Menara BNI Pejompongan di Jalan Pejompongan Raya, Jakarta Pusat, adalah gedung yang dibangun oleh Bank Negara Indonesia 1946 (BNI ’46) untuk mengakomodasi operasional BNI ’46 yang sebagian masih berpencar dan tidak bisa ditempati di kantor pusat resmi mereka, Grha BNI, sejak 1989, sekaligus mengirit biaya sewa bangunan. Gedung rancangan Aboday Design ini memiliki 30 lantai meliputi luas lantai 79 ribu m2 yang dibungkus oleh penampilan “ikonik” mirip rebung atau ulir baut itu.
Sejarah pembangunan gedung ini dimulai dari 2016, saat BNI ’46 mengoptimasi aset-aset mereka termasuk tanah di Pejompongan seluas 1,4 hektar (14 ribu m2) yang awalnya adalah perumahan. Pembangunan gedung dimulai dengan “ground-breaking” pada tanggal 19 April 2016, dihadiri oleh segenap pejabat BNI, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); yang kantornya tak jauh dari situ, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. Sebagai bentuk sinergi antar BUMN, Pembangunan Perumahan (PT PP) bertindak sebagai pemborong gedung rancangan Aboday tersebut.
Tidak banyak drama yang terjadi dalam pembangunan Menara BNI Pejompongan; 5 Juli 2017, tepat di hari jadi Bank Negara Indonesia, bangunan yang kelak berlapiskan stereotipikal bangunan abad 21 alias kaca, resmi tutup atap, lagi-lagi dihadiri oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, dan dihadiri oleh pejabat BNI, PT PP (sebagai pemborong) dan Artefak Arkindo (manajer konstruksi). Menteri BUMN era Jokowi-Jusuf Kalla itu mengatakan bahwa sinergi antar sesama BUMN mempercepat alur kerja proyek. Gedung yang diklaim sebagai bangunan ramah lingkungan tersebut selesai dibangun pada pertengahan 2019 dan diresmikan di hari jadi BNI ke-73 pada 5 Juli 2019.
Menara BNI Pejompongan menitikberatkan sejarah dan keterbukaan
Menara BNI Pejompongan dirancang oleh tim arsitek dari Aboday Design dengan menitikberatkan keterbukaan dan juga filosofi sejarah Bank Negara Indonesia.
“Keterbukaan” yang dimaksud diperlihatkan di lantai pertama gedung bergelimang kaca ini. Menurut wartawan majalah arsitektur Casa Indonesia, implementasi konsep tersebut terlihat dari penggunaan lengkung untuk membungkus kolom. Agar pengunjung dan pekerja di dalam gedung termanjakan dan tidak merasa bosan, beberapa karya seni diletakkan di dalam maupun tata tamannya.
Sementara itu, di sisi lain, filosofi rancangan gedung berlantai 32 ini dititikberatkan pada perkembangan BNI ’46 sebagai bank milik negara pertama pasca Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Diibaratkan sebagai bambu, kata rilis pers BNI ’46, gedung tersebut menyimbolkan kesuksesannya sebagai bank BUMN pertama di Indonesia yang berakar pada gotong royong pendiri bank dari pertama.
Sebagai bank yang selalu memperkuat fundamentalnya, BNI juga luwes dalam menjalankan bisnis dan tahan dalam menghadapi tantangan mereka, yang dicerminkan ke dalam filosofi bambu sebagai pohon yang fleksibel namun kuat di usia tua. “Bambu kaca” yang melengkung ke dalam di sisi utara dilapisi oleh curtain wall kaca berlapis ganda (double-glazing) yang memantulkan radiasi matahari, sekaligus menjamin panorama kota tanpa terhalang elemen apapun. Bagi mimin SGPC, bentuk Menara BNI Pejompongan lebih mirip rebung (tunas bambu), atau baut yang sudah terbelah dua.
Menara BNI Pejompongan dibagi ke dalam tiga bangunan, yaitu menara 32 lantai, ballroom, dan podium yang juga digunakan sebagai parkir dengan total luas lantai 79 ribu m2. Menaranya difungsikan penuh sebagai kantor BNI dan beberapa anak usaha, sementara ballroom-nya di lantai lima gedung balai sidang menampung dua ribu orang dan dipasangi “mahkota” berupa reklame LED dan gedung parkirnya menampung sekitar 760 kendaraan (490 roda empat + 270 roda dua), plus ada taman dan lapangan basket di atasnya.
Ramah lingkungan?
Menara BNI Pejompongan diklaim dirancang ramah lingkungan dengan menerapkan penghematan energi dan penyediaan ruang terbuka hijau. Soal penghematan energi, gedung ini menghemat 31 persen kebutuhan air dan 19 persen kebutuhan listrik, berkat pemakaian sensor cahaya, kaca lapis ganda dan penampungan air hujan. RTH-nya menyertakan pohon berdaun rindang untuk memaksimalkan suasana adem di Kota Jakarta yang berdebu dan gersang.
Agar lebih ramah lingkungan, gedung milik Bank Negara Indonesia tersebut memberikan fasilitas yang dikhususkan bagi pesepeda. Gedung tersebut disertifikasi hijau oleh Majelis Bangunan Hijau Indonesia (Green Building Council Indonesia), dan menjadi bagian dari tren bangunan yang dibangun secara berkelanjutan, tetapi didominasi oleh bangunan berlapis kaca yang seragam.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Pejompongan Raya V No. 24 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Aboday Design |
Pemborong | Pembangunan Perumahan |
Lama pembangunan | April 2016 – Juli 2019 |
Diresmikan | 5 Juli 2019 |
Jumlah lantai | 32 lantai 1 basement 1 semi-basement |
Biaya pembangunan | Rp. 780 milyar (2019) |
Referensi
- Aryo Sumbogo (2019). “Telah Dibuka! Menara BNI Pejompongan Jadi Landmark Baru.” Casa Indonesia, 8 Agustus 2019. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Yudis (2016). “BNI Bangun Gedung Ramah Lingkungan 30 Lantai.” HousingEstate.id, 20 April 2016. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Galvan Yudistira; Dupla Kartini (editor) (2016). “BNI bangun gedung 30 lantai di Pejompongan.” KONTAN, 19 April 2016. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Apriyani (2016). “Ground Breaking Menara BNI.” Infobank, 19 April 2016. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Irvan A.F. (2017). “Menara BNI Pejompongan, Gedung Baru BNI senilai Rp780 M.” Industry.co.id, 5 Juli 2017. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Siaran Pers (2019). “Capai Usia 73 Tahun, Gedung Menara BNI Diresmikan.” Bank Negara Indonesia 1946, 5 Juli 2019. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Indra Arief Pribadi; Nusarina Yuliastuti (2019). “BNI resmikan gedung baru di Pejompongan peringati ulang tahun ke-73.” ANTARA, 5 Juli 2019. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Laurensius M.S. Sitanggang (2020). “Menara BNI Pejompongan jadi bangunan ramah pesepeda.” KONTAN, 6 Oktober 2020. Diakses 31 Juli 2021 (arsip)
- Halaman resmi Ballroom Menara BNI Pejompongan, diakses 31 Juli 2021 (arsip)
Tinggalkan Balasan