Temukan bangunan karya…. 1 – Y.B. Mangunwijaya

Ini adalah artikel khusus buat pembaca SGPC yang suka arsitektur murni, tidak seperti kami yang lebih suka menggali gedung-gedung tinggi yang dianggap tidak merakyat atau desainnya nggak ada yang spesial. Bukannya kami tidak sensitif dengan pandangan mereka, tapi di luar sana, pembahasan sejarah arsitektur sangat sukar lepas dari yang namanya politik, sosial dan keunikan desainnya.

Sekaligus ini adalah artikel yang mengajak anda untuk berwisata arsitektur yang kami sortir berdasarkan arsitek sebagai individual. Pertama, orang yang mimin sebut adalah favorit banyak orang karena populismenya yaitu Dipl. Ing. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. Jadinya ini adalah tulisan populis kedua SGPC setelah proyek Citra Niaga di Samarinda 3 tahun lalu.

“Blog arsitektur lain selalu menulis karya saya. Ngapain anda tidak?”. Foto: Majalah Femina, No. 47/X, 30 November 1982

Siapakah Yusuf Bilyarta Mangunwijaya?

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, orang yang sering membaca dan belajar arsitektur, atau mania sastra biasanya kenal. Kami tidak karena kami biasanya melototi majalah teknik sipil atau baca buku tentang petualangan bisnis Sukamdani Sahid. Ia lahir di Ambarawa, Jawa Tengah pada 6 Mei 1929, merupakan anak sulung (tertua) dari 12 anak.

Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Bumiputera/Hollandsch-Indische School, sekolah menengah di Sekolah Teknik Listrik Yogyakarta dan di sebuah SMA hingga lulus sepenuhnya pada 1951. Pernah ditawari masuk sekolah arsitektur Institut Teknologi Bandung selepas lulus, namun Mangun tidak begitu berkeinginan dan memutuskan masuk seminari dan menjadi pastor.

Namun, setelah lulus dari seminari Sancti Pauli Yogyakarta pada 1957 dan menjalani masa persiapan sebagai pengabdi Katolik dua tahun kemudian, tiba-tiba Gereja memintanya untuk mendalami arsitektur di ITB. Setahun kemudian ia diutus lagi oleh Gereja untuk menimba ilmu di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen (Sekolah Tinggi Teknik Rhein-Wesfalia Aachen), Aachen, Jerman Barat, selama 6 tahun (1960-66).

Adanya revolusi ilmu arsitektur yang memaksa ilmu sosial dimasukkan ke dalam arsitektur saat itu, Majalah Konstruksi (#175, November 1992) berspekulasi bahwa ilmu inilah yang memengaruhi karya-karya arsitekturnya. Sejak lulus pada 1966, ia tidak hanya membuat karya-karya arsitekturnya yang dominan ditemukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, tetapi juga menulis buku yang memberi warna pada sastra di Indonesia.

Y.B. Mangunwijaya wafat pada tanggal 10 Februari 1999 di Jakarta, meninggalkan legasi kuat di jagat arsitektur nasional.


Iklan

Apa saja karya-karya arsitekturnya?

Semua karya-karya Y.B. Mangunwijaya yang dirancangnya tidak ada yang bernilai niaga, tidak ada yang tinggi-tinggi dan megah seperti karya Soejoedi, Suwondo atau Silaban. Kebanyakan merupakan rumah dan proyek-proyek sosial seperti tempat ibadah dan proyek “untuk kaum papa”.

Data disarikan dari beberapa sumber. Hanya lokasi yang terbangun dan alamatnya teridentifikasi yang masuk di daftar ini demi kepuasan anda berwisata arsitektur ria, dan berhati-hatilah ketika mengunjungi rumah-rumah pribadi, hormatilah privasi pemilik rumah.

Karena lokasinya kebanyakan di Jawa Tengah bagian selatan dan D.I. Yogyakarta, mimin sarankan menginaplah di hotel-hotel daerah tersebut terkhusus di Yogyakarta, dan pesan melalui Agoda dan dapatkan harga menarik.

Nama proyekAlamat (Geocode)Tahun konstruksi/desainCatatan
JAWA TENGAH
Gereja St. Perawan Maria di FatimaJalan Pattimura No. 2 Sragen, Jawa Tengah1967-68
Gereja St. Maria AssumptaJalan Andalas No. 26 Klaten, Jawa Tengah1968-69
Gereja St. Yusuf JurukaryaJalan Cenderawasih Ds. Plawikan, Kec. Jogonalan, Kab. Klaten, Jawa Tengah1969-70
Gereja St. PetrusJalan Balaputradewa (50 meter timur Candi Borobudur) Ds. Borobudur, Kec Borobudur, Kab. Magelang, Jawa Tengah1970
Gereja St. InigoJalan A.M. Sangaji No. 27 Kec. Ps. Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah1974-76Dibongkar 1999/2000. Gedung baru karya anak anggota paroki setempat. Data per blogspot gereja.
Gereja St. Theresia dan Wisma SalamJalan Magelang-Yogyakarta, Ds. Salam, Kec. Salam, Kab. Magelang, Jawa Tengah1971-751975 per Dipl.-Ing. Gereja St. Theresia dibongkar 2020.
Rumah Arief BudimanJalan Kemiri Candi No. 36 Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah1984-86Data per Suara Merdeka (14/2/1992). Rumah pribadi
Pertapaan Bunda PemersatuDs. Gedono, Kec. Getasan, Kab. Semarang, Jawa Tengah (pintu masuk dari Jl. Raya Salatiga-Solo)1984-88
1988-91
Gereja Bunda Maria Sapta DukaJalan Mayor Kusen Ds. Mendut, Kec. Mungkid, Kab. Magelang, Jawa Tengah (dekat Hotel de Borobudur)1993-94
Gereja Tyas DalemDs. Mandungan, Kec. Srumbung, Kab. Magelang, Jawa Tengahi.t.a.
D.I. YOGYAKARTA
Gereja St. Albertus AgungJalan A.M. Sangaji No. 20 Kec. Jetis, Yogyakarta, D.I. Yogyakartai.t.a.Lokasi paling mendekati versi SGPC. Disebutkan bahwa terdapat Wisma Unio, tetapi ada indikasi wisma tersebut sudah dibongkar.
Gereja St. LukasDs. Panjangrejo, Kec. Bantul, Kab. Bantul, D.I. Yogyakarta1970-71
Gereja St. YusufJalan Dekso-Klangun Ds. Bogo, Kec. Kali Bawang, Kab. Kulonprogo, D.I. Yogyakarta1970-71Lokasi paling mendekati versi SGPC.
Wisma Sang PenebusDs. Nandan, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta1978
Seminari Anging MamiriJalan Kaliurang Km. 7 Ds. Ngabean Kulon Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta1977-78
Perziarahan Gua Maria SendangsonoDs. Samagung, Kec. Kali Bawang, Kab. Kulonprogo, D.I. Yogyakarta1972-91Pemenang IAI Awards 1991 Kategori Khusus. Pembangunan konon tidak pakai bestek.
Pemukiman Kali CodeJalan Jenderal Sudirman, Kec. Gondokusuman, Yogyakarta, D.I. Yogyakarta (lokasi peta)1983-87Pemenang Aga Khan Award for Architecture 1992
Lab. Dinamika Edukasi DasarJalan Affandi Gg. Kuwera, Ds. Mrican, Kec. Depok, Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta1986-99Rony Sunaryo: “Wisma Kuwera”. Rumah pribadi Mangunwijaya. Sekarang tempat kursus pendidikan alternatif
SD Eksperimental MangunanJalan Kenanga Ds. Purwomartani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta1993
NUSA TENGGARA TIMUR
Biara RedemptionistDs. Soba Wawi, Kec. Loli, Kab. Sumba Barat, N.T.T.i.t.a.Rony Sunaryo: Belum disurvei. Lokasi paling mendekati versi SGPC.
DKI JAKARTA dan JAWA BARAT
Bentara Budaya JakartaJalan Palmerah Selatan No. 17 Kec. Tanah Abang, Jakarta Pusat, DKI Jakarta1985
Gereja Salib Suci CilincingJalan Tugu Raya No. 12 Kec. Koja, Jakarta Utara, DKI Jakarta1982-84Data per Dipl.-Ing. Kolaborasi bersama Han Awal.
Seminari FermentumJalan Citepus III Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat1996
Referensi: Rony Gunawan Sunaryo (2007). “Mengikuti Langkah Pikir Romo Mangun: Sebuah Tinjauan Mengenai Metode Perancangan Arsitektur Yusuf Bilyarta Mangunwijaya.” Dimensi Vol. 35 No. 1, Juli 2007. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Hal. 41-45 (ref. induk); Moritz Henning; Eduart Kögel (ed. 2023). “Dipl.-Ing. Arsitek: German-trained Indonesian Architects from the 1960s.” Berlin: DOM Publisher. Hal. 152-157. i.t.a. = informasi tidak ada.

Iklan

Positif-negatif mengenai Mangunwijaya……

PositifNegatif
Populis, tergambarkan dari karya-karya dan pandangan politiknyaKali Code, bila ditilik dari realita sosial-politik sekarang, adalah bentuk legalisasi penyerobotan lahan dan glorifikasi pemukiman kumuh
Karya-karyanya dianggap memiliki nilai sosial dan kebudayaan yang kuatKiblat arsitekturnya masih diperdebatkan antara “neoprimitivisme” (Eko Budihardjo) pasca-modern (Hary Wahjono) atau modernisme (Budi A. Sukada) – Majalah Konstruksi #177, Januari 1993
Dianggap memenuhi kaidah “arsitektur Indonesia”. Kaidah ini adalah versi kolotnya menurut SGPC.Mengingat torehan positifnya, ada kesan tabu untuk mengritik karya Y.B. Mangunwijaya secara negatif
Memenangkan beberapa penghargaan seperti IAI Award dan Aga Khan Award for ArchitectureUntuk Setiap Gedung Punya Cerita, sebagian pandangan positif Y.B. Mangunwijaya berpotensi bertentangan dengan tujuan dibuatnya blog ini.

Referensi

  1. Rony Gunawan Sunaryo (2007). “Mengikuti Langkah Pikir Romo Mangun: Sebuah Tinjauan Mengenai Metode Perancangan Arsitektur Yusuf Bilyarta Mangunwijaya.” Dimensi Vol. 35 No. 1, Juli 2007. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Hal. 41-45
  2. Moritz Henning; Eduart Kögel (ed. 2023). “Dipl.-Ing. Arsitek: German-trained Indonesian Architects from the 1960s.” Berlin: DOM Publisher. Hal. 152-157
  3. Rahmi Hidayat (1992). “Dipl. Ing. Y.B. Mangunwijaya: Pendekar kaum marjinal.” Majalah Konstruksi No. 175, November 1992, hal. 5-7
  4. Rahmi Hidayat (1993). “Telaah dan kritik karya arsitektur: Tradisional, Postmodern atau Neoprimitif?” Majalah Konstruksi No. 177, Januari 1993, hal. 8-12

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda……

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *