasinya yang sangat strategis dan ikonik. Sepertinya Mal Ciputra berhasil mengeksekusi visi itu dengan baik. Proyek Mal Ciputra di Semarang dianggap merupakan “mixed-use” pertama di Semarang.
Hotel Ciputra Semarang (Agoda), seperti kakaknya dari Grogol, dikelola oleh Swiss-Bel Hotels. Hotel berlantai 9 ini memiliki 5 jenis kamar, dua rumah makan, fasilitas kebugaran, kolam renang dan sebuah balai sidang.
Sementara malnya sendiri memiliki luas lantai total 22.400 meter persegi, dengan 4.900 meter persegi perluasan dari proyek Hotel Ciputra. Tenant saat ini ternyata tidak banyak berbeda dari saat dibuka pada 1993, yaitu Robinson Supermarket/Department Store, Citra XXI (eks 21), Gelael Supermarket, KFC, McDonald’s plus nama-nama baru seperti Sports Station, Athlete’s Foot, Optik Melawai dan masih banyak lagi. Pada tahun 2005, sebuah jembatan penghubung dibangun untuk menyambungkan Hotel Ciputra dengan Plasa Simpang Lima.
Tulisan lainnya mengenai gedung-gedung di Semarang dapat anda baca disini
Data dan fakta
Nama lama | Citraland Mall Semarang |
Alamat | Jalan Simpang Lima Semarang Tengah, Semarang, Jawa Tengah |
Arsitek | Design International (desain) Arkonin (architect of record) Beca Carter, Hollings & Ferner (struktur) Grahacipta Hadiprana (interior hotel) |
Pemborong | Dimensi Engineering Contractors (utama) Nusa Raya Cipta (pondasi) |
Lama pembangunan (pusat perbelanjaan) | September 1992 – Desember 1993 |
Lama pembangunan (hotel) | Februari 1994 – November 1995 |
Dibuka (pusat perbelanjaan) | 12 Desember 1993 |
Dibuka (hotel) | 10 Desember 1995 |
Jumlah lantai | 11 lantai 1 basement |
Jumlah kamar | 200 |
Biaya pembangunan | Rp. 125 milyar (1992) Rp. 1,3 triliun (inflasi 2020) |
Referensi
- “Lokasi GOR Mendesak Dipindah”. Suara Merdeka, 2 Oktober 1989.
- “Bekas GOR Akan Dibuat Pertokoan dan Hotel”. Jawa Pos, 8 Oktober 1989.
- “Pelepasan GOR Jateng: Menggetarkan Hati Sanubari Masyarakat Jateng”. Suara Merdeka, 10 Oktober 1989.
- “Investor Diminta Menjaga Keseimbangan Lingkungan”. Suara Merdeka, 17 September 1992.
- Iklan Peresmian Pembangunan Mal Citraland”. Suara Merdeka, 17 September 1992.
- “80% Pasar Hotel Ciputra dari Kalangan Bisnis”. Suara Merdeka, 11 Desember 1995.
- Iklan Hotel Ciputra. Suara Merdeka, 11 Desember 1995.
- M. Ridwan (1995). “Hotel Citraland Semarang: Berusaha menjadi landmark Semarang”. Majalah Konstruksi, November 1995.
- Hotel Ciputra Semarang (arsip)
- Halaman resmi Mal Ciputra Semarang (arsip) + Google Maps
- “Jembatan Penghubung Mal Ciputra Dengan Plasa Simpang Lima Dibangun Februari Ini”. KOMPAS Jawa Tengah, 4 Februari 2005.
- ran (1993). “Citraland Semarang Diresmikan Minggu.” Harian Berita Nasional (Bernas), 10 Desember 1993, hal. 5
- yup (1991). “Gagal, Pembangunan Gedung 16 Lantai.” Harian Berita Nasional (Bernas), 20 Februari 1991, hal. 3
- ran (1993). “Citraland Semarang Kemarin Resmi Dibuka.” Harian Berita Nasional (Bernas), 13 Desember 1993, hal. 5
- “Diputuskan Pembongkaran GOR 1 September 1990.” Suara Merdeka, 13 Juni 1990, hal. 2
- “Kunci sukses Jawa Tengah adalah bandar udara, tol dan peti kemas.” Suara Merdeka, 25 April 1995, hal. 11
- “CitraLand Mall, Pusat Perbelanjaan Termodern di Semarang.” Suara Merdeka, 11 November 1993, hal. 10
- “Pembangunan Hotel bintang empat CitraLand akan dimulai November.” Suara Merdeka, 15 Oktober 1993, hal. 10
- “CitraLand, Pusat belanja dan rekreasi terpadu.” Suara Merdeka, 20 Januari 1992, hal. 3
- “Terjadi perubahan desain, Proyek Citraland dimulai Juni 1992.” Suara Merdeka, 27 Januari 1992, hal. 13
- “Biaya McDonald’s Semarang Rp. 1 Milyar.” Suara Merdeka, 11 Desember 1993, hal. 10
- “Ramayana Group masuk Semarang.” Suara Merdeka, 11 November 1993, hal. 10
- Budi Surono (1993). “Menyimak Bisnis Properti (II): Meski lesu, bangunan perkantoran prospektif.” Suara Merdeka, 18 September 1993, hal. 10
Tinggalkan Balasan