Graha Telkom Sigma, atau Graha Telkomsigma I, adalah sebuah gedung perkantoran berlantai 8 yang berlokasi di selatan kawasan Bumi Serpong Damai, tepatnya di Jalan Kapten Soebijanto Djojohadikoesoemo, Tangerang Selatan. Gedung yang kini berfungsi sebagai pusat data milik BUMN telekomunikasi Telkom Indonesia ini awalnya merupakan pusat bisnis untuk perusahaan dari Jerman bernama German Centre.
German Centre (1996-2013)
Pembangunan German Centre erat kaitannya dengan hubungan diplomasi dan perdagangan Jerman dan Indonesia. Pada 26-27 Oktober 1996, sebelum Kanselir Jerman Helmut Kohl dan Presiden Soeharto bertemu dalam sebuah pertemuan bilateral, diadakan sebuah konferensi bisnis Forum Indonesia-Jerman yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Jerman Dr. Gunter Rexrodt dan Menteri Riset & Teknologi B.J. Habibie. Dalam konferensi tersebut, Rexrodt memperkenalkan pusat bisnis untuk perusahaan Jerman: German Centre di BSD, yang ia klaim sebagai “German Centre terbesar di luar negeri” kepada pengusaha dan investor asal Jerman.
Fritz Kleinsteuber, yang pada 1997 adalah ketua Ekonid (Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman), beralasan bahwa pemilihan kawasan Bumi Serpong Damai sebagai lokasi kantor German Centre karena menurutnya “hanya BSD yang punya konsep future oriented“. Pada 2003, dalam wawancara kepada harian KOMPAS, Jochen Sautter (Presdir German Centre Indonesia) mengungkapkan alasan yang jauh lebih klasik: “prospektif, dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta“.
Realisasi pembangunan German Centre – yang menjadi perkantoran kedua di kawasan BSD setelah Wisma BSD sendiri – terjadi pada 18 Maret 1997, saat pejabat negara bagian Baden-Württemberg dan menteri-menteri Indonesia meletakkan batu pertama pembangunan gedung baru tersebut. German Centre, yang strukturnya diklaim dirancang untuk menahan beban 800-1500 kilogram per meter persegi, dirancang oleh cabang firma Jerman Fichtner GmbH & Co. KG bersama dengan Esgea Indonesia. Pembangunan dilakukan oleh Econ Construction.
Proyek kerjasama Bumi Serpong Damai dan L-Bank (bank milik pemerintah negara bagian Baden-Württemberg, kini Landesbank Baden-Württemberg) tutup atap pada 25 Maret 1998, ditengah krisis ekonomi Indonesia yang makin menghebat. Proyek yang materialnya 50 persen memakai produk Jerman tersebut selesai dibangun pada November 1998, dengan biaya Rp. 238,4 milyar (USD 32 juta nilai 1998, setara Rp. 1,5 triliun nilai 2021).
Gedung tersebut diresmikan pada 28 Februari 1999, dihadiri oleh Presiden B.J. Habibie, Dubes Jerman untuk Indonesia Dr. Heinrich Seemann, Perdana Menteri Negara Bagian Baden-Württemberg Erwin Teufel, Kepala Koordinasi German Centre Berthold Leibinger dan Anggota Badan Direksi Manajemen (Board of Managing Director) L-Bank-Förderbank Hans Beerstecher. Di masa jayanya, 33 perusahaan dan instansi baik lokal maupun milik pengusaha Jerman, BMW Training Centre, dan Swiss German University menempati gedung German Centre.
Graha Telkomsigma (2013-sekarang)
Ketika German Centre selesai dibangun pada akhir 1998, salah satu tenant yang menempati adalah perusahaan bernama Sigma Cipta Caraka. Saat itu, mereka menyediakan penjualan perangkat keras IBM, pembuatan perangkat lunak, outsourcing tenaga informatika, dan pusat data. Sigma menempati seluruh lantai lima German Centre.
Pada 2008, BUMN telekomunikasi Telkom Indonesia (melalui anak usahanya Multimedia Nusantara), mencaplok Sigma dan selanjutnya difokuskan ke pengembangan pusat data. Tiga tahun kemudian, lahir sebuah rencana untuk membangun pusat data baru senilai Rp. 400 milyar, memperluas lingkup jaringan yang sudah ada (sebelumnya Telkomsigma memiliki 2 pusat data di Sentul dan Surabaya).
Upaya Telkom memperluas pusat data mereka justru menjadi akhir dari German Centre. Awal Januari 2013, Sigma meneken pengambilalihan kepemilikan dan aset German Centre Indonesia dari Landesbank Baden-Württemberg dan Stuttgarter Engineering Park, pemilik lama gedung tersebut, dengan banderol Rp. 170 milyar (2013, setara Rp. 235,9 milyar rupiah nilai 2021). Telkomsigma, nama baru Sigma, memanfaatkan bekas German Centre sebagai perluasan pusat data. Transaksi pengambilalihan itu lunas pada 30 April 2013.
Dua tahun pasca pengambilalihan German Centre oleh Sigma, gedung tersebut mendapat sertifikat Greenship Gold dari Dewan Bangunan Hijau Indonesia (GBCI). Selanjunya gedung tersebut berganti nama menjadi Graha Telkomsigma.
Graha Telkomsigma tidak tropis tetapi sangat kokoh
Graha Telkomsigma, dahulu German Centre, memiliki 7 lantai dan 1 basement, dengan luas lantai total mencapai 24.900 meter persegi dan luas lantai efektif 17 ribu meter persegi. Gedung ini dirancang ramah lingkungan, dimana lapis kaca yang digunakan untuk gedung bergaya modern ini mengurangi konsumsi listrik sampai 35 persen, dan strukturnya dirancang agar tahan dengan beban mencapai 800-1500 kg per meter persegi. Suatu prestasi yang membuat Silabanista menangis, tetapi membuat senang petualang server dan client.
Secara arsitektur, fitur yang menjadi penanda bahwa Graha Telkomsigma awalnya adalah German Centre adalah garis penegas berwarna bendera nasional Jerman: hitam, merah dan emas; tetapi per 2020, garis penegas itu sudah ditutup warna merah khas Telkom.
Data dan fakta
Nama lama | German Centre |
Alamat | Jalan Kapten Soebijanto Djojohadikoesoemo Serpong, Tangerang Selatan, Banten |
Arsitek | Fichtner (Asia) Pte. Ltd (anak cabang Fichtner GmbH, arsitektur) Esgea Indonesia (architect of record) |
Pemborong (J.O.) | Econ Indonesia, Wayss & Freitag dan PT AIP |
Lama pembangunan | Maret 1997 – November 1998 |
Diresmikan | 28 Februari 1999 |
Jumlah lantai | 7 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp. 238,4 milyar (1998) Rp. 1,5 triliun (inflasi 2021) |
Signifikasi | Sospol (hubungan bilateral Indonesia-Jerman di bidang perdagangan) |
Referensi
- Pieter P. Gero (1996). “Kunjungan Kanselir Kohl: Mencari Tempat Berpijak Bagi “Kebijakan Asia”.” KOMPAS, 29 Oktober 1996, hal. 17
- Advertorial (1997). “CBD dan Taman Tekno BSD: Kehadirannya Mengukuhkan BSD Sebagai Kota Baru.” KOMPAS, 16 Januari 1997, hal. 21
- gun (1997). “Kilasan Ekonomi: Pembangunan Pusat Jerman di BSD”. KOMPAS, 19 Maret 1997, hal. 2
- nn (1998). “Kilasan Ekonomi: Penutupan Atap Pusat Industri Perdagangan Jerman”. KOMPAS, 27 Maret 1998, hal. 2
- ppg (1999). “Kilasan Ekonomi: 32 Juta Dollar Untuk Rumah Jerman.” KOMPAS, 6 Maret 1999, hal. 2
- Robert Adhi KSP (2003). “German Centre Juga Bantu Pengusaha Jerman”. KOMPAS, 13 Mei 2003, hal. 35
- jun (1999). “$32m German Center inaugurated at BSD”. The Jakarta Post, 1 Maret 1999. Diakses via Jawawa.id. (arsip)
- Halaman resmi German Center, diarsip Oktober 2000:
- Halaman resmi German Center (profil Sigma), 6 April 2001. Diarsip 5 September 2003
- Evilin Falanta; Rizki Caturini (2011). “Setelah diakuisisi Telkom di 2008, Sigma melebur menjadi Telkomsigma.” KONTAN, 11 April 2011. Diakses 29 Januari 2021. (arsip)
- Laporan Keuangan Telkom Indonesia 2014, diakses 29 Januari 2021. (arsip)
- art (2014). “TelkomMetra Perkuat Posisi Telkom dalam Industri TIMES.” Vivanews, 26 Maret 2014. Diakses 29 Januari 2021. (arsip)
- Profil Perusahaan Telkomsigma, diakses 29 Januari 2021. (arsip)
- Giri Hartomo (2017). “Bangunan Kementerian PUPR Aplikasikan Green Building, Begini Kelebihannya“. Okezone, 5 Juni 2017. Diakses 29 Januari 2021. (arsip)
- Chicha Tobing (2005). “German Centre Indonesia”. Majalah Indonesia Design Vol. 2, No. 7, 2005. Hal. 38-41
Tinggalkan Balasan