Graha Mandiri, atau bekennya Plaza Bumi Daya, adalah gedung perkantoran di Jalan Imam Bonjol (sisi selatan Hotel Mandarin Oriental) yang memiliki luas 14.290 meter persegi/1,4 hektar dan dikelola oleh perusahaan bernama sama yang juga mengelola Menara Mandiri.
Gedung rancangan Regional Development Consortium dari Singapura bersama dengan PT Archicons ini berlokasi di atas lahan bekas Pusat Perhubungan Angkatan Darat Republik Indonesia, dan dibangun oleh Getraco Utama, mulai Desember 1978 dan selesai dibangun per pertengahan 1983. Walau gedungnya belum selesai tahap pembangunannya, Bank Bumi Daya bisa menempati podium gedung berlantai 32 tersebut mulai 4 Desember 1982, setelah Plaza Bumi Daya diresmikan Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh.
Plaza Bumi Daya awalnya dibentuk sebagai bagian dari investasi kerjasama Bank Bumi Daya (BUMN perbankan) dengan Tong Tumasek (Hongkong). Tetapi per 1986 hak pengelolaan dan saham Tong Tumasek di pengelola gedung ini pindah kepemilikan ke Bank Bumi Daya, berikut laporan dari buletin Dapen Bank Mandiri I tahun 2012. Plaza Bumi Daya dilaporkan menghabiskan biaya 35 juta dolar pada tahun 1979, setara Rp 21,7 milyar (nilai tukar Rp. 620/1 USD) atau senilai dengan Rp 788 milyar rupiah nilai tukar 2020.
Graha Mandiri memiliki ketinggian gedung yang menurut SGPC masih perlu diperdebatkan: CTBUH dan Emporis menyebut 143 meter, tetapi data lama dari majalah Konstruksi edisi Mei 1979 menyebut tinggi Plaza Bumi Daya 132 meter, atau terdapat selisih 11 meter.
Desain gedung Graha Mandiri menitikberatkan pada etimologi Bank Bumi Daya yang bermakna “membangun Indonesia dengan dukungan bumi dan daya”. Simbol “pembangunan Indonesia” diwakili oleh menaranya yang menonjol, melambangkan pembangunan Indonesia yang sangat menonjol, dan “bumi dan daya” diwakili oleh podiumnya. Lapis bangunan awalnya menggunakan jendela cokelat dan granit cokelat; lapis gedungnya sudah berubah menjadi tembok putih dan kaca biru sejak 1990an. Belakangan, ditambahkan mahkota di pucuk gedung sekitar 2016.
Frederich Silaban, maestro arsitektur Indonesia, mengkritik tajam desain arsitektur Graha Mandiri yang memiliki podium besar. Dengan pemikiran kakunya soal arsitektur tropis, “bahwa gedung harus melindungi penghuni dari hujan dan panas”, ia menyebut Graha Mandiri “tidak logis”, “seperti peti mati” dan podiumnya yang besar “tidak bisa melindungi orang dari hujan dan panas”.
Total luas lantai Graha Mandiri adalah 41.776 meter persegi, terdiri dari 26.325 meter persegi blok podium dan 15.451 meter persegi blok tower. Saat ini, Graha Mandiri menjadi kantor Bank Mandiri berikut anak usahanya seperti biasa, juga sejumlah perusahaan dan/atau instansi lainnya.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1980an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Nama lama | Plaza Bumi Daya Bank Bumi Daya Plaza |
Alamat | Jalan Imam Bonjol No. 61 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | RDC (Regional Development Consortium) Architects (desain) PT Archicons (architect of record) |
Pemborong | Getraco Utama |
Lama pembangunan | Desember 1978 – pertengahan 1983 |
Diresmikan | 4 Desember 1982 |
Jumlah lantai | 32 lantai |
Tinggi gedung | [mfn]Diperdebatkan. CTBUH dan Emporis mematok tinggi 143 meter, sementara majalah Konstruksi menyebutkan tinggi gedung 132 meter[/mfn] |
Biaya pembangunan | Rp 21,7 milyar (1979) Rp. 788 milyar (inflasi 2020) |
Referensi
- Ir. Komajaya et. al. (1979). “Bank Bumi Daya membangun Plaza berlantai 32”. Majalah Konstruksi, Mei 1979.
- CH (1982). “Dunia Perbankan Dapat Percepat Laju Pertumbuhan dan Pemerataan: Gedung Bank Bumi Daya Plaza Diresmikan”. KOMPAS, 6 Desember 1982.
- D-5 (1982). “Gedung Bank Bumi Daya Diresmikan”. Sinar Harapan, 5 Desember 1982.
- iit (1982). “Dari “Interior” Para Arsitek”. TEMPO, 16 Oktober 1982.
- Artikel Sponsor (1989). “Bank Bumi Daya Plaza: Wujud Sebuah Hasrat”. Majalah Eksekutif, Januari 1989.
- Buletin Dapen Mandiri I, No. 6, 2013. Diakses 30 November 2019. (arsip)
Leave a Reply