Rumah Sakit Dharmais adalah sebuah rumah sakit negeri (anda tidak salah baca) yang berlokasi di Jalan Letjen S. Parman di Jakarta Barat. Rumah Sakit Khusus Kanker ini merupakan inisiatif dari Yayasan Dharmais pimpinan Presiden Soeharto dalam rangka menyediakan rujukan rumah sakit tertinggi untuk pasien kanker di Indonesia, sekaligus menyokong penelitian kanker di Indonesia.
Sejarah Rumah Sakit Dharmais: Angan yang terwujud dalam 30 tahun
Pencanangan pembangunan rumah sakit kanker nasional sudah dilaksanakan sejak era pemerintahan Soekarno. Pada tahun 1964, Presiden Soekarno membeli lahan di Jalan Letjen S. Parman untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai rumah sakit dari dana lelang barang milik Presiden. Lahan tersebut dimiliki oleh yayasan lain bernama Yayasan Pemberantasan Penyakit Kanker Indonesia (YPPCI) hingga pada tahun 1985 (habisnya masa guna HGB), yayasan tersebut menyerahkan lahannya ke Departemen Kesehatan. Upaya Depkes dan YPPCI membangun rumah sakit kanker tersebut terhambat karena uangnya dihabiskan untuk mendanai kunjungan kerja pejabat Depkes.
Gantungnya rencana membangun RS Kanker, ditambah dengan latar belakang tingginya jumlah penderita kanker di tanah air, dibaca betul oleh Presiden Soeharto. Pada tahun 1988, Soeharto membentuk tim pengusul pendirian rumah sakit kanker. Usulan itu dipresentasikan oleh dr. Arry Harryanto Reksodipuro kepada Soeharto pada awal Januari 1989, yang akhirnya memuluskan proyek pembangunan RS Dharmais.
Proyek tersebut baru dimulai pada tahun 1990, dengan membongkar pondasi lama proyek RS Kanker yang mangkrak. Penancapan pondasi baru dilakukan pada bulan Mei 1991, dan pada bulan Agustus 1991, pembangunan fisik telah dimulai. Ketika pembangunan dimulai, pihak Dharmais menjanjikan penyerahan Rumah Sakit kepada Departemen Kesehatan setelah dibangun, tetapi janji tersebut baru terealisasi pada tahun 1998.
Keseluruhan pembangunan, termasuk pemasangan fasilitas dan teknologi kesehatan rumah sakit, selesai dilaksanakan dan diserahterimakan pada April 1993, dan pada tanggal 30 Oktober 1993, Rumah Sakit Kanker Dharmais diresmikan Presiden Soeharto.
25 tahun berjalan, Pemerintah selaku pemilik RS Dharmais sejak 1998 berencana membangun perluasan gedung baru RS Dharmais untuk meringankan beban RS kanker pertama di Indonesia yang semakin menggunung. Saat itu, pemerintah harus mencari investor dalam bentuk kerja sama pemerintah dan badan usaha untuk mengelola gedung baru senilai 2,3 triliun rupiah saat itu.
Rumah Sakit Dharmais melayani rujukan kanker untuk seluruh Indonesia
Rumah Sakit Dharmais dirancang oleh tim arsitek dari Inti Karya Persada Teknik, pemborong yang biasanya membangun kilang pabrik dan Gedung Granadi, aset yayasan milik Soeharto lainnya. Status IKPT dalam proyek RS Dharmais memang terdengar tidak umum karena rekam jejaknya, tetapi kualitas rancangan mereka tidaklah neko-neko. Formasi desain RS Dharmais membentuk dua bangunan berbentuk L untuk keperluan peredaran manusia di bagian dasar rumah sakit dan tampilan tropisnya muncul dari pemikiran bahwa penderita kanker harus merasakan suasana serasa di rumah.
Rumah Sakit Kanker Dharmais melayani rujukan rumah sakit umum seluruh Indonesia, khusus bagi penyandang kanker. RS Dharmais juga melayani layanan pencegahan, pengobatan, imunoterapi, transplantasi bagi penderita kanker darah/leukemia hingga operasi kanker. Laporan Majalah Konstruksi pada Mei 1993 menyebutkan terdapat 300 kamar untuk pasien; per 2018, desain kapasitas RS Dharmais hanya bisa menangani 225 pasien/hari.
RS Dharmais juga menjadi tempat pelatihan dan pembelajaran bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang sudah berlangsung sejak awal Oktober 1993.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Letjen S. Parman No. 84-86 Palmerah, Jakarta Barat, Jakarta |
Jumlah menara | 2 |
Arsitek | Ir. Edy Sumarso (Inti Karya Persada Teknik) |
Pemborong | Wijaya Kusuma Contractors |
Lama pembangunan | Mei 1991 – April 1993 |
Diresmikan | 30 Oktober 1993 |
Jumlah lantai (dua menara) | 9 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 100 milyar (1993) Rp. 1 triliun rupiah (inflasi 2020) |
Referensi
- Dwi Ratih; Saptiwi Djati Retnowati (1993). “Rumah Sakit Kanker, dengan konsep pelayanan terpadu”. Majalah Konstruksi No. 181, Mei 1993, hal. 46-53
- sk (1991). “Yayasan Dharmais Bangun Rumah Sakit Kanker”. KOMPAS, 13 Agustus 1991, hal. 1
- ij (1991). “Rumah Sakit Pusat Kanker Bakal Terbesar di Asia”. KOMPAS, 16 Agustus 1991, hal. 1
- ira (1992). “Info Jabotabek: Rumah Sakit Pusat Kanker”. KOMPAS, 25 November 1992, hal. 7
- vik (1992). “Info Jabotabek: Tinjau R.S. Kanker”. KOMPAS, 23 Februari 1993, hal. 7
- sas (1993). “RS Kanker Dharmais Diresmikan Akhir Oktober.” KOMPAS, 4 Oktober 1993, hal. 8
- A-5/ks (1993). “Presiden Meresmikan RS Dharmais”. Suara Pembaruan, 30 Oktober 1993. Diakses via Soeharto.co, 12 Desember 2020 (arsip)
- rie/osd (1998). “Soeharto serahkan tiga RS”. KOMPAS, 31 Juli 1998, hal. 10
- Halaman resmi RS Kanker Dharmais, diakses 11 Desember 2020 (arsip)
- Rencana Strategi Bisnis RS Kanker Dharmais, diakses 12 Desember 2020 (arsip)
- FZN (2018). “Pembangunan RS Dharmais Telan Anggaran Rp. 2,3 Triliun“. Medcom, 27 September 2018. Diakses 12 Desember 2020 (arsip)
Tinggalkan Balasan