Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

World Trade Centre (WTC) Surabaya merupakan gedung pusat perbelanjaan telepon seluler, dulunya gedung perkantoran dan balai pamer, yang berada tempat di samping Plaza Delta Surabaya, memiliki enam lantai dan luas bangunan sebesar grand total sekitar 27 ribu meter persegi, dihitung manual oleh SGPC selaku penulis blog ini.

Kompleks WTC Surabaya dimiliki oleh PT Puri Pariwara yang awalnya bentukan Grup Dharmala dan Yayasan Dana Pensiun Bank Exim, dan dibangun dalam dua tahap, dan jaraknya 20 tahun lebih. Awalnya dirancang sebagai pusat perdagangan dunia, dalam perkembangan terkini, penggunaannya berubah menjadi pusat belanja telepon seluler dan gawai seperti yang anda lihat saat ini.

World Trade Center (WTC) Surabaya
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

WTC Surabaya lahir dari keinginan membantu pengusaha Jawa Timur mengekspor produknya

WTC Surabaya merupakan ide dari Gubernur Soelarso yang ingin membangun sebuah pusat informasi perdagangan untuk pengusaha-pengusaha di Jawa Timur yang ingin memperdagangkan produknya ke pasar dunia, setelah melakukan beberapa kunjungan ke Osaka dan Taipei. Pemprov Jawa Timur mengatakan sudah membuka kesempatan bagi investor untuk membangun World Trade Centre di Surabaya.

Hingga Oktober 1988, Pemprov menerima dua rencana proyek WTC, satu dari Kamar Dagang & Industri (KADIN) Daerah Jawa Timur dan satunya dari pengusaha swasta (yang akhirnya diketahui merpakan kerjasama Dharmala-YDP Bank Exim). Rencana awal KADIN Jatim adalah membangun pusat informasi industri dan pelataran pameran seluas 50 hektar. Terlalu muluk-muluk untuk sebuah WTC, sehingga pihak Pemda Jatim kurang yakin.

Proposal kedua yang digarap Dharmala/YDP Bank Exim sama, namun mereka memilih lokasi yang lebih kecil namun sangat strategis, hanya seluas 1,125 hektar tepat di belakang Gedung Medan Pemuda dan berseberangan dengan Delta Plaza. Proposal yang awalnya hanya merupakan sebuah studi kelayakan itu akhirnya diterima oleh Pemda Jatim.

Pada akhirnya, pembangunan WTC Surabaya dimulai melalui peletakan batu pertama oleh Walikota Surabaya H. Poernomo Kasidi dan Dirut PT Puri Pariwara Soepardan pada tanggal 5 April 1989. Proyek pembangunan pusat informasi perdagangan, pameran dan pariwisata Jawa Timur dan anggota pertama World Trade Centre Associations dari Indonesia (WTC I Jakarta yang definitif belum mulai dibangun – Wisma Metropolitan baru bergabung ke WTC Jakarta pada 2010an) dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan mulai sebulan kemudian (Mei 1989) hingga bulan Juli 1991. Di tengah konstruksi yang sedang berlangsung, PT Puri Pariwiara meneken kerjasama berupa konsultasi pengelolaan dengan pengelola WTC Taipei.

Konstruksi utama World Trade Centre Surabaya sudah selesai per awal April 1991, dan dengan segera beberapa tenant berdatangan ke gedung yang dibangun dengan biaya 16,4 milyar rupiah (1991) itu. Baru pada 11 April 1991, gedung tersebut diresmkan penggunaannya oleh Gubernur sekaligus pencetusnya, Soelarso. Dalam pidatonya, Gubernur saat itu optimis bahwa kehadiran WTC bisa mendorong kegiatan perdagangan Jawa Timur ke dunia internasional.


Iklan

Turun kelas menjadi pusat perdagangan ponsel

Interior World Trade Center (WTC) Surabaya
Interior lobi WTC Surabaya saat ini, menggambarkan dominasi gadget di bekas pusat perdagangan UKM Jatim.
Foto Ronniecoln

Di tahun yang sama, WTC Surabaya mengembangkan dirinya tak hanya sebagai pusat dagang dunia melalui dibukanya kantor beberapa asosiasi dagang negara-negara sahabat dan beberapa perusahaan baik afiliasi Dharmala Intiland maupun perusahaan lain, ia juga diplot menjadi pusat informasi pariwisata Jawa Timur. Dalam pemberitaan Jawa Pos (8 April 1991 dan 24 April 1991) disebutkan bahwa maskapai penerbangan Belanda KLM dan perusahaan penerbangan Perancis UTA, biro perjalanan Bayu Buana Travel, maskapai nasional Garuda Indonesia dan Merpati hingga hotel-hotel Surabaya membuka kantornya disini.

Sebagai pusat pameran juga, WTC Surabaya menjadi tuan rumah dari beberapa pameran-pameran dagang berskala lokal hingga internasional. SGPC mencatat bahwa beberapa acara pameran yang diadakan di gedung ini pernah mewarnai pariwara SCTV. Bahkan, karena seringnya diadakan pameran tersebut, akademisi dari Universitas Airlangga Dr. Suroso Imam Zadjuli, pernah menyebut di salah satu berita harian Surabaya Post (3 Juli 1994) bahwa WTC Surabaya sudah tidak sesuai dengan fungsi awalnya karena banyaknya pameran yang melenceng dari tujuan awalnya.

Namun, ketidaksesuaian itu lebih mengena setelah krisis moneter yang membuat perekonomian Indonesia babak belur pada 1997-1998. Krisis moneter membuat tenant dari perusahaan dagang kecil maupun menengah pindah mencari gedung lain yang sewanya lebih murah, atau bahkan bangkrut, sehingga pengelola WTC Surabaya mau tidak mau membuka ruang sewa seluas-luasnya bagi pengusaha penjualan ponsel (per 1994, hanya ada secuil outlet ponsel) agar setidaknya bisa menutupi biaya operasional, sehingga mengembalikan tingkat okupansi, walau akhirnya harus menghadapi konsekuensi negatif, termasuk istilah “World Telephone Centre” yang muncul di kalangan masyarakat Surabaya. Sementara fungsi asli WTC sebagai pusat dagang dunia, lambat laun layu karena perkembangan zaman, seperti yang tercatat oleh harian KOMPAS pada September 2002.

Dengan bergesernya orientasi WTC Surabaya, gedung ini menerima gedung perluasannya yang lebih “gaul”. Rencana tersebut sudah beredar sejak 2012, saat jumlah tenant dari perdagangan ponsel dan kuliner hampir mutlak menguasai gedung bekas perdagangan dunia itu, yaitu 98 persen, menurut pihak pengelola kepada harian Surya.

Namun, proyek yang rencananya akan dibangun di atas bekas balai pamer pada tahun 2013 itu molor dan baru mulai dibangun dari Maret 2016 sampai Februari 2017 oleh anak perusahaan PT PP, PP Precast. Ia tutup atap pada November 2016; dan operasionalnya dimulai setelah gedungnya jadi. Tempat makannya sendiri, Food & Community Corner (pojok komunitas dan makanan), buka per Februari 2017.


Iklan

Arsitektur World Trade Centre Surabaya sedikit dibumbu nuansa lokal sebelum terima sentuhan sabuk kehidupan

World Trade Center (WTC) Surabaya di tahun 1991
WTC Surabaya sebelum ekspansi pada 2016.
Sumber: Majalah Konstruksi, Juli 1991 (foto utama)

Secara arsitektural, gaya arsitektur yang diusung oleh Ir. Tonny Kindangen, salah satu arsitek dari Paramitra Mardhika yang menggarap desain gedung berlantai 6 ini, masih digolongkan bergaya modernisme akhir dengan sedikit nuansa lokal. Untuk alasan spasial, agak tidak seperti menghimpit jalan (lorong), gedung pamernya (beserta ekspansinya) diputar 45 derajat.

Ketika pertama berdiri sebagai sentra dagang, WTC Surabaya memiliki luas lantai total 18.500 m2 yang digunakan tidak hanya sebagai kantor informasi dan juga kantor sewa biasanya, tetapi juga disediakan 400 unit ruang pameran dan tempat peragaan. Urusan WTC ditempatkan di lantai enam. Sementara gedung pamernya digunakan untuk pameran di lantai 1 dan 2 dan lantai 3 merupakan ruang serbaguna, maksimal menampung 1.000 orang dan bisa dibagi menjadi tiga ruangan. Saat ini, WTC Surabaya masih memiliki 2 ruang rapat di lantai enam, yaitu Raja dan Ampat.

Gedung ini juga memiliki atrium yang membentang dari lantai 1 sampai 5 dekat lobi, yang dimaksudkan merupakan simbolisasi keterbukaan sebagai gedung pusat pameran dan penerangan perdagangan. Pendekatan seperti ini juga diterapkan untuk kanopi pintu masuk. Seperti itulah tutur Eduard Tjahjadi dari tim arsitek Paramitra Mardhika kepada Majalah Konstruksi.

Food Galeria WTC Surabaya, 2019
Foto Ronniecoln.

Dalam rencana awal, bangunan penunjang direncanakan akan ikut berlantai enam. Hal itu baru terealisasi pada 2013 (baca bagian sejarah). Secara arsitektur, penampilan bangunan ekspansi ternyata jauh menyimpang dari desain lama. Parametr Architects, penggarap desain ekspansinya, memilih memberi sentuhan “living belt” dengan penggunaan finishing yang berbeda dengan gedung aslinya. Ditambah dengan lift panorama yang memberi suguhan suasana Jalan Pemuda bagi penggunanya; dan food court yang membawa suasana mall semakin hidup.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Pemuda No. 27-31 Genteng, Surabaya, Jawa Timur
Arsitek
(Gedung lama)
Tonny Kindangen (Paramitra Mardhika)
Arsitek
(Ekspansi)
Ario Andito
Harun Wisaksono
Joffi Febriando (Parametr)
Pemborong
(Gedung lama)
Pembangunan Perumahan
Pemborong
(Ekspansi)
PP Precast
Lama pembangunan
(Gedung lama)
Mei 1989 – September 1990 (gedung utama)
Mei 1990 – Juli 1991 (pendukung)
Lama pembangunan
(Ekspansi)
Maret 2016 – Februari 2017
Diresmikan11 April 1991 (Gedung lama)
Jumlah lantai6 lantai
Biaya pembangunan
(Gedung lama)
Rp 16,4 milyar (1991)
Rp 190,6 milyar (inflasi 2023)
Referensi: KOMPAS 15 April 1991; Majalah Konstruksi #159 Juli 1991

Referensi

  1. Dwi Ratih; Hidayat, Rahmi. “World Trade Centre Surabaya: Dengan memperhatikan faktor fleksibilitas”. Majalah Konstruksi No. 159, Juli 1991.
  2. WTC E-Mall Surabaya“. Construction+ Asia, 10 Juli 2017. (arsip)
  3. mba (1991). “Surabaya Bangun WTC”. KOMPAS, 15 April 1991.
  4. Tri Widuri, Rachma (2002). “Pemanfaatan WTC Surabaya Tidak Sesuai Dengan Rencana Awal.” KOMPAS, 5 September 2002.
  5. fu (1989). “Akan dimulai, pembangunan “World Trade Center” Jatim.” Jawa Pos, 3 April 1989, hal. 5
  6. fu; lin (1989). “Industriawan kecil dapat tempat di WTC.” Jawa Pos, 6 April 1989, hal. 5
  7. dh (1991). “WTC Diresmikan Gubernur 11 April.” Jawa Pos, 8 April 1991, hal. 5
  8. dh (1991). “Gubernur: WTC Percepat Pertumbuhan Ekonomi.” Jawa Pos, 11 April 1991, hal. 5
  9. gus (1991). “WTC Dikembangkan Jadi Airlines Centre.” Jawa Pos, 24 April 1991, hal. 5
  10. dh; el (1991). “WTCS Diharapkan Jadi Pusat Layanan ATM.” Jawa Pos, 7 Mei 1991, hal. 5
  11. Tavip Fachtur Rozi; Indra Nanang (1994). “WTCS Belum Tampilkan Sosoknya.” Surabaya Post, 3 Juli 1994, hal. 1, 13
  12. ANTARA (1990). “WTC Surabaya kerjasama dengan WTC Taipei.” Harian Ekonomi “Neraca”, 11 Agustus 1990, hal. 12
  13. Tri Dayaning Revianti (2012). “WTC Perbanyak Tenant Makanan dan Minuman.” SURYA, 28 Juni 2012. Diakses 14 April 2023 (arsip)
  14. Sri Handi Lestari (2016). “Surabaya Perlu Mall Khusus Gadget dan IT di Kawasan Barat, Timur dan Utara.” SURYA, 29 November 2016. Diakses 14 April 2023 (arsip)
  15. “Fokus: PT. Puri Pariwara.” Buletin Informasi Dapen Bank Mandiri I No. 10, Desember 2015-Juni 2016, hal. 16-17 (PDF, arsip)
  16. Yuniarti Nukti (2017). “Hadir dengan konsep baru, WTC eMall Surabaya dilengkapi Food and Community Corner.” Blog pribadi Yuniarti Nukti, 11 Februari 2017, diakses 14 April 2023 (arsip)

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, dan bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *