Setiap Gedung Punya Cerita memang adalah blog sejarah gedung.
Tetapi, selama hampir 5 tahun eksistensi blog ini dicurahkan sepenuhnya untuk memperkaya sejarah gedung-gedung di Indonesia. Dari A sampai Z, Sabang sampai Merauke, Atelier 6 sampai Kohn Pedersen Fox, dari mall bawah tanah sampai gedung tertinggi. Para seniman karya rancang bangun yang memamerkan kemampuannya membuat gedung yang nyaman sebagai tempat bekerja, tinggal dan beristirahat atau bersenang-senang. Atau sedap dipandang.
Namun, ada kisah menariknya mengapa kami mengangkat topik ini. Gedung di Luar Negeri sebenarnya banyak dikenal, populer di kalangan “archigeeks” maupun orang biasa. Jauh lebih dikenal dan dielu-elukan dibanding 99% bangunan di negara yang anda ejek sebagai “wakanda” atau “konoha”. Kenyataannya, masih ada potensi tersembunyi yang terselip tidak hanya di satu literatur arsitektur. Bisa terselip di publikasi alias majalah yang kurang dikenal, di buku yang ga ada kaitannya dengan arsitektur, atau malahan di siaran TV. Untuk konteks ini, kami bisa garap dari majalah.
Semisal Southeast Asia Building, majalah dari Singapura sejak 1974, punya beberapa data mengenai gedung-gedung di Asia Tenggara – termasuk Indonesia. Sama juga dengan Asia Building & Construction dari Hong Kong, yang juga pegang data terkait. Ketika kami membeli AB&C edisi 1972-1980 (tidak semua edisi) dari bandar majalah di Bandung, seharusnya majalah ini bisa menjadi pengisi artikel SGPC yang belum tereksploitasi. Sialnya, kami menemukan bahwa mayoritas info gedung/konstruksi di Indonesia hanya di halaman berita dan berupa proyek infrastruktur.
Satu-satunya yang kami dapatkan adalah Hotel Mandarin Oriental Jakarta. Referensi versi AB&C menurut kami mubazir karena sudah diisi dulu oleh versi lokalnya alias Majalah Konstruksi. Namun, ada yang mengatakan bahwa catatan sejarah pembangunan dan arsitektur di negara seperti Malaysia, Thailand dan Filipina, yang secara ekonominya “selangkah di depan Indonesia”, ompong. Kami tidak tahu klaim ini didapatnya dari mana. Mungkin karena referensi kami adalah Encounters with Southeast Asian Modernism, sponsor proyek Dipl.-Ing. Arsitek, yang baru mampu menyasar arsitektur di empat negara: Kamboja pra-Khmer Merah, Indonesia, Singapura dan Myanmar. Aneh, yang ASEAN 5 hanya Indonesia dan Singapura.
Di tumpukan majalah tersebut ditemukan beberapa gedung yang kami di SGPC saja awalnya tidak tahu ini sebenarnya gedung apa. Peran di ranah arsitektur negara masing-masing juga tidak jelas seberapa menonjolnya. Semisal Bureau of Internal Revenues National Office – atau mimin Indonesiakan sebagai Kantor Nasional Biro Pajak – di Quezon City, Filipina, Kompleks Antarbangsa di Kuala Lumpur atau kantor Bank of Thailand, bank sentral negeri Gajah Putih itu. Mungkin anda tidak familier
Karena ketiga negara tersebut sering muncul di A&BC/SEAB yang kami pegang, kenapa tidak ini dijadikan bahan artikel baru dibawah nama “Luar Negeri”? Yang akan disayangkan adalah kalau artikelnya dibahas dalam bahasa Indonesia, karena yang akan mengerti cuma orang Malaysia. Orang Thailand dan Filipina jelas bakal ga gi gu, ga paham apa yang blog ini maksudkan. Iya kan? Jadi artikel tersebut akan ditulis dalam DWI BAHASA. Kami tidak menjamin kelengkapan informasi yang ada karena data yang ada hanya dari A&BC/SEAB.
Jadi, selamat membaca suguhan komparatif istimewa ini, mulai 2 April 2023!
Setiap Gedung Punya Cerita
For non-Indonesia/Malaysia readers
Welcome to foreign section of Setiap Gedung Punya Cerita, a blog about history of buildings in Indonesia. This “foreign section” will cover buildings outside Indonesia, but restricted to Southeast Asia, chiefly Malaysia, Thailand and Philippines, three countries with “much advanced” economic progress than Indonesia but their history of buildings or architecture that we know are patchy at best.
This section was made in response to blog owner’s buying numerous 1972-1980 editions of Asian Building & Construction from used bookstores in Bandung. The purchase was originally disappointing due to very brief coverage of projects from Indonesia in purchased magazine, however, we thinking if these content may provide information worth mentioning on SGPC, comparing them to the buildings in Indonesia covered by this blog spanning for over than 4 years and still running.
This blog, however, provide a caveat that information from this blog is also patchy at best, due to lack of some archival access, e.g. other magazines and newspaper. We can’t guarantee that the building we cover are architecturally notable object as expected from any foreign publication. As we’re based in Indonesia and most of effort are still centred on buildings in Indonesia all the time, new entries from “foreign section” may only occassionally published, once every month, starting 2 April 2023.
Remember that the English text will be different from original Indonesian text in purpose, omitting purely Indonesian reference and content that explain host country’s peculiarity not known to target Indonesian reader.
Tinggalkan Balasan