Beteng Trade Centre

Beteng Trade Centre adalah sebuah pusat perdagangan dan pertokoan yang berada di Jalan Mayor Sunaryo, di selatan Benteng Vastenberg, Kec. Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pusat perdagangan tersebut merupakan pasar yang dikelola oleh PT Andalan Propertindo dan dikembangkan oleh PT Pondok Solo Permai.

Beteng Trade Centre terdiri dari tiga blok rumah toko/kantor (ruko) dan sebuah pusat perbelanjaan grosir berlantai tiga dengan luas lantai sekitar 25.000 m2, menampung sekitar 1.700 pedagang dan los. Sepanjang sejarahnya, Beteng Trade Centre yang memulai keberadaannya sejak 1991 mengalami pasang surut, terutama dari kurun 1998 hingga 2005.


Iklan

Sejarah Beteng Trade Centre

Sebagai Bursa Perdagangan Beteng Plaza, 1993-98

Iklan Pusat Perdagangan Beteng Solo, 1991. Iklan jadul
Iklan Beteng Plaza yang terbit di harian Bisnis Indonesia pada 6 November 1991. Koleksi Perpustakaan Nasional RI Salemba

Beteng Trade Centre berdiri di bekas asrama Brigade Infrantri VI Kostrad RI, dekat gedung yang kini adalah Gedung Juang 45 Solo. Pada tahun 1991, pengembang PT Pondok Solo Permai membangun pusat perdagangan Beteng yang diharapkan akan terdiri dari tiga tahap, antara lain tahap pertama adalah rumah kantor dan pusat perbelanjaan grosir, tahap kedua adalah perkantoran dan pertokoan dengan hotel di dalam Benteng Vastenburg serta tahap ketiga yang merupakan perluasan tahap I Beteng.

Tujuan dari pembangunan pusat perdagangan Beteng berkaitan erat dengan kondisi perekonomian Surakarta yang cukup cepat saat itu, disamping merupakan salah satu pionir dari bangunan pertokoan swasta yang lebih identik dengan sebuah mall.


Iklan

Bilamana tahap kedua pengembangan Beteng menghebohkan para fanatik arsitektur heritage terkait alih fungsi Benteng Vastenburg yang dinilai terlalu komersial (pola pikir anti-komersial obyek sejarah masih kuat di Indonesia), tidak begitu dengan proyek Bursa Perdagangan Beteng dan rukan tahap pertama yang merupakan pertokoan modern pertama di Kota Surakarta. Proyek ini mulai dibangun sekitar akhir 1990 hingga rampung keseluruhan sekitar Januari 1993 dengan biaya investasi Rp. 35 milyar.

Bursa Perdagangan Beteng/Beteng Trade Centre, 1990. Solo tempo dulu
Ilustrasi Bursa Perdagangan Beteng

Awalnya, Bursa Perdagangan Beteng/Beteng Trade Centre diberi nama Pasar Klewer II sebagai upaya memperluas peran Pasar Klewer sebagai pusat perdagangan tekstil grosir di kota kelahiran Presiden Republik Indonesia ke-7 Joko Widodo ini. Namun, pemberitaan BERNAS dan Suara Merdeka mencatat bahwa pedagang Pasar Klewer, yang mendominasi konsumen pertokoan Beteng di awal-awal kehadirannya, menolak nama tersebut.

Operasional Bursa Perdagangan Beteng dimulai pada 2 Maret 1993, dengan acara sederhana berupa pemotongan tumpeng dan membuka 50 kios yang sudah dipesan di lantai dasar (lantai 1 versi struktur). Salah satu tenant besar, Matahari Department Store, membuka outletnya di Beteng sejak 27 Agustus 1993. Diharapkan akan diresmikan sekitar Juli 1993, operasional penuhnya molor hingga akhir tahun 1993 karena masih tingkat kekosongan baik kios maupun rukan yang tersedia mencapai 30 persen karena lesunya usaha perdagangan tekstil yang masih didominasi Pasar Klewer.


Iklan

Renovasi pada 2005-an

Sayangnya, baru lima tahun operasional Bursa Perdagangan Beteng dibakar massa dalam kerusuhan Mei 1998 yang juga melanda Surakarta. Akibatnya, motor ekonomi di kawasan Pasar Klewer dan Beteng lumpuh dan hanya menyisakan kios di lantai 1 dengan pemasukan seadanya. Sekitar akhir 2001, pihak DPRD Kota Surakarta mendorong pengelola untuk mengaktifkan kembali Beteng Plaza, yang salah satu usulannya adalah Pusat Kerajinan Nasional.

Baru pada tanggal 23 November 2004 Beteng Trade Centre, nama baru Beteng Plaza, diangkat kembali nyawanya oleh Pondok Solo Permai melalui peletakan batu pertama pembangunan oleh Walikota Surakarta Slamet Suryanto. Rehabilitasi bangunan tersebut tidak hanya menyulap eksterior menjadi klasik dan berwarna krem ciri khas pusat perbelanjaan era 2000an. Ia mulai digunakan sekitar November 2005 andaikata tidak ada gangguan internal maupun eksternal.


Iklan

Profil properti Beteng Trade Centre

Bursa Perdagangan Beteng tidak memiliki bioskop

Beteng Trade Centre pra renovasi, 1993, Solo tempo dulu
Bursa Perdagangan Beteng Plasa pada Maret 1993, setelah dibuka untuk umum. Foto: jsy/BERNAS

Sebelum dirusak oleh perusuh pada Mei 1998, Bursa Perdagangan Beteng terdiri dari pusat perbelanjaan berlantai 3, menyediakan 1.200 unit pertokoan dengan luas lantai total 22.000 m2, tiga blok rukan berlantai tiga sebanyak 70 unit dan 22 unit los untuk rumah makan. Sayangnya, tidak ada catatan siapa arsitek maupun kontraktor bangunan bergaya joglo dengan sentuhan modern ini.

Saat itu, Bursa Perdagangan Beteng memproklamirkan dirinya sebagai “kegiatan komersial yang lengkap dengan sarana serta dikelilingi langsung oleh pusat kegiatan sekitarnya”, merujuk pada keseluruhan tahap pusat Bursa ini serta tidak diperkenankannya penggunaan nama “Pasar Klewer” sebagai bahan pemasaran. Namun, hanya tahap 1 yang terealisasi, mengingat krisis moneter yang meluluhlantakkan perekonomian Indonesia serta kontroversi pemanfaatan Benteng Vredeburg untuk kegiatan niaga.

Komposisi susunan penghuni gedung utama Bursa Perdagangan Beteng terdiri dari lantai dasar (1) seluas 8.000 m2 yang menyediakan 650 kios untuk perdagangan grosir, lantai 1 (2) seluas 7.000 m2 untuk 550 kios penyelenggara perdagangan eceran serta lantai 2 (3) yang juga seluas 7.000 m2 diperuntukkan sepenuhnya sebagai gerai Matahari Department Store.

Pihak pengelola mengatakan kepada harian Bernas (1/3/1993) bahwa pusat perbelanjaan ini tidak dilengkapi bioskop karena diyakini investor bioskop kurang yakin dengan prospek adanya sinepleks di dalam mall. Sayangnya, perkembangan pembangunan mall di Indonesia selama 32 tahun terakhir membuat keyakinan ini terasa tidak masuk nalar; justru bioskop menjadi penggerak penting dari sebuah mal.


Iklan

Sejak renovasi, Beteng Trade Centre mengadopsi Mangga Dua

Sejak direnovasi pada 2005, penampilan dan format Beteng Trade Centre berubah total. Tidak lagi membawa konsep rutin sebagai pusat perdagangan yang lengkap, melainkan menjadi sebuah “Mangga Dua”-nya Surakarta oleh pengembang, ditengah tren berkembangnya perdagangan grosir di Jakarta Utara saat itu. Beteng Trade Centre tidak banyak mengalami perubahan, kecuali jumlah tenant yang bisa ditampung diperkirakan bisa mencapai 1.250 hingga 1.700 pedagang.

Sementara formasi lantainya nyaris sama. Lantai dasar (1) masih menyediakan kios untuk 635 pedagang, sementara lantai 1 (2) merupakan pertokoan dengan luas yang berbeda beda, antara lain format 2×3, 3×3, 2×6, 2×5, 2×2 terbuka, perkantoran dan pujasera. Lantai 2 ex Matahari akhirnya menjadi perkantoran, sehingga luas lantai total mencapai 25.000 m2.

Makam Raden Pabelan

Di sisi barat daya mall ini, terdapat sebuah pemakaman seorang tokoh bernama Raden Pabelan, yang merupakan putra dari Tumenggung Mayang, orang kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Konon, Raden Pabelan alias Kyai Bathang (bathang = mayat) dikuburkan di tempat ini setelah berkali-kali gagal membuang mayat tersebut dari sungai, atas sebuah petunjuk yang didapat Ki Gedhe Sala, pendiri Kota Surakarta.

Makam yang akhirnya ramai diperbincangkan di media sosial tersebut telah direnovasi dua kali, pada 1981 dan kembali lagi pada 1992 dalam rangka pembangunan Bursa Perdagangan Beteng. Pemerintah Kota Surakarta mengakui makam ini sebagai cagar budaya sejak 2014.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaBursa Perdagangan Beteng
Beteng Plasa
AlamatJalan Mayor Sunaryo Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Lama pembangunan1990 – Januari 1993
Mulai operasional2 Maret 1993
Lama renovasi2004 – 2005
Jumlah lantai (mal)3 lantai
Biaya pembangunanRp. 35 milyar (1993)
Rp. 362 milyar (inflasi 2024)
SignifikasiSejarah (parsial, makam Raden Pabelan)
Pariwisata (wisata belanja grosir)

Referensi

  1. kri (1991). “Bursa Perdagangan Benteng segera dibangun di Solo.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 19 Februari 1991, hal. 1
  2. “Pusat Perdagangan Beteng, Tambang Emasnya Solo.” Suara Merdeka, 14 September 1991, hal. 9
  3. Agus Widyanto (1991). “Bangunan tinggi mulai merambah Solo.” Bisnis Indonesia, 25 November 1991, hal. 9
  4. Iklan Bursa Perdagangan Beteng Solo. Bisnis Indonesia, 6 November 1991, hal. 3
  5. yoh (1992). “50 Persen Berasal dari Pedagang Pasar Klewer.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 2 Januari 1992, hal. 9
  6. “Beteng Plasa siap beroperasi.” Suara Merdeka, 16 Januari 1993, hal. 8
  7. jsy (1993). “Antara Klewer, Keraton dan Beteng Plaza.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 1 Maret 1993, hal. 9
  8. “Tumpengan Uji Coba Beteng Plaza.” Suara Merdeka, 3 Maret 1993, hal. 8
  9. “Pusat Perdagangan Solo Dibuka untuk Penuhi Kebutuhan Lebaran.” Harian Ekonomi “Neraca”, 8 Maret 1993, hal. 4
  10. “Lahan uji coba Manajemen Pengusaha.” Suara Merdeka, 8 Maret 1993, hal. 10
  11. lex (1993). “Pusat Grosir Beteng Solo Beroperasi Akhir Desember.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 3 Agustus 1993, hal. 5
  12. ppg (1993). “Matahari hadir di Beteng, Solo.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 21 Agustus 1993, hal. 5
  13. lex (1993). “30 persen Ruko di Beteng belum laku.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 16 November 1993, hal. 5
  14. sto (2001). “Beteng Plasa Diharapkan Jadi Klewer Baru.” KOMPAS Jawa Tengah, 12 Desember 2001, hal. 26
  15. “Dibangun Kembali, Pusat Grosir Tekstil Beteng Trade Center di Solo.” KOMPAS Jawa Tengah, 24 November 2004, hal. C
  16. Advertorial (2006). “Pusat Perdagangan Grosir Modern di Lokasi Strategis.” Majalah Bisnis Properti (Panangian) No. 32, April 2006, hal. 50-51
  17. Arsip halaman resmi Beteng Trade Centre, diarsip 14 Oktober 2012
  18. Bayu Ardi Isnanto (2022). “Legenda Raden Pabelan yang makamnya ‘tersembunyi’ di BTC Solo.” Detikcom, 28 Februari 2022. Diakses 4 Januari 2025 (arsip)

Lokasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan

Iklan

Cari disini

Media sosial

Karena mimin sibuk, aktivitas di media sosial dibatasi. Konten eksklusif bebas iklan ada di Trakteer SGPC.