Iklan

Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

éL Hotel Royale Bandung

Masih di Parijs van Java Bandung, menjulang di pojok Jalan Lembong dan Jalan Merdeka, adalah sebuah kompleks apartemen mewah dan hotel yang kini dikelola oleh éL Hotel International, salah satu usaha hotel nasional. Selama 50 tahun lebih berdiri, hotel ini dipegang oleh H.E.K. Ruhiyat dibawah bendera Hotel Panghegar, dan telah empat kali memperluas gedungnya. Saat ini éL Hotel Royale Bandung menyediakan (data tidak resmi dari beberapa laman pariwisata) 512 kamar sudah termasuk unit apartemen-hotel (condotel).

Grand Royal Panghegar
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Lahan hotel ini sendiri awalnya bernama Pensione van Hengel, milik seorang pengusaha Italia bernama Anna Meister sejak 1924. Meister menjual hotel tersebut kepada Ruhiyat, dibayar secara menyicil pada tahun 1960, dan mengubah namanya menjadi Hotel Panghegar karena anjuran Pemerintah mengenai penggantian nama-nama berbau asing, plus pengalaman Ruhiyat pada kesulitan serdadu Jepang mengeja “van Hengel” (Ada dua versi mengenai etimologi dari “Panghegar” – versi Ruhiyat ke Majalah Prospek menyebut “Panghegar” berarti terang, penuh sinar matahari atau tempat yang amat diminati. Versi Ruhiyat kepada Travel Indonesia (April 1983) dan Direktur Hospitality Hotel Panghegar Hilwan Saleh kepada Detik (November 2008), “Panghegar” berarti “yang membuat bersih dan menyenangkan”).

Perkembangan Hotel Panghegar di era 1960an memang nyaris tidak ada, hanya bangunan era Belanda dengan 40 kamar. Baru di tahun 1968, setelah pemerintah memperbolehkan penanaman modal, sebuah gedung berlantai 2 dengan fasilitas kamar ber-AC dan air hangat dibangun, menambah jumlah kamarnya menjadi 60 buah. Dengan adanya fasilitas tersebut, hotel milik Ruhiyat tersebut dianggap top pada zamannya.

Di tahun 1970an Panghegar membangun gedung baru berlantai 5 yang menghadap ke Jalan Lembong (sekarang Wing Lembong) dengan 114 kamar (versi Travel Indonesia, April 1983. Versi Majalah Konstruksi adalah 66 kamar, kemungkinan karena renovasi) , mengganti 20 kamar lamanya. Pembangunan berlangsung dari 1972 hingga 1976. Di tahun tersebut jumlah kamarnya menjadi 125 buah.

Sejak 1980, Hotel Panghegar atau sekarang bernama éL Hotel Royale Bandung mengalami perkembangan yang signifikan, sehingga mimin SGPC perlu memisahkannya dalam subbagian baru.


Iklan

“Sayap utara” alias Wing Merdeka (1982-1984)

Hotel Panghegar Bandung
Gedung 10 lantai. Foto oleh mimin SGPC

Seperti yang SGPC bahas di artikel Hotel Kumala, di era 1970an pariwisata Bandung sedang mekar-mekarnya, sehingga banyak hotel yang mulai menerima banyak tamu. Termasuk Panghegar, yang menerima hampir 1.300 wisatawan pada tahun 1977, sehingga tergiur untuk menambah lebih banyak kamar. Sayangnya rencana perluasan Hotel Panghegar terkendala adanya menara gelombang mikro milik Perumtel yang berdiri di samping hotel. Akibatnya, Ruhiyat membeli Hotel Kumala untuk selanjutnya dirombak.

Angin segar berhembus buat Panghegar pada tahun 1981, saat Perumtel akhirnya memindahkan fasilitas gelombang mikro ke tempat lain. Perpindahan tersebut melanggengkan konstruksi sayap utara Hotel Panghegar yang akhirnya bisa dimulai sekitar Desember 1981 hingga rampung pada akhir tahun 1983 dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Achmad Tahir pada petang tanggal 13 Mei 1984, diwarnai dengan upacara adat ala Sunda “Raja Panyinglar.” Perluasan tahap pertama ini menghabiskan biaya 4 milyar rupiah (1984), kemungkinan dari dana kredit Bapindo. Selain membangun sayap utara, Hotel Panghegar juga merenovasi kamar eksisting dan fasilitas-fasilitas umum.

Gedung perluasan tersebut berlantai 11 dengan tampilan modern, menyumbang tambahan kamar sehingga mencapai keseluruhan 223 kamar (kemungkinan ada penyusutan jumlah kamar di wing Lembong setelah renovasi), dan menarik perhatian insan pariwisata Indonesia berkat restoran putar pertama di Tanah Air dengan pengakuan dari Museum Rekor Indonesia, Panyawangan, dengan 70 kursi. Ruhiyat mencetuskan ide menambah restoran putar untuk hotelnya setelah struktur gedung tersebut masih perlu menambah bebannya buat pondasi.

Serentetan renovasi membuat jumlah kamar kedua gedung awal Hotel Panghegar susut menjadi 189 kamar ketika pembangunan Grand Royal Panghegar dilaksanakan.


Iklan

Grand Royal Panghegar dan penggantian nama serta kepemilikan

Setelah lama tidak melakukan perluasan, Hotel Panghegar kembali diperluas, kini tambahan gedung barunya mengadopsi konsep condotel – yang memungkinkan unit apartemen bisa dibeli dan difungsikan sebagai kamar hotel bilamana pemilik unit tidak di tempat, dengan fasilitas layaknya hotel. Perluasannya dilakukan karena saat itu hotel Panghegar masih menjadi favorit tamu yang datang ke Bandung.

Proyek Grand Royal Panghegar (GRP) yang dirancang oleh tim arsitek Megatika Internasional dengan gaya arsitektur pascamodern dengan sentuhan art-deco, dibangun oleh Hutama Karya mulai bulan November 2008 hingga selesai keseluruhan pembangunannya sekitar Agustus 2011.

Grand Royal Panghegar sudah diperkenalkan sekitar 2008, menyediakan sekitar 450 unit apartemen (Jumlah eksak belum pasti. Detikcom menyebut 435, Bisnis Indonesia Jabar menyebut 450, KOMPAS menyebut 455 unit, sementara perwakilan pemilik apartemen Grand Royal Panghegar, pada tahun 2016, menyebut 478 unit), terdiri dari 280 unit kondotel dan 170 unit apartemen. Pemasaran condotel kepada pembeli/investor dibagi ke dalam dua tahap; pertama dan tahap kedua yaitu Executive Condotel. Per Agustus 2011, semua unit yang tersedia dikabarkan nyaris ludes dibeli investor, dengan 50 persen pembelinya berasal dari Jakarta dan 30 persen Bandung.

Pembangunan dimulai pada tanggal 8 November 2008 dalam sebuah seremonia yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan “Aher” dan Walikota Bandung Dada Rosada, dan tutup atap pada sekitar Juni 2010 lalu sekaligus secara resmi merilis kompleks GRP. Perluasan Hotel Panghegar diresmikan pada tanggal 23 November 2011 oleh Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.


Iklan

Utang yang membuat Panghegar bermetamorfosis menjadi sebuah él

Grand Royal Panghegar
Di sore hari. Foto oleh mimin SGPC

Keberadaan Grand Royal Panghegar, sayangnya, diiringi dengan over-agresifitas Hotel Panghegar di proyek lain sehingga keuangannya mulai “sesak nafas,” dan parahnya lagi, merembet ke gejolak dengan pembeli kondotel, sehingga menjadi awal dari akhir eksistensi Panghegar dan imperium bisnis hospitality Ruhiyat.

Sesaat setelah dibangun, pihak Panghegar menjaminkan GRP serta unit-unit apartemen yang seharusnya diserahkan pada pemilik apartemen kepada Bank Bukopin untuk mendapatkan pinjaman dana segar milyaran rupiah, dan akhirnya ditahan ketika Panghegar kesulitan membayar kewajibannya sehingga meminta penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Selain itu, Panghegar ternyata menunggak kewajiban-kewajiban pembayaran serta pajak.

Hal diatas membuat pemilik apartemen kecewa dan menuntut kembalinya sertifikat mereka yang dijaminkan pengembang. Pada 15 Juni 2016 baik pengembang GRP dan Hotel Panghegar dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan keseluruhan petak Panghegar di Jalan Merdeka/Lembong dijual oleh para kurator dari Bank Bukopin. Hotel Panghegar memberontak dengan alasan merasa bisa membayar kewajiban-kewajibannya.

Pihak Panghegar bersikukuh bahwa mereka masih bisa membayar kewajiban dan utang banknya dan sudah membayar kewajibannya melalui cek pada 2014 ke Bank Bukopin. Namun, cek tersebut berasal dari rekening yang sudah ditutup, sehingga pihak bank menganggap tak ada itikad baik dari Hotel Panghegar. Hingga akhirnya Hotel Panghegar menyeret pihak kreditur dan Pemerintah ke Pengadilan Negeri Bandung dan Pengadilan Tata Usaha Negara, tetapi gagal.

Lelang berlangsung dari tanggal 20 dan 29 September 2016 di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bandung, dimana PT Mitrakarya Niaga Sukses dari SDK Group memenangkan lelang senilai Rp. 371,1 milyar sebagai satu-satunya penawar. Lelang tersebut dieksekusi pada Januari 2017. Pasca-pengambilalihan, SDK Group memasukkan eks Hotel Panghegar ke dalam jaringan hotel éL Hotel dan mulai beroperasi dibawah nama éL Hotel Royale Bandung mulai Juni 2017.

Profil hotel él Hotel Royale Bandung

Mengenai hotelnya sendiri, éL Hotel Royale terbagi ke tiga gedung, yaitu gedung berlantai 19 (Wing Condotel), sayap utara (Wing Merdeka) dan sayap selatan gedung lama (Wing Lembong). Keseluruhan, hotel tersebut menampung total 512 kamar dengan sembilan tipe kamar berbeda, empat diantaranya merupakan kondotel (Condotel Studio, Condotel Loft, Ros Executive Condotel dan Kana Executive Condotel) dan sisanya merupakan kamar hotel dan suite (Lembong Deluxe, Lembong Executive, Parahyangan Suite, Pasundan Suites dan Merdeka).

Sementara fasilitas yang disediakan terdiri dari rumah makan Pakuan Cafe, lounge lobby dan kolam renang serta Sky Lounge di lantai teratas gedung kondotel; kolam renang, minimarket, spa dan sasana kebugaran. Fasilitas rapat di éL Hotel Royale terdiri dari tujuh ruang rapat dan Grand Ballroom berkapasitas maksimal 1.385 orang.


Iklan

Data dan fakta

Wing Merdeka dan Lembong

AlamatJalan Merdeka No. 2 Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat
Lama pembangunan (Lembong)1972 – 1976
Lama pembangunan (Merdeka)Desember 1981 – akhir tahun 1983
Diresmikan (Merdeka)13 Mei 1984
Jumlah lantai (Lembong)5 lantai
Jumlah lantai (Merdeka)10 lantai
Jumlah kamar (data per 1985)223 kamar
Biaya pembangunan (Merdeka)Rp. 4 milyar (1984)
Rp. 77,6 milyar (inflasi 2022)

Wing Condotel

AlamatJalan Merdeka No. 2 Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat
ArsitekMegatika Internasional
PemborongHutama Karya
Lama pembangunanNovember 2008 – Agustus 2011
Diresmikan23 November 2011
Jumlah lantai19 lantai
Jumlah unit/kamar450

Referensi

  1. Hedy Susanto & Setiaji Purnasatmoko (1993). “Membawa Hotel ke Jalan Terang.” Majalah Prospek, 17 April 1993, hal. 36-37
  2. “Ruhiyat, jurutulis yang jadi Direktur Utama.” Majalah Konstruksi, Maret-April 1979, hal. 62-63
  3. “Restoran Putar Panghegar, Lahir dari kelebihan daya dukung pondasi.” Majalah Konstruksi, November 1984, hal. 62-68
  4. “Menteri Tahir Akan Resmikan Perluasan Hotel “Panghegar.” Pikiran Rakyat, 9 Mei 1984
  5. Zulkarnaen (foto, 1984). “Diresmikan Besok.” Pikiran Rakyat, 12 Mei 1984
  6. “Hotel Ikut Serta Tentukan Maju Mundurnya Pariwisata.” Pikiran Rakyat, 15 Mei 1984
  7. Visualisasi hasil pembangunan Orde Baru Pelita I, Pelita II, Pelita III, Volume 2. Jakarta: Dumas Sari Warna, 1984. Lihat iklan Bapindo
  8. Patria & Taufik Hidayat (2004). “Jalan Panjang Ruhiat Merintis Hotel Panghegar.” Liputan 6 SCTV, 4 April 2004, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  9. Arsip thread Skyscrapercity:
    1. Herdiyan (2011). “Grand Royal Panghegar dioperasikan penuh pada Oktober“. Bisnis Jabar, 12 Agustus 2011. Dipost 30 September 2011
    2. Irsad Sati (2008). Tanpa judul artikel. Bisnis Indonesia, sekitar Juli 2008. Dipost 8 November 2008
    3. Investasi Prima di Grand Royal Panghegar.” sekitar 31 Juli 2009. Dipost 8 Agustus 2009
    4. Herdiyan (2011). “Panghegar Apartment beroperasi Maret 2011“. Bisnis Jabar, 10 Desember 2010. Dipost 11 Desember 2010.
  10. Herdiyan (2011). “Marie Elka akan resmikan Grand Royal Panghegar Bandung.” Bisnis Jabar, 18 November 2011, diarsip 24 November 2011.
  11. gre (2008). “Investasi Kondotel Cukup Prospektif.” KOMPAScom, 20 Agustus 2008, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  12. afz/bos (2008). “Panghegar Group Bangun Apartemen Mewah.” Detikcom, 8 November 2008, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  13. afz/ema (2009). “Baru Launching, Executive Condotel Grand Royal Panghegar Laris Manis.” Detikcom, 2 Agustus 2009, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  14. Rakhidin (2010). “Grand Launching dan Topping-Off Grand Royale Panghegar Luxury Apartments, bakal diselesaikan sesuai target bisnis pengelola.” Majalah Tren Konstruksi, Juli 2009, hal. 14-16
  15. Advertorial (2008). “Grand Royal Panghegar Alternatif untuk Tempat Tinggal dan Investasi.” SWAsembada, 22 April 2008. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  16. ageng/yun (2016). “PT Panghegar Kana Properti Diambang Pailit, Ratusan Pemilik Apartemen Minta Kejelasan Sertifikat”. Fokusjabar, 13 Juni 2016. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  17. Sinar Putri S. Utami (2016). “Hotel Panghegar, Panghegar Kana resmi pailit.” KONTAN, 15 Juni 2016. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  18. Rio Sandy Pradana (2016). “Hotel Panghegar dan Anak Usaha Resmi Pailit.” Bisniscom, 16 Juni 2016. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  19. Baban Gandapurnama (2016). “Pailit, Hotel Panghegar Dilelang Rp. 371 Miliar.” Detikcom, 29 September 2016. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  20. Baban Gandapurnama (2016). “Dilelang Rp. 371 Miliar, Ini Sejarah Hotel Panghegar.” Detikcom, 5 Oktober 2016. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  21. cis/Dedy Herdiana (editor) (2016). “Alasan Bukopin Tetap Lelang Bangunan Hotel Panghegar di Kota Bandung.” Tribunnews Jawa Barat, 29 September 2016, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  22. Sinar Putri S. Utami (2017). “Aset Hotel, Kondotel Panghegar rampung dieksekusi.” KONTAN, 8 Januari 2017. Diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  23. Arie Lukihardianti/Bilal Ramadhan (editor) (2017). “Hotel Panghegar Gugat Pemkot Bandung.” Republika, 26 Januari 2017, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  24. Feri Agus Setiawan (2017). “Proses Lelang Aset Hotel Panghegar Bandung Sudah Sesuai Hukum.” Okezone, 30 Januari 2017, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  25. Satrio Widianto (2017). “MA: Debitur Tak Punya Hak atas Harta Saat Dilelang.” PikiranRakyat.com, 7 Februari 2017, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  26. Risky Anggiono (2017). “Diganti Nama L Royal Hotel.” Jabar Ekspres, 25 Januari 2017, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  27. Eneng Reni Nuraisyah Jamil (2017). “eL Royale Hotel Bandung, Warna Baru Wajah Baru.” AyoBandung, 8 Juni 2017, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  28. Halaman resmi éL Hotel Royale Bandung, diakses 15 Juli 2022
  29. Halaman di Pegipegi, diakses 15 Juli 2022 (arsip)
  30. “The changing face of Hotel Panghegar” (Transformasi Hotel Panghegar). Travel Indonesia Vol. 5 No. 4, April 1983. Hal. 15-16

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *