Kompilasi Sejarah Gedung di Yogyakarta

Yogyakarta. Kota Gudeg atau Kota Pelajar. Ia adalah ibukota dari provinsi D.I. Yogyakarta dengan jumlah penduduk 375 ribu jiwa menurut estimasi data Badan Pusat Statistik 2023. Kota seluas 32,5 km2 ini berdiri sejak 1756 sebagai ibukota baru dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat hasil pemecahan kerajaan Mataram Islam oleh Belanda dalam Perjanjian Gianti 13 Februari 1755.

Kota Yogyakarta dikenal sebagai ibukota sementara Republik Indonesia di masa Revolusi dan juga mendapatkan sebutan Kota Pelajar mengingat di kota ini cukup banyak berdiri perguruan tinggi ternama, terutama Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta. Selain itu, keberadaan bangunan kuno dan warisan kebudayaan di kota ini membuatnya menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia selain di Bali.

Tapi kita tidak membahas bangunan kuno karena sudah basi untuk dibahas, dan merupakan kebijakan Setiap Gedung Punya Cerita untuk membahas bangunan yang berdiri di era pasca-kemerdekaan. Untuk saat ini baru ada tiga bangunan yang blog ini bisa bahas dalam kompilasi ini.

Kompilasi ini tidak menyertakan bangunan di Jalan Jenderal Sudiman dan Jalan Teuku Cik Ditiro yang blog ini telah jelaskan sebelumnya.

Penelusuran kilat


Iklan

Bank Mandiri, Jalan Diponegoro No. 107 (Feb. 1986)

Gedung Bank Mandiri Jalan Diponegoro Yogyakarta
Gedung Bank Bapindo Yogyakarta. Foto oleh mimin SGPC.

Bank Mandiri, sebagai produk dari peleburan empat bank milik negara, menempati setiap gedung bekas bank-bank tersebut, terkhusus Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Bapindo menempati sebuah gedung berlantai tiga di Jalan Pangeran Diponegoro No. 107 di Kecamatan Jetis (barat Tugu).

Gedung tersebut berlantai tiga dengan luas lantai 1.300 m2 dengan tampilan arsitektur modern. Tidak ada catatan arsiteknya, tetapi harian BERNAS (27/2/1986) menyebutkan bahwa kontraktor kantor Bapindo Jalan Diponegoro adalah PT Panca Sakti, menghabiskan waktu paling awal April 1985 hingga rampung sekitar akhir Januari 1986, dengan biaya konstruksi 640 juta rupiah (1986, setara Rp. 11,6 milyar nilai 2024).

Kantor Bapindo di Jalan Diponegoro diresmikan oleh Wakil Gubernur D.I. Yogyakarta Pakualam VIII bersamaan dengan pengumuman penempatan gedung baru pada 26 Februari 1986, menggantikan kantor lama di Jalan Pangeran Mangkubumi No. 66 yang kemungkinan sekarang ditempati warung soto. Bapindo menempati gedung di Jalan Pangeran Mangkubumi sejak membuka cabangnya dari 1964 hingga 1986.


Iklan

Gedung BKN Wilayah I, Jalan Magelang km. 7,5 (Apr. 1986)

Kanwil BKN I Yogyakarta sebelum renovasi
Kanwil BKN I Yogyakarta. Foto oleh Budi Raharjo/Panoramio

Badan Kepegawaian Negara adalah lembaga negara yang berperan dalam mengatur, membina dan memanajemen kegiatan aparatur sipil negara Pemerintah Republik Indonesia serta pemerintah daerah di bawahnya. BKN Wilayah I mengurus ASN di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, serta merupakan kantor regional pertama BKN yang dibentuk karena faktor historis sejarah kebangsaan.

Gedung BKN wilayah I berdiri di Jalan Magelang km. 7,5 Kec. Mlati, Kab. Sleman. Walau lokasinya di luar perbatasan kota Yogyakarta, kami masukkan disini karena faktor praktis dan lokasinya berdekatan dengan Hyatt Regency Yogyakarta. Gedung ini dibangun khusus melayani 500 ribu ASN di Jateng dan DIY sekaligus mengganti kantor lamanya.

Gedung BKN Wilayah I berdiri di atas lahan seluas 1,9 hektar dengan luas lantai 4.818 m2. Gedung berlantai tiga tersebut dirancang oleh tim arsitek PT Kerta Gana dengan gaya arsitektur modern, dibangun sekitar Agustus 1985 hingga awal April 1986, lebih cepat sebulan dari rencana 9 bulan, yaitu Mei 1986. Biaya konstruksi dikabarkan mencapai Rp. 1,241 milyar nilai 1986 (setara Rp. 22,5 milyar nilai 2024).

Gedung BKN Wilayah I diresmikan oleh Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) A.E. Manihuruk pada 29 April 1986. Sayangnya, eksterior gedung ini sepenuhnya telah berganti.


Iklan

Gedung-gedung lainnya

Mayoritas tulisan gedung yang dibahas di bagian ini adalah gedung bank produk Paket Oktober 1988 dan juga beberapa bangunan ritel yang berlokasi di luar Jalan Jenderal Sudirman/Teuku Cik Ditiro. Mengingat detail yang tersedia tidak begitu banyak, maka blog ini gabung dalam satu bagian.

Terlama adalah kantor BPR Natasha di Jalan Laksda Adisucipto No. 63. Gedung berlantai lima tersebut dahulu merupakan kantor Bank Central Asia cabang Yogyakarta sejak 27 Februari 1987 hingga 1994; dan sebagai kantor cabang pembantu mulai Desember 1994 hingga berhenti beroperasi sekitar 2012-an.

Gedung yang dibangun oleh Total Bangun Persada tersebut sempat rusak akibat gempa bumi 27 Mei 2006, tetapi strukturnya tetap kuat, sehingga kembali digunakan. Gedung tersebut direnovasi dan ditambah lantainya sekitar 2014-15 dan mulai digunakan sebagai kantor bank perkreditan rakyat Natasha sejak diresmikan oleh Gubernur DIY/Sultan Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X, pada 24 Oktober 2015.

Pada tahun 1994, di sebelah kantor Bank Indonesia Yogyakarta Jalan Senopati, berdiri Kantor Pajak Pratama Yogyakarta dengan gaya arsitektur pascamodern, agar sesuai dengan tetangganya. Gedung tersebut hanya berlantai 2 dengan luas lantai 2.100 m2 tersebut rampung dibangun pada 17 November 1994 dan mulai dipergunakan sejak Juni 1995. Dua bulan kemudian, tepatnya 3 Agustus 1995, Kadirjen Pajak Fuad Bawazier meresmikan pemakaian gedung dengan biaya konstruksi Rp. 889,436 juta (1995, setara Rp. 7,8 milyar nilai 2024) tersebut.

Di tahun 1995, banyak kantor institusi keuangan lain yang berdiri. Semisal BRIngin Life, asuransi jiwa milik Bank Rakyat Indonesia. BRIngin Life menempati kantor baru di Jalan Yos Sudarso No. 1 dekat Stadion Kridosono, di sebuah gedung berbentuk rumah, sejak 17 Maret 1995. Tak ada informasi apakah ini merupakan bangunan baru, atau konversi bekas rumah era Belanda/Soekarno. Kini gedung ini ditempati oleh BRI Life, penerus BRIngin Life.

Setahun kemudian, setelah beberapa kantor-kantor bank lain dibuka dan dibangun, giliran Bank Bali yang membuka operasionalnya di Jalan Pangeran Mangkubumi No. 28-29 yang diresmikan oleh Gubernur DIY Sultan Pakualam VIII, pada tanggal 17 Juli 1996, setelah 9 hari uji coba operasi yang dimulai 8 Juli. Tiada informasi fisik bangunan berlantai dua ini; sejak bergabung menjadi Bank Permata, bank swasta nasional tersebut menempati gedung ini.


Iklan

Referensi

  1. “Manihuruk: Aparat Kanwil BAKN yang tak becus agar dilaporkan.” Suara Merdeka, 1 Mei 1986, hal. 4
  2. “Gedung baru Bapindo diresmikan.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 27 Februari 1986, hal. 2
  3. “Bapindo Yogya Diharapkan Bantu Perkembangan Daerah.” Kedaulatan Rakyat, 27 Februari 1986, hal. 2
  4. Pengumuman dari Bapindo. Kedaulatan Rakyat, 26 Februari 1986, hal. 2
  5. win (1995). “PTS akan dibebani PBB 50 persen.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 4 Agustus 1995, hal. 5
  6. dhi (1996). “Tahun ini Bank Bali write-off kredit macet Rp. 20-30 milyar.” Harian Berita Nasional (BERNAS), 18 Juli 1996, hal. 5
  7. ans (1995). “Beringin Life buka kantor cabang di Yogyakarta: Targetkan masuk 5 besar perusahaan asuransi jiwa.” Harian Berita Nasional (BERNAS),18 Maret 1995, hal. 5
  8. Pengumuman Bank Central Asia. Kedaulatan Rakyat, 27 Februari 1987, hal. 2
  9. Arsip halaman resmi Total Bangun Persada, diarsip 17 April 2019.
  10. Abdul Hamied Razak (2015). “Bank Natasha Total Aset Rp. 40 milyar, bidik segmen UMKM.” Jogja Post, 24 Oktober 2015. Diakses 16 September 2024 (arsip)

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda……

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *