Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Setelah kantor Kedutaan Besar Swiss di jalan yang sama, kini giliran Kedutaan Besar Malaysia yang kita bahas. Diantara beberapa negara jiran yang membuka kantor diplomatiknya di Jakarta, Kedutaan Besar Malaysia di Jalan H.R. Rasuna Said adalah yang terluas dan terbesar, merefleksikan hubungan diplomatik antara Malaysia dan Indonesia yang telah terjalin sejak didirikannya Federasi Malaysia pada tahun 1957 sekaligus pengakuan kedaulatan Malaysia oleh Indonesia dan pengangkatan Duta Besar pertama Malaysia untuk Indonesia oleh Presiden RI Soekarno.

Gedung Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, 1994
Antara keterbukaan dan keamanan. Foto oleh Arief L. Ginting/Majalah Femina, 30 Juni 1994

Sebelum menempati kantor di Jalan H.R. Rasuna Said, operasional perwakilan diplomatik Malaysia di Bumi Nusantara ditempatkan di Jalan Imam Bonjol No. 17 sejak 1967 – bersamaan dengan restorasi hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia. Pada rentang 1982-1985, pihak Kementerian Luar Negeri Malaysia dan arsitek-arsitek Indonesia yang tergabung dalam konsorsium Tetra Hedra dan Team 4 mulai menggodok desain untuk kantor kedutaan yang baru di Rasuna Said. Satu-satunya jatah arsitek Malaysia untuk kedutaan negaranya sendiri adalah interior. Pihak Kemlu Malaysia mengatakan bahwa pembangunan tersebut untuk mengakomodasi kebutuhan staf dan lingkup kerja Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.

Pondasi pertama Kedutaan Besar Malaysia dipancang secara seremonial pada 26 Oktober 1990, oleh Dubes Malaysia untuk Indonesia Datuk Abdullah Zawami bin Haji Mohamed. Pembangunannya dilaksanakan oleh kerjasama operasional (J.O.) Wijaya Karya dengan Percon Construction Sdn. Bhd. mulai setelah seremonial pemancangan pada Oktober 1990 hingga pembangunan selesai keseluruhan September 1992. Kantor baru berlantai empat itu akhirnya diresmikan pada 4 Februari 1993 oleh Menteri Luar Negeri Malaysia, Abdullah Haji Ahmad Badawi.


Iklan

Arsitektur Kedutaan Besar Malaysia ungkapkan rasa persahabatan

Mirip dengan skenario Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta sepenuhnya dirancang oleh tim arsitek Indonesia, yaitu dari Team 4 bersama dengan Tetra Hedra; jatah arsitek Malaysia hanya untuk merancang interiornya saat itu (oleh Aziza Mas Interior Designer). Lahan kedubes seluas 1,92 hektar ini memiliki dua bangunan yang berbeda, salah satunya adalah kantor kedutaan (chanchery) beserta gedung serbaguna serta apartemen untuk staf dan diplomat (pangsapuri).

Secara desain, gedung Kedutaan Besar Malaysia tergolong modern, biasa saja, tidak menonjolkan sesuatu yang menarik. Tetapi, ini adalah interpretasi normatif arsitektur tropis dengan mengedepankan tata kebun, unsur cahaya, dan udara seperti teritisan berwarna biru. Dalam perancangan kantor Kedubes Malaysia, keserumpunan budaya menjadi topik yang sensitif diantara pihak Malaysia dan arsitek-arsitek Indonesia – keinginan Malaysia menerapkan seni bina aslinya bisa diartikan sebagai penerapan arsitektur Indonesia – sehingga desain modern menjadi jawaban yang diplomatis untuk menyelesaikan dilema tersebut. Upaya tersebut dipuji oleh dewan juri dalam perhelatan IAI Award 1993.

Gedung Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, 1992
Suasana ke hadapan musholla dan pangsapuri. Foto Team 4/Majalah Konstruksi

Iklan

Zachri Zunaid, arsitek gedung, mengatakan ke Majalah Konstruksi (April 1993) bahwa susunan gedung Kedutaan Besar Malaysia yang menyerong (diagonal) adalah untuk memecah kemonotonan irama yang ditunjukkan gedung-gedung tetangganya – Gedung Kementerian Hukum dan HAM RI. Sementara konsep perancangannya menitikberatkan unsur keterbukaan Malaysia sebagai negara serumpun. Namun, unsur keselamatan tetap harus diperhatikan dalam perancangan.

Gedung kedutaan utama memiliki empat lantai dan memiliki bentuk L menyerong yang menghadap ke arah Jalan H.R. Rasuna Said. Di tengah bentuk L itu terdapat pelataran untuk acara seremonial dan pertunjukan kebudayaan. Pelataran itu dipertegas dengan adanya kolom-kolom setinggi tiga lantai alias colonnade yang berfungsi melindungi kegiatan di gedung Kedubes sekaligus memberi kesempatan masyarakat umum melihat kegiatan di pelataran.

Gedung Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, 1992
Penataan taman di belakang gedung kedubes dan pangsapuri. Foto Team 4/Majalah Konstruksi

Gedung utama secara struktur menyatu dengan balai serbaguna seluas 1.500 m2, tetapi pintu masuknya dibedakan dan punya akses khusus ke gedung utama. Sementara pangsapuri terpisah alias apartemen berlantai empat dan berbentuk L yang menghadap ke arah gedung utama difungsikan khusus bagi staf, diplomat dan duta besar, dengan jumlah 21 unit.

Hasil akhirnya dipandang positif, walau hanya satu yang memberi komentar kritis. Erlita Rachman di Majalah Femina menyebut bahwa arsitektur Gedung Kedutaan Besar Malaysia “menarik”, “ingin memberikan sebuah kesan kedalaman sebuah bidang, sehingga muncul sebuah oase”, merujuk pada desain gedung dan formasinya secara keseluruhan.

Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan H.R. Rasuna Said Kav. X/6 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta
ArsitekTetra Hedra (arsitektur, konsorsium)
Team 4 (arsitektur, konsorsium)
Ketira Engineering Consultants (struktur)
Pemborong (J.O.)Wijaya Karya
Percon Construction Sdn. Bhd.
Lama pembangunanOktober 1990 – September 1992
Diresmikan9 Februari 1993
Jumlah lantai (gedung utama dan apartemen)4 lantai
Jumlah unit (apartemen)21 unit

Referensi

  1. Dwi Ratih; Saptiwi Djati Retnowati (1993). “Gedung Kedutaan Besar Malaysia, Ekspresi terbuka sebagai ungkapan persahabatan.” Majalah Konstruksi No. 180, April 1993, hal. 53-55
  2. Erlita Rachman (1994). “‘Koridor’ Rasuna Said, Jalur Wisata Arsitektur di Jakarta.” Femina No. 25/XXII, 30 Juni 1994, hal. 103-106
  3. Kartono Ryadi (1990). “Apa, Siapa?: Kedubes Malaysia.” KOMPAS, 28 Oktober 1990, hal. 11
  4. Kartono Ryadi (1993). “Kedubes Malaysia” (keterangan foto). KOMPAS, 10 Februari 1993, hal. 9
  5. Halaman resmi Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, diakses 11 Oktober 2023 (arsip)
  6. Rahmi Hidayat (1993). “IAI Award 1993.” Majalah Konstruksi No. 186, Oktober 1993, hal. 16-18

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, dan bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *