Masih di kota Atlas Semarang, berada di seberang kantor Walikota Semarang alias Balai Kota, adalah Gedung Juang ’45 yang memiliki delapan lantai yang bisa digunakan untuk pelbagai kegiatan, paling utama sebagai kantor organisasi kemasyarakatan, Bank Perkreditan Rakyat Pasar Kota Semarang yang merupakan salah satu perusahaan daerah di Kota ATLAS ini, dan juga sebuah auditorium kecil.
Ide awal dari pembangunan gedung ini didasari oleh keinginan Angkatan ’45 Kodya Semarang untuk membangun sebuah wadah fisik untuk mengekspresikan dan memelihara nilai-nilai semangat ’45. Sehingga gedung ini direncanakan memiliki perpustakaan dan museum di gedung ini. Wadah tersebut juga dibahasakan ke masyarakat lewat arsitektur. Baca bagian berikutnya.
Pembangunan Gedung Juang ’45 di Semarang, yang dilakukan oleh PT Sarana Dwipa, dimulai pada Juni 1991. Ia sudah tutup atap per Januari 1992 berdasarkan foto di Suara Merdeka, 8 Februari 1992, mengingat tidak ada data pasti karena ada kemungkinan tidak ada upacara tutup atap.
Saat itu, kontraktor mulai memasang keramik dan gentengnya. Gedung yang disebut merupakan paduan gaya Jawa dan modern internasional itu dirancang melalui sebuah sayembara yang diadakan oleh pemilik gedung awalnya, Angkatan ’45 Kodya Semarang, dan selanjutnya disempurnakan dan interiornya dikaryakan oleh PT Wisma Kharma bersama dengan Dinas PU Jawa Tengah dan Universitas Diponegoro. Blog ini menganggap perusahaan/lembaga tersebut sebagai arsiteknya karena BERNAS tidak menyebut siapa pemenang sayembara perancangan gedung ini.
Pembangunannya selesai di akhir tahun 1992, dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah H.M. Ismail pada tanggal 21 September 1992, bersamaan dengan beberapa proyek lain termasuk kantor Walikota Semarang. Biaya konstruksinya mencapai Rp. 4,1 milyar nilai 1992. Namun, setahun setelah gedung ini berdiri, gedung tersebut sempat kosong, belum diisi oleh organisasi terkait seperti Angkatan ’45, Komite Nasional Pemuda Indonesia dan bahkan Pemkot Semarang. Menurut pihak Angkatan ’45, mereka saat itu sedang menunggu kedatangan anggaran perabotan dari Pemprov Jawa Tengah.
Namun, sekarang rencana itu mungkin tidak seratus persen nyata. Bila merujuk pada keadaan di 2022 lalu, Gedung Juang ’45 masih ditempati beberapa perangkat daerah Pemkot Semarang dan BPR Pasar Kota Semarang seperti yang SGPC bahas, biasanya menempati lantai 5-8. Di lantai 2-3 terdapat sebuah auditorium, lantai satu diperuntukkan sebagai parkir dan fasilitas dasar, serta lantai empat yang SGPC tidak tahu ini dignakan untuk apa, awalnya akan digunakan sebagai perpustakaan dan museum Pejuang Kemerdekaan 1945.
Secara arsitektur, koran BERNAS mencatat beberapa fitur yang punya simbolisasi patriotik. Tangga pintu masuk ke lantai 2 yang memiliki 17 step dan jumlah lantainya yang berjumlah delapan menyimbolisasikan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus), sementara ornamen panah atas dan bawah di lis jendela yang dipasang tegak diinterpretasikan sebagai “perjuangan yang selalu melihat ke atas dan ke bawah.” Luas lantai totalnya mencapai 7.747 m2 (Catatan BERNAS adalah 37.747 m2. Realistisnya, luas lantai ini tidak masuk akal) di atas lahan seluas 1.560,8 m2.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Pemuda No. 163 Semarang Tengah, Semarang, Jawa Tengah |
Arsitek | Wisma Kharisma Dinas Pekerjaan Umum Jawa Tengah Universitas Diponegoro |
Pemborong | Sarana Dwipa |
Lama pembangunan | Juni 1991 – Sepetmber 1992 |
Jumlah lantai | 8 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 4,1 milyar (1992) Rp. 44,3 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- ran (1992). “Gedung Juang ’45 Semarang: Simbolisasi Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa.” Harian Berita Nasional (Bernas), 12 September 1992, hal. 8
- ran (1992). “Hari Senin Lusa di Semarang, Gubernur Jateng Resmikan Proyek Senilai Rp. 37,862 Milyar.” Harian Berita Nasional (Bernas), 19 September 1992, hal. 8
- “Gedung Juang Senilai Rp. 4,1 Miliar Menganggur.” Suara Merdeka, 29 Desember 1993, hal. 2
- “Atap ‘Gedung Joeang’ Dipasang” (keterangan foto). Suara Merdeka, 8 Februari 1992, hal. 2
Leave a Reply