Pusat Desain Jakarta, nama lokalan dari Jakarta Design Centre (JDC) (karena dunia arsitektur masa kini cukup resisten dengan berbahasa Indonesia), adalah sebuah pusat perbelanjaan yang mengkhususkan diri ke dunia desain interior dan arsitektur di kawasan Slipi, Jakarta bagian pusat.
JDC berlokasi tepat di antara kantor Bangun Tjipta, BNI Corporate University Slipi dan Apartemen Semanggi. Ia dirancang oleh tim arsitek Fajar Datang Gemilang pimpinan Dipl. Ing. Arch. Prijono Maruto (perancang King Plaza di Pasar Baru), dan dibangun oleh pemborong negara PT Pembangunan Perumahan.
Sejarah Jakarta Design Centre
Ide awal dari pembangunan Jakarta Design Centre diilhami dari ketiadaan sebuah pusat perbelanjaan dan pameran arsitektur di Indonesia. Hal ini dirasakan betul oleh direktur Cipta Paramula Sejati saat itu, Meilono Soewondo, yang keteteran mencari bahan material yang sesuai dengan kebutuhan interior mereka, padahal di kota-kota metropolitan global “supermarket” desain dan pusat pameran desain merupakan sesuatu yang sangat penting.
Di sebuah advertorial, salah satu anggota manajemen JDC Eddy W. Utoyo (arsitek Panin Centre) mencatat beberapa pusat desain di luar negeri – terutama di AS – telah dirintis sejak 1960an, saat itu Indonesia sedang dalam tahap mabuk kebencian pada produk asing.
Ide tersebut banyak menerima dukungan dari pejabat pemerintah, baik dari Ery Tjahjadipura (Kepala Dinas Tata Kota DKI di tahun 1989), Ginanjar Kartasasmita (Kepala BKPM di tahun 1989) dan Hartarto Sastrosoenarto (Menteri Perindustrian 1988-1993).
Pembangunan Jakarta Design Centre dimulai dengan pemancangan pada bulan Juli 1988 dan selesai dibangun Mei 1990, alias memakan waktu 17 bulan. Operasionalnya diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto pada 16 Maret 1990. Dalam sambutannya, Wiyogo mengatakan bahwa JDC harus bisa meningkatkan kebutuhan masyarakat akan arsitektur dan interior serta menggali kembali reka arsitektur tradisional Indonesia.
Selama 33 tahun eksistensinya, JDC tak banyak berubah. Namun, sejak akhir 2023 hingga awal 2024, pengelola gedung mempermak sebagian eksterior dan memperluas lantai 1 dan 2. Renovasi tersebut menutup arch Vitruvian yang menyambut pengunjung di pintu masuk sekaligus digantikan oleh lapisan kaca; pada April 2024, renovasi rampung.
Jakarta Design Centre adalah ironi sebuah pusat arsitektur
Rancangan usungan Fajar Datang Geilang untuk Pusat Desain Jakarta ironisnya bertolak belakang dengan visinya sebagai pusat perbelanjaan dunia arsitektur. Kaku, besar, masif. Elemen kaca hanya bisa didapat di bagian tertentu seperti pada jendela lantai 7, sudut-sudut bangunan dan arch. Hal ini muncul karena bagi pihak perancang, unsur eksterior hanya sebagai ‘clear architecture’, atau dalam bahasa SGPC, pemanis belaka.
Hal diatas muncul karena fungsinya sebagai pusat perbelanjaan dan pameran arsitektur dan interior. Eksterior bangunan dilapisi oleh glazal berwarna putih, diimpor dari Belgia, dengan lapis kaca warna kecokelatan untuk sudut dan kaca lexan untuk mosaik arch yang polanya diadopsi dari Vitruvian Man karya Leonardo da Vinci. Renovasi yang dilakukan pada 2024 ini menutupi arch alias gapura tersebut.
Struktur bangunan tidak ada yang sangat istimewa; pondasi JDC menggunakan tiang pancang berkedalaman kira-kira 12 meter sebanyak 477 tiang. Struktur utama bangunan juga konvensional, yaitu balok yang diprestres dan kolom, bahkan tidak memakai core.
Sebaliknya interior memainkan peran penting dalam perancangan gedung ini. Sebagai pusat perbelanjaan arsitektur dan pusat pamer, setiap lantai memiliki lubang alias atrium, yang disela dengan eskalator dari lantai 1-5. Lantai 6 dan 7 hanya bisa diakses dengan lift.
JDC memiliki luas lantai sebesar 24 ribu meter persegi, ditempati oleh sekiranya seratusan organisasi, toko-toko dan jasa arsitektur interior maupun eksterior yang memamerkan produk-produk yang akan diaplikasikan ke dalam rumah maupun bangunan. “Pusat perbelanjaan desain” tersebut memiliki 7 lantai dan 1 basement.
Ketika didirikan, lantai 1 dan 2 digunakan sepenuhnya sebagai ruang pamer, lantai 3-5 sebagai pertokoan dan lantai 6 untuk perkantoran bagi biro arsitek, galeri seni dan asosiasi-asosiasi. Dalam perkembangannya, lantai basement, 1 dan 2 beralih fungsi jua sebagai pertokoan; serta lantai 6 lebih dikhususkan untuk menyediakan 3 ruang rapat dan konvensi serta pusat bisnis. Organisasi seperti Ikatan Arsitek Indonesia, Himpunan Desainer Interior Indonesia dan terbaru, Himpunan Teknik Iluminasi Indonesia, maupun kantor-kantor konvensional berada di lantai 7.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 53 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Fajar Datang Gemilang (desain arsitektur) Wiratman & Associates (struktur) |
Pemborong | Pembangunan Perumahan |
Lama pembangunan | Juli 1988 – Mei 1990 |
Jumlah lantai | 7 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp. 17 milyar (1990) Rp. 220 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- Vera Trisnawati (1990). “Jakarta Design Center: Pusat informasi interior dan arsitektur”. Majalah Konstruksi No. 145, Mei 1990, hal. 39-45
- Dwi Ratih (1989). “Jakarta Design Center: Sebuah sentra spesifik baru”. Majalah Konstruksi No. 137, September 1989, hal. 8-11
- dpy (1989). “Disambut baik, Pendirian Pusat Desain Jakarta”. KOMPAS, 17 Juni 1989, hal. 2
- Web resmi Jakarta Design Centre, diakses 29 Mei 2020 (arsip, 2024)
- “Arsitektur asli Indonesia perlu digali lagi.” Harian Ekonomi “Neraca”, 19 Maret 1990, hal. 8
- Advertorial (1989). “Jakarta Design Center: Menjawab tantangan jasa desain dan industri bangunan.” Majalah SWA No. 4/V, Juli 1989, hal. 74-75
Leave a Reply