Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 2,88 juta penduduk (Badan Pusat Statistik, 2021), sekaligus merupakan ibukota dari provinsi Jawa Timur, salah satu provinsi dengan penduduk cukup banyak di Tanah Air.
Kota yang berdiri sejak 1293 ini memiliki sejarah panjang sebagai salah satu kota perdagangan dan bisnis yang menggerakkan motor ekonomi nasional dari zaman Majapahit, dan juga dikenal secara sejarah kebangsaan sebagai salah satu tempat terjadinya pertempuran antara pejuang kemerdekaan dan tentara Inggris, yang selamanya dikenang pada 10 November sebagai hari Pahlawan.
Peran beberapa bangunan sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa tidak bisa dihindari, seperti Gedung Internatio dan Hotel Majapahit (MGallery) dan juga gedung-gedung era kolonial yang menjadi pendukungnya. Namun, sebagai bangunan pendukung sejarah perdagangan dan bisnis di Kota Pahlawan, gedung-gedung yang berdiri di era Orde Baru dan Reformasi walau memiliki nilai arsitektur dan sejarah yang dianggap minim, seharusnya tidak dilupakan dan ditinggalkan.
Seperti halnya koleksi tulisan pendek lainnya, ini adalah bagian pertama dari ketiga bagian – bagian lainnya membahas hotel dan pusat belanja di Surabaya. Bagian ini adalah yang paling favorit dan krusial; karena artikel ini kini menjadi payung buat beberapa tulisan pendek tentang gedung yang SGPC pernah bahas, plus gedung-gedung lainnya yang kami rasa belum dibahas sebelumnya.
Penelusuran kilat
1975: Dinas Pertanian Jawa Timur
Gedung kantor tertua di Surabaya yang SGPC mampu bahas saat ini berangkat dari tahun 1975. Saat itu Indonesia sudah menginjak 30 tahun dan beberapa instansi negara di tingkat pusat maupun daerah mulai menambah sarana perkantorannya. Termasuk juga Dinas Pertanian Rakyat, yang sekarang cukup bernama Dinas Pertanian, di Jalan Ahmad Yani No. 152 Kecamatan Gayungan, dulu bagian dari Wonocolo.
Gedung berlantai dua ini dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan sejak Agustus 1974 dan selesai sekitar Oktober 1976; gedung utamanya yang dirancang oleh PT Indah Karya dan masterplan-nya oleh PT Cipta Karya diresmikan pemakaiannya pada tanggal 20 Mei 1975. Sebagai gedung sederhana bergaya modern dengan teritisan tegak ala arsitektur tropis, biaya konstruksi gedung ini mencapai Rp. 736,5 juta (1975, setara Rp. 42,1 milyar nilai 2023).
1981: BRI Kantor Inspeksi Surabaya
Kantor Bank Rakyat Indonesia di Wonocolo, Surabaya bagian selatan adalah gedung berlantai dua dengan gaya arsitektur modern yang tidak disebutkan jati diri arsitek dan pemborongnya. Pembangunannya berlangsung mulai 9 Oktober 1979 hingga selesai dibangun dan diresmikan oleh Direktur Utama BRI Gandhi Martono pada 7 Maret 1981.
BRI hanya menghabiskan Rp. 172.491.000 (1981) atau setara dengan Rp. 4,45 milyar nilai 2023 untuk membangun gedung ini. Kecil sekali untuk sebuah kantor wilayah. Gedung dengan luas lantai 1.680 m2 ini menampung keseluruhan operasional BRI wilayah Jawa Timur hingga pada akhirnya pindah kantor ke Plaza BRI di pusat kota. Kini, kantor di Jalan Ahmad Yani, sesuai namanya digunakan sebagai kantor inspeksi untuk audit intern wilayah.
1986: Bank Permata Tunjungan
Pada 8 Agustus 1986, Gubernur Jawa Timur Wahono meresmikan pemakaian gedung baru Bank Bali berlantai empat di Jalan Tunjungan No. 52 yang dibangun dengan dana Rp. 2 milyar rupiah (1986, setara Rp. 34,4 milyar nilai 2023). Sebelumnya bank milik Djaja Ramli itu berkantor di rukan Jalan Slompretan No. 38-40.
Dengan peleburan Bank Bali ke beberapa bank lain, baik kantor di Jalan Tunjungan maupun Slompretan saat ini menjadi kantor Bank Permata. Namun, pelayanan di gedung Tunjungan dihentikan sejak 11 Desember 2023 dan dipindahkan ke Jalan Panglima Sudirman.
1989-98 adalah tahunnya kantor bank
Kebanyakan booming dari pembangunan kantor-kantor bank yang anda baca di tahun 1989 dan 1990 merupakan produk dari Paket Oktober 1988, dimana perbankan swasta mulai diperkenankan melakukan ekspansi kantor cabang serta membuka bank-bank baru.
Namun, dalam konteks Surabaya yang adalah kota terbesar kedua, tidak berpengaruh karena banyak bank swasta yang telah beroperasi jauh sebelumnya. Justru, bank yang sudah ada cenderung melakukan perluasan dan/atau relokasi gedung beberapa tahun sebelumnya.
Juni 1989: BRI Rajawali, Jalan Rajawali No. 23-27
Gedung BRI di Jalan Rajawali adalah salah satu kantor bank baru yang didirikan di Surabaya di periode 1980an-90an. Gedung berketinggian 20 meter dengan gaya arsitektur pascamodern ini dirancang oleh tim arsitek Team 4 pimpinan Ir. Zachri Zunaid dan dibangun oleh pemborong swasta Total Bangun Persada mulai Januari 1988 dan selesai Februari tahun selanjutnya. Gedung besar ini menggantikan kantor di Jalan Kembang Jepun.
Rancangan BRI cabang Rajawali ini dianggap cukup kontroversial karena fanatik bangunan kuno akan menganggap gedung ini melenceng dari konteks kawasan Jembatan Merah, terutama karena gedung ini dibangun di atas bekas gedung kuno yang dibongkar pada November 1987.
Tetapi menurut Zachri kepada Majalah Konstruksi (Agustus 1989), keadaan lahan tak bisa berkompromi pada lingkungannya, namun diusahakan lebih “menghargai kawasan” (tanda kutip, karena pemikiran Zachri dengan fanatik bangunan kuno akan berbeda) dengan memberi lapis kaca pada sisi barat dan timur untuk memberikan refleksi bangunan kuno. Pandangan ini yang dikritik sebagai “kelatahan” dan “kemalasan” oleh dua orang tidak ternama di harian petang Surabaya Post.
Gedung senilai 3,8 milyar rupiah (1989, setara Rp. 52,1 milyar nilai 2023) diresmikan penggunaannya pada tanggal 5 Juni 1989 dan digunakan oleh BRI hingga saat ini.
November 1989: Gedung BSI Darmo (ex-Bank Umum Servitia), Jalan Darmo Raya No. 15
Tepatnya lima bulan setelah dibukanya kantor BRI di Kota Tua, giliran Bank Umum Servitia di Jalan Darmo Raya No. 15, selatan kantor BCA, yang membuka kantornya di Kota Pahlawan.
Gedung berlantai empat tersebut dibangun dengan biaya konstruksi mencapai Rp. 2 milyar (1989, setara Rp. 27,4 milyar nilai 2023) yang diresmikan pada 15 November 1989 oleh Dirut BUS Rijanto Sastroatmodjo dan mulai beroperasi sehari kemudian (16/11/1989).
Menurut laporan Infobank, kantor BUS Darmo menjadi cabang kelima bagi bank tersebut. Sayangnya, sejak 1999, BUS dibekukan BPPN dan pasca-diambil-alih sudah ditempati beberapa usaha seperti restoran De Darmo, dan kini ormas. Sejak 2023, Bank Syariah Indonesia mengubah penampilan eksterior dan menempati gedung bekas Bank Umum Servitia ini.
Mei 1990: Gedung Kencana, Jalan Bubutan No. 127-135
Booming gedung kantor di Surabaya memang belum selesai juga. Di bagian barat Tugu Pahlawan, berdiri sebuah gedung berlantai tujuh yang kini adalah kantor dari perusahaan bahan bangunan berbasis baja ringan, PT Kencana Maju Bersama. Selama hampir 3 dekade, gedung ini menjadi kantor pusat dari Bank Arta Niaga Kencana (hmm, kebetulan yang tidak diduga-duga) dan cabang utama pewaris ANK dari tanah kangguru, Commonwealth Bank of Australia.
Gedung tersebut dibangun mulai, berdasarkan izin mendirikan bangunan, mulai 6 Oktober 1988 hingga selesai keseluruhan per Mei 1990. Sayangnya tidak ada informasi mengenai arsitek dan pemborong gedung senilai Rp. 15 milyar (1990, setara Rp. 190,8 milyar nilai 2023) ini. Gedung tersebut diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso pada 30 Mei 1990. Saat diresmikan, pihak bank menempati 3 lantai sementara sisanya masih belum dipastikan.
Oktober 1991: Bank (OCBC) NISP Jalan Pemuda No. 104-106
Selain BRI, Bank Duta dan ANK, Bank NISP yang awalnya berpusat di Bandung juga tidak ketinggalan memperluas operasionalnya di Surabaya, dengan membangun gedung kantor cabang baru di Jalan Pemuda dekat Plaza Surabaya. Gedung berlantai lima dengan gaya arsitektur modern ala 90an ini dibangun oleh perusahaan PT Duta Sarana Pura (berdasarkan iklan peresmian). Tidak ada catatan arsitek dan lama pembangunan, namun Bank NISP mulai menempati kantor senilai 3 milyar rupiah itu pada 15 Oktober 1991.
Sebelum Oktober 1991, kantor cabang NISP berada di Jalan Sikatan No. 17, yang sekarang adalah bangunan kosong. Dengan waktu yang terus berjalan dan iklim industri keuangan yang berubah, sekarang gedung ini menjadi cabang utama Bank OCBC NISP.
November 1992: BCA Darmo, Jalan Darmo Raya No. 5
Selanjutnya adalah kantor Bank Central Asia di Jalan Darmo Raya, yang disebut merupakan versi mini daripada kantor pusat BCA di Jakarta. Ia merupakan satu dari sekian kantor cabang utama BCA di Surabaya sekaligus kantor wilayah Jawa Timur bagian utara.
Gedung berlantai 10 itu dirancang oleh John & Associates dan dibangun oleh Total Bangun Persada mulai Agustus 1991 sampai Agustus 1992. Gedung tersebut beroperasi mulai sekitar November 1992. Sebagai salah satu klon Wisma BCA Jakarta, BCA Darmo dilapisi oleh kaca curtain wall, dengan struktur pondasi tiang pancang dan struktur atas beton bertulang dengan steel cap (kap baja). Luas lantai gedung kotor adalah 11.477 meter persegi yang sepenuhnya digunakan sebagai kantor operasional BCA.
Pada 20 Oktober 2014, terjadi aksi percobaan perampokan di sekitar gedung ini. Salah satu tersangka perampokan, yang pernah masuk DPO, mencoba merampok seorang nasabah BCA di lobi gedung, namun keburu diketahui oleh satpam kantor dan melarikan diri. Tersangka perampokan tewas di kampung halamannya setelah ditembak aparat keamanan karena mencoba melawan.
Mulai November 1992 hingga 1 Desember 2023, gedung ini juga ditempati sebagai Kantor Wilayah III Jawa Timur; mulai pada tanggal tersebut BCA Kanwil III dipindah ke gedung baru di Surabaya Barat, menyisakan kantor cabang utama di gedung berusia 30 tahun ini.
Graha Pacific (1993)
Walaupun awalnya merupakan kantor bank, Graha Pacific merupakan gedung kantor niaga tulen sehingga SGPC memutuskan memisahkan gedung ini dari kategorisasi kantor-kantor bank yang menjamur di Surabaya pada kurun 1989 sampai 1998. Hal yang sama juga ditetapkan bagi Gedung Bunas di sisi lain Jalan Basuki Rahmat, karena fungsinya yang juga kantor niaga tulen dan juga panjang tulisan.
Sejarah gedungnya juga tergolong singkat kata. Sayangnya, tidak ada catatan lama membangun, kontraktor dan juga arsitek gedung berlantai 12 dan 1 basement ini, yang menurut Josef Prijotomo di artikel Majalah Konstruksi merupakan karya arsitek asal Jakarta. Gedung ini memiliki eksterior yang sangat mirip dengan kakaknya Wisma Nugra Santana di Jakarta, yang merupakan kantor pusat Bank Pacific.
Ketika diresmikan oleh keluarga Ibnu Sutowo pada 17 Agustus 1993, Bank Pacific menempati tiga lantai pertama dan sisanya disewakan, dimana per Januari 1995, menurut catatan Procon Indah, “sedang dalam penyelesaian”, kemungkinan interior. Gedung ini menyediakan luas lantai total 12.084 m2 dan gedung serta lapangan parkir untuk mobil dan sepeda motor.
Konstruksi gedung tersebut menghabiskan biaya Rp. 12 milyar (1993, setara Rp. 118 milyar nilai 2023). Pasca-bubarnya Bank Pacific pada 1997 dan pergantian kepemilikan gedung ini, perusahaan genteng Djabesmen menjadi pemilik Graha Pacific saat ini.
Gedung Yosindo (1996)
Ada beberapa kantor-kantor perusahaan maupun perkantoran biasa yang layak untuk disinggung di Setiap Gedung Punya Cerita, namun kami agak kesulitan menemukan data mengenai gedung tersebut.
Gedung Yosindo merupakan gedung kantor berlantai tujuh yang berdiri di ruas Jalan Rajawali, satu jalan dengan kantor BRI dan Hotel Arcadia Surabaya, menyediakan ruang perkantoran hanya lima ribu meter persegi (semi-gross). Laporan properti Procon Indah di harian Media Indonesia mencatat bahwa gedung bersarungkan kaca ini selesai dibangun di semester kedua tahun 1996.
Gedung-gedung lain yang terlalu sepele untuk dibahas……
Iya, betul. Paket Oktober 1988 tidak hanya menciptakan kantor-kantor cabang baru tetapi juga menelorkan bank-bank baru yang anda sepertinya tidak kenal karena usianya seumur jagung, antara bangkrut karena krisis moneter 1998, ganti nama atau dicaplok bank lain.
Terdapat beberapa bank-bank yang baru membuka cabang baru maupun operasional barunya di kota ini. Atau juga asuransi. Karena banyak kantor-kantor pembantu yang berdiri di kota ini – bahkan kesannya sangat tidak penting, kami hanya sortir bank-bank yang buka kantor cabang induk serta yang memulai operasinya kala itu.
Terlama adalah Asuransi Rama, yang sempat menempati kantor baru di sebuah bangunan berbentuk rumah di Jalan Darmo Raya No. 34 pada April 1990, hingga pindah ke Jalan M.H. Thamrin No. 14 (bagian dari Darmo) mulai 2017, dan selanjutnya berpindah lagi ke Spazio.
Gedungnya masih ada namun dalam keadaan yang agak memprihatinkan karena tak lagi dihuni; kantor di Thamrin No. 14 sudah beralih fungsi menjadi rumah tinggal. Kami tidak bisa memastikan apakah gedung ini baru sejak 1990 atau renovasi dari gedung lama.
Selain asuransi Rama, SGPC melacak di tahun 1994, giliran Bank Dwima yang membangun kantor pusat baru. Berlokasi di simpang jalan Kombes Pol. Moh. Duryat dan Cendana, merupakan gedung berlantai enam yang diperkirakan mulai ditempati Agustus 1994, menggantikan kantor di Jalan Kedungdoro yang selanjutnya beralih guna menjadi sebuah kantor cabang. Kami tidak tahu kapan eksistensi Bank Dwima berakhir oleh disita BPPN atau diakuisisi bank lain. Sekarang gedung tersebut merupakan kantor cabang Bank Panin.
Referensi
- “Predikat Bank Pejuang bagi BRI.” Berita Yudha, 9 Maret 1981, hal. 2
- Rien (1981). “BRI Jatim Coba Tingkatkan Mutu Pelayanan.” Berita Yudha, 13 Maret 1981, hal. 13
- Urip Yustono (1989). “Gedung BRI Cabang Surabaya: Kaca reflektif untuk merefleksikan bangunan disampingnya”. Majalah Konstruksi No. 136, Agustus 1989.
- lin (1989). “BRI Kembang Jepun jadi BRI Rajawali”. Jawa Pos, 3 Juni 1989, hal. 5
- Jati Amsar; Kris P. (1989). “Bila Arsitektur Mulai Mengaca.” Surabaya Post, 21 Oktober 1989, hal. 8
- “Kantor ANK Rp. 15 Miliar.” Surabaya Post, 28 Mei 1990
- Iklan peresmian kantor pusat baru Bank ANK. Surabaya Post, 31 Mei 1990
- Arsip halaman resmi Bank ANK, diarsip 12 Oktober 2001
- ir/sss (2006). “Bank Commonwealth Beli Bank ANK.” Detikcom, 11 Desember 2006. Diakses 10 April 2023 (arsip)
- “Info Proyek: Gedung BCA Darmo Tegal”. Majalah Konstruksi No. 162, Oktober 1991.
- Wakhid Muqodam (2014). “Sebelum Ditembak, Pelaku akan Melakukan Aksi Perampokan”. Suara Surabaya, 20 Oktober 2014. (arsip)
- Iklan Ucapan Selamat Penggunaan Gedung Baru BCA Darmo. Surabaya Post, 3 November 1992
- Halaman resmi Yosindo Building, diakses 11 April 2023 (arsip)
- “Pasok dan Permintaan Adu Cepat.” Media Indonesia, 7 Februari 1997
- Iklan Asuransi Rama. Surabaya Post, 3 April 1990
- Halaman resmi Asuransi Rama, diakses 16 April 2023 (arsip)
- ras (1994). “Dwima Segera Tempati Gedung Baru.” Jawa Pos, 8 Juni 1994, hal. 5
- Tia (1990). “Lebih baik kerjasama daripada bersaing tak sehat.” Majalah Infobank No. 120, Januari 1990, hal. 44
- Iklan Bank NISP. Jawa Pos, 15 Oktober 1991, hal. 5
- asz; el (1991). “Hanya 2%, Nasabah yang ingin hadiah.” Jawa Pos, 16 Oktober 1991, hal. 6
- el (1993). “Ibnu Sutowo akan kuasai 100% persen saham.” Jawa Pos, 18 Agustus 1993 hal. 5
- Arsip halaman resmi Graha Pacific, diarsip 1 November 2017 (halaman resmi 2023)
- fid (1989). “Gedung Bank Umum Servitia Diresmikan.” Jawa Pos, 16 November 1989, hal. 5
- Arsip halaman resmi Bank Bali, diarsip 16 September 2000
- “Peranan Bank Swasta Nasional dalam Pembangunan Cukup Besar.” Berita Yudha, 14 Agustus 1986, hal. 4, 6
- Departemen Mutu Bank Bali (1992). “Pilar-Pilar Bank Bali”. Jakarta: Medcompro Utama. Hal. 17-18
- Arsip halaman resmi PT Pembangunan Perumahan, diarsip 25 Desember 2003
- “Gedung Dinas Pertanian Rakyat Jatim di Wonocolo perlukan beaya Rp. 736,5-juta.” Surabaya Post, 27 Desember 1975, hal. 6
- “Gedung Dinas Pertanian Rakyat Jatim diresmikan.” Surabaya Post, 21 Mei 1975, hal. 2
- Press release (2023). “Penutupan layanan operasional dan relokasi kantor cabang BCA tahun 2023.” Bank Central Asia, 22 Februari 2024. Diakses 31 Maret 2023 (arsip)
Tinggalkan Balasan