Plaza BRI adalah bangunan pencakar langit di Jalan Basuki Rahmat, Genteng, di pusat kota Surabaya. Gedung tersebut merupakan kantor wilayah dari Bank Rakyat Indonesia untuk Jawa Timur bagian utara beserta kantor cabang Kaliasin, dan awalnya dibangun sebagai kerjasama Grup Mulia dengan Bank Rakyat Indonesia. Gedung tersebut kini dikelola BRI secara mandiri.
Gedung yang awalnya bernama Surabaya Tower tersebut, menurut pemberitaan Harian Ekonomi “Neraca” merupakan hadiah dari pihak BRI untuk kantor cabang yang berhasil mengembangkan kantor mereka hingga disebut mencapai 300 persen. Sebelum Surabaya Tower dibangun, berdiri kantor cabang BRI Kaliasin, sejumlah toko seni, dan rumah warga yang pada akhirnya digusur pada medio 1989 dan toko terakhir seharusnya sudah dibongkar setelah April 1990, saat pemancangan pondasi berlangsung. Proyek yang dibangun oleh kontraktor swasta Total Bangun Persada tersebut dimulai tahun 1990.
Proyek tersebut selesai dibangun pada 1991, namun operasional gedung ini bisa dipastikan dimulai sejak 6 Januari 1992, setelah cabang BRI Kaliasin mulai menghuni 3 lantai terbawah, tanpa gegap-gempita. Karena faktor tertentu termasuk sengketa lahan, rencana akan diresmikan oleh pihak Pemkot Surabaya pada 15 Juli 1991 dan 10 November 1991 (Hari Pahlawan merupakan tanggal keramat di Surabaya) tidak terlaksana, yang artinya Plaza BRI gagal menyusul Tunjungan Plaza II sebagai gedung kantor kedua di Surabaya yang dibangun di tahun 1991. Proyek ini mengeluarkan biaya sebesar Rp. 86 milyar nilai 1991 (Versi harian Jawa Pos (2 April, 21 April dan 23 Juli 1991). Majalah Prospek (31 Agustus 1991) mengabarkan biaya konstruksi Plaza BRI Rp. 60 milyar nilai 1991) .
Muncul rencana untuk membangun menara kedua tepat di belakang menara pertama sehingga – ini versi pihak Mulia – menjadikan Plaza BRI menara kembar pertama di Indonesia. Sebenarnya mereka sudah didahului oleh proyek di Jakarta: April 1991, saat rencana Mulia sedang digodok, apartemen kembar Palm Court memasuki tahun pertama, Apartemen Hilton sudah memasuki tahun kedua operasional, Park Royale di tahun ketiga, sementara menara kedua Landmark sedang dalam titik akhir konstruksi. Namun, sepertinya, karena masalah lahan dan pasar perkantoran Surabaya yang kurang siap, rencana itu tidak menjadi nyata.
Di tengah pembangunan, muncul kontroversi. Salah satu petak tanah tempat Plaza BRI berdiri adalah tanah Pemerintah Kota Surabaya. Pihak DPRD tingkat II menganggap bahwa dewan tidak pernah diberitahu oleh pihak Pemkot dan pengembang perihal penggunaan tanah tersebut, sehingga memuncak pada pembentukan pansus di bulan Oktober 1991. Padahal, pihak Pemkot sudah mengatakan akan memberi hak guna bangunan kepada tak hanya Plaza BRI melainkan juga perluasan Hyatt Bumi dan Tunjungan Plaza II. Pansus tersebut ditutup dengan kesepakatan harga tanah dan pemberian hak guna bangunan kepada Dana Pensiun BRI yang juga salah satu pengelola gedung ini.
Gedung yang berlokasi tepat di selatan Hotel Bumi Surabaya itu dirancang oleh biro arsitek asing (beberapa sumber menyebutnya asal Hong Kong, tetapi pihak Mulia menyebut dari Singapura) bernama Moisson-Gorstan International bersama dengan tim arsitek dari Dacrea. Secara arsitektur, Plaza BRI dirancang dengan gaya arsitek pascamodern yang dibuat cukup mirip dengan Menara Mulia rancangan Architects Pacific di Jakarta.
Menurut penjabaran resmi pihak Mulia pada dekade 2000an, Plaza BRI “selalu menarik perhatian” dengan penggunaan lapis kaca warna biru dan peraknya, sementara interiornya dihiasi oleh karya seni internasional dan pemakaian granit yang memberi kesan mewah, dipadu dengan tata kebunnya yang apik dirancang oleh penata taman asal Jakarta yang sayangnya tidak disebut jati dirinya. Gedung ini memiliki luas lantai bersih 25.800 m2, berdiri di atas lahan seluas 8 ribu meter persegi dimana 4.100 m2 ditempati oleh gedung tersebut belum termasuk gedung parkirnya yang berlantai 7 dengan kapasitas 500 kendaraan roda empat.
Tenant yang menempati gedung ini dari pengamatan tim SGPC terdiri dari EY (Ernst & Young), Mitsui Leasing, Cathay Pacific, hingga Bank Resona Perdania. Dahulu ada Telkomsel, Commonwealth Bank of Australia, juga Bank RBS, ANZ, dan DBS sebelum mereka menjadi satu entitas dan berkantor tetap di Jalan Pemuda. Pada akhir April 2014 terjadi sempat terjadi kebakaran kecil di kantor Telkomsel lantai 17 yang beruntung cepat dipadamkan.
Data dan fakta
Nama lama | Surabaya Tower |
Alamat | Jalan Basuki Rachmat No. 122-138 Genteng, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek | Moisson-Gorstan International (arsitektur) Dacrea (architect of record) |
Pemborong | Total Bangun Persada |
Lama pembangunan | 1990 – 1991 |
Jumlah lantai | 23 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 86 milyar (1991) Rp. 999,7 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- Arsip halaman resmi Mulialand (1997, 2012)
- Arsip halaman resmi Total Bangun Persada, diarsip 17 April 2019. “Surabaya Tower”
- BDR (1991). “Gedung Bertingkat” (foto). KOMPAS, 6 November 1991, hal. 13
- el (1991). “Taman BRI Tower, Ciri Mulia.” Jawa Pos, 4 Oktober 1991, hal. 8
- bob (1992). “BRI Kaliasin Tempati BRI Tower”. Jawa Pos, 4 Januari 1992, hal. 5
- Didin Abidin Masudi; V. Elisawati (1994). “Di Balik Misteri Joko S. Tjandra.” Majalah SWAsembada No. 1/X, April 1994, hal. 72-76
- Tim Redaksi Prospek (1992). “Raja Properti dari Pontianak”. Majalah Prospek, 2 Mei 1992, hal. 74-77
- Herry Mohammad; Eddy Roesdiono (1991). “Si Jangkung dari Kota Buaya.” Majalah Prospek, 31 Agustus 1991, hal. 32
- jef (1991). “BRI Tower Diminta Bangun Jalan.” Jawa Pos, 30 Oktober 1991, hal. 2
- “Kepala BRI Kaliasin Jadi Eksekutif Jatim 1989.” Harian Ekonomi “Neraca”, 29 Maret 1990, hal. 5
- dh (1991). “Akan dibangun, Gedung Kembar Bertingkat 21.” Jawa Pos, 21 April 1991, hal. 2
- dh (1991). “BRI Tower sediakan 600 saluran telepon.” Jawa Pos, 2 April 1991, hal. 2
- yul; dh (1991). “BRI Tower hampir usai, FKP masih pertanyakan.” Jawa Pos, 23 Juli 1991, hal. 2
- jef (1991). “Pansus Bahas BRI Tower.” Jawa Pos, 23 Oktober 1991, hal. 2
- “Berlanjut, Silang Pendapat HGB Surabaya Tower.” Surabaya Post, 2 November 1991
- “Disetujui DPRD, Harga Tanah BRI Tower Rp. 785 ribu/m.” Surabaya Post, 21 November 1991
- Heri Priyono (1989). “Kios Barang Antik Sering Dicari, tapi Kini Terancam Tergusur.” Surabaya Post, 8 Februari 1989
- Toko Srikandi (keterangan foto). Surabaya Post, 5 April 1990
- jef (1991). “Hyatt dan BRI Diberi Sertifikat.” Jawa Pos, 27 Agustus 1991, hal. 2
- M. Taufik (2014). “Kebakaran di Plaza BRI Bermula Dari Ruang Rapat Kantor Telkomsel“. Tribunnews, 28 April 2014 (arsip)
Tinggalkan Balasan