Temukan bangunan karya…. 4 – Friedrich Silaban

Ditulis pada tanggal

oleh

Terbaru:

Friedrich Silaban. Semua orang baik arsitek maupun yang tidak mengenal arsitektur akan mengenal betul nama ini.

Ya, Friedrich Silaban dikenal sebagai perancang bangunan-bangunan dengan arsitektur ikonik, megah dan tropikal. Ia banyak berkarya di masa pemerintahan Soekarno, terutama di paruh akhir era sistem parlementer hingga masa Orde Lama, sementara di era Orde Baru, ia tidak banyak berkarya dan lebih banyak mengawasi proyek-proyek eksisting.

Dalam seri keempat “Temukan bangunan karya….” SGPC ini, kami mengulang kembali, apa dan siapa itu Friedrich Silaban beserta karya-karyanya.

Friedrich Silaban
Maestro arsitektur tropis Indonesia, kata banyak orang. Foto: Majalah “Arsitektur” No. 1, 1958

Iklan

Sebenarnya Silaban tak perlu dikenalkan karena sudah terkenal duluan

Bapak Silaban sering dibahas di media-media massa populer maupun media arsitektur, sehingga kami bahas seperlunya saja.

Silaban lahir di Desa Bonandolok, Kab. Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada tanggal 16 Desember 1912. Anak kelima dari pasangan anggota majelis jemaah HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) dan juga petani bernama Jonas Silaban dan istri Noriaboru Silaban. Karena kedudukan sosialnya yang lebih tinggi Friedrich bisa bersekolah di sekolah-sekolah bergengsi seperti Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Narumonda, selanjutnya masuk Koningin Wilhelmina School (KWS) saat baru berusia 15 tahun. Konon, semasa masih sekolah di HIS ia sering loncat kelas karena dianggap paham dengan materi yang diajarkan.

Ia mulai bekerja di Pemkot Kotapraja Batavia sebagai tukang gambar (drafter) pada 1931, tapi krisis ekonomi global era itu membuatnya pindah kerja ke Zeni KNIL atas bantuan seorang guru di KWS. Karirnya di Zeni KNIL berakhir 1939 setelah ia menolak menggarap proyek tangsi di Pontianak yang dianggapnya tidak sesuai ukuran. Hal ini yang tak hanya menyelamatkan Friedrich dari teror tentara Jepang 2 tahun kemudian. Baru setelah meminang seorang gadis Belanda bernama Letty Keivits di dalam kamp tahanan pejuang kemerdekaan pada Oktober 1946, beliau memulai karir arsitekturnya, mulai dari sekolah SPMA Bogor.

Masa jayanya terjadi di masa Orde Lama. Sejak 1953 ia terlibat dalam beberapa sayembara, mulai dari Monumen Nasional, Bank Indonesia dan Masjid Istiqlal. Dua proyek terakhir ini terealisasi. Pasca-Orde Lama tumbang, Silaban tidak banyak menggarap karya arsitekturnya serta mengonsentrasikan diri pada penyelesaian Masjid Istiqlal yang baru rampung 1978. Friedrich wafat pada 14 Mei 1984, meninggalkan 10 anak-anaknya.


Iklan

Friedrich Silaban promotor arsitektur tropis modern

BNI Kota
Gedung BNI di Jalan Lada, Jakarta, dengan teritisan yang menjadi ciri khas Silaban. Foto oleh mimin SGPC

Friedrich Silaban dikenal dengan desain arsitektur modern tropisnya yang monumental dan megah, selaras dengan semangat ideologis Presiden Soekarno yang menekankan arsitektur modern Indonesia yang sesuai dengan iklim tropis. Namun, tak semua karya-karyanya, terutama rumah dan karya-karya awal era 1950an, memiliki karakteristik monumental; hanya iklim tropisnya.

Hanya karya-karya arsitektur Friedrich Silaban yang lokasinya diketahui dan terbangun yang masuk ke dalam daftar ini.

Bogor/Jawa Barat

Nama proyekAlamat (Geocode)Tahun konstruksi/desainCatatan
Politeknik Pembangunan Pertanian BogorJalan Aria Surialaga/Cibagalung No. 1 Bogordes 1948
kon selesai 1950
d/h Sekolah Pertanian Menengah Atas. Karya Friedrich Silaban terawal yang dirancang dan terealisasi
Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Tawar Kementerian KKPJalan Sempur No. 1 Bogorkon 1951-1953d/h Laboratorium Perikanan Darat
CIMB NiagaJalan Pajajaran Raya No. 33 Bogorkon 1960d/h kediaman Lie A. Hong dan Indriawaty. Catatan Setiadi Sopandi menyebut bahwa rumah ini “digunakan sebagai Bank Mandiri Syariah” yang bersebelahan dengan rumah ini. Eks. BSM dibongkar 2023.
Rumah Friedrich SilabanJalan Arsitek F. Silaban No. 17 Bogorkon selesai 1960
Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain)Jalan Ir. H. Juanda No. 22-24 Bogor Tengahdes 1963-71d/h Gedung Herbarium Bogoriense. Awalnya dirancang 9 lantai + 1 basement, namun diubah karena kondisi perekonomian nasional.
RukanJalan Ir. H. Juanda No. 10-12 Bogor Tengahdes. 1964-65d/h Gedung Nasional. Direncanakan 7 lantai, dibangun 2 lantai. Eksterior berubah.
Subreferensi: Setiadi Sopandi (2017). “Friedrich Silaban”. Jakarta: Gramedia

Iklan

Jakarta

Gedung Bank Indonesia Jalan M.H. Thamrin
Gedung Bank Indonesia di Jakarta Pusat. Foto oleh mimin SGPC
Nama proyekAlamat (Geocode)Tahun konstruksi/desainCatatan
Masjid IstiqlalJalan Taman Wijayakusuma Sawah Besar, Jakarta Pusatdes 1954-1961
kon 1961-1978
Gedung Bank Indonesia ThamrinJalan M.H. Thamrin No. 2 Gambir, Jakarta Pusatdes 1958
kon 1958-1962
Gedung Kebon Sirih Bank IndonesiaJalan M.H. Thamrin No. 2 Gambir, Jakarta Pusatdes 1964
kon 1970an-1972
Taman Makam Pahlawan KalibataJalan TMP Kalibata No. 14 Pancoran, Jakarta Selatandes 1953
kon selesai 1958
Bagian pintu masuk
Stadion Utama Gelora Bung KarnoJalan Pintu Satu Senayan Tanah Abang, Jakarta Pusatkon 1958-1962Direnovasi 2016-18
Monumen Pembebasan Irian BaratLapangan Banteng Sawah Besar, Jakarta Pusatkon 1962Pedestal atau podium untuk meletakkan patung/monumen.
Gedung Perintis KemerdekaanJalan Proklamasi No. 56 Menteng, Jakarta Pusatdes 1961
kon 1961-63
d/h Gedung Pola
Gedung K Kementerian Pekerjaan UmumJalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatandes/kon 1959-1974
Gedung Aldiron DirgantaraJalan Gatot Subroto No. 72 Pancoran, Jakarta Selatandes/kon 1962-1964d/h Markas Besar Angkatan Udara RI. Ditukar guling pada 1996.
Gedoeng BNIJalan Lada No. 1 Taman Sari, Jakarta Baratdes/kon 1959-1963
Wisma Yaso Museum Satria MandalaJalan Gatot Subroto No. 14 Mampang Prapatan, Jakarta Selatandes 1961d/h kediaman Dewi Soekarno. Desain final berbeda dengan usulan awal di arsip Friedrich Silaban.
Subreferensi: Setiadi Sopandi (2017). “Friedrich Silaban”. Jakarta: Gramedia

Iklan

Luar Jakarta dan Jawa Barat

Gedung Bank Indonesia Surabaya
Gedung Bank Indonesia di Surabaya juga karakteristik Silabanista. Foto oleh mimin SGPC
Nama proyekAlamat (Geocode)Tahun konstruksi/desainCatatan
Bank Indonesia SurabayaJalan Pahlawan No. 105 Surabaya, Jawa Timurdes 1960
kon 1964-1974
Bank Negara Indonesia Cab. MedanJalan Pemuda No. 12 Medan, Sumatera Utarai.t.a.Eksterior berubah total
Gedung Keuangan Negara MedanJalan Pangeran Diponegoro No. 30A Medan, Sumatera Utarades/kon 1957-1961Eksterior berubah total
Universitas HKBP NommensenJalan Sutomo No. 4A Medan, Sumatera Utarades 1981-1982Karya arsitektur terbaru Friedrich Silaban sebelum wafat pada 1984
i.t.a: informasi tidak ada. Subreferensi: Setiadi Sopandi (2017). “Friedrich Silaban”. Jakarta: Gramedia

Iklan

Positif-negatif

PositifNegatif
Arsitektur bangunan karya Friedrich Silaban dikenal monumental dan megahWalau monumental dan dicitrakan bercirikan arsitektur Indonesia, bangunannya haus beton sehingga dinilai tidak ramah lingkungan untuk konteks 2020an.
Ciri khas tropisme sangat kuat dan populer dianggap sebagai bangunan yang sesuai dengan identitas arsitektur nasionalPandangan Silaban pada tren arsitektur modern terkesan “saklek”.
Toleransi dan kebebasan beragama melalui arsitektur tercermin dari keterlibatan Silaban pada Masjid Istiqlal

Referensi

  1. Setiadi Sopandi (2017). “Friedrich Silaban”. Jakarta: Gramedia
  2. Andri Boedhi (1984). “Mengenang Arsitek Silaban.” Majalah Asri No. 19, Agustus 1984, hal. 66-69

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan

Iklan

Cari disini

Media sosial

Karena mimin sibuk, aktivitas di media sosial dibatasi. Konten eksklusif bebas iklan ada di Trakteer SGPC.