Iklan

Setiap Gedung Punya Cerita

Blog Sejarah Gedung-Gedung Indonesia

Hotel Sari Pacific

Ditulis pada tanggal

oleh

Terbaru:

Hotel Sari Pacific adalah sebuah hotel bintang empat yang berdiri di jalan protokol M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Hotel 418 kamar rancangan Wimberly, Whisenand, Allison, Tong and Goo (sekarang cukup bernama Wimberly Allison Tong & Goo) dari Honolulu, Amerika Serikat ini sebenarnya mewarnai cakrawala ibukota Indonesia sejak akhir 1970an, tetapi banyak yang belum mengetahui sejarah awal dari hotel berbintang lima ini baik dari segi pembangunan hingga pembukaannya.

Sejarah Hotel Sari Pacific bermula dari awal 1972, dimana KOMPAS, pada 29 Januari 1972, mengabarkan Ohbayashi Gumi dan Pembangunan Jaya membentuk sebuah KSO modal bernama Jaya Ohbayashi, dengan proyek pertama sebuah hotel milik PT Sarini Tokyu berkapasitas 500 kamar di sebelah Djakarta Theatre. PT Sarini Tokyu adalah patungan dari Sarinah (BUMN ritel), PT Konsultasi Pembangunan, Tokyu Hotels dan Nissho Iwai.

Sari Pan Pacific
Strategis, mewah, klasik, tak lekang dimakan zaman
Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Ketika disebutkan di Januari 1972 bahwa megaproyek senilai USD 3 juta ini akan mulai dibangun pada Juni 1972, proyek tersebut sebenarnya mulai terlambat. Laporan harian KOMPAS pada 26 Agustus 1976, menyebutkan proyek dimulai akhir 1972 dengan biaya investasi 80 juta dolar AS atau Rp 33,2 milyar, setara Rp 1,6 triliun per 2020. Pembangunan hotel tersebut selesai di pertengahan 1976.

Soft opening atau pembukaan pra-peresmian dilakukan pada 1 September 1976 oleh Nani Sadikin (istri Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta) dengan menanam bunga melati, dan grand openingnya dilakukan dua tahap pada bulan November 1976 – 6 November 1976 dibuka dengan sambutan dari Dirjen Pariwisata Departemen Parpostel M.J. Prajogo dan Presdir Sarini Tokyu Noboru Gotoh, dan 7 November 1976 merupakan grand opening Hotel Sari Pacific yang dibuka oleh Wakil Presiden RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Pidato serta beserta informasi detil hotel, naik cetak melalui advertorial di harian petang Sinar Harapan edisi 6 November 1976, sekaligus menjadi referensi kunci artikel blog ini.

Hotel berlantai 18 dengan ketinggian versi Wiratman Wangsadinata (majalah Cipta #2, 1975) mencapai 59 meter, menurut Gotoh, “lahir dari hasil perkawinan Internasional antara Indonesia dengan Jepang”, menekankan hotel ini sebagai salah satu contoh mesranya hubungan diplomatik dan bisnis Jepang dengan Indonesia, masuk akal bila dilihat dari patungan pemilik hotel pada awalnya, beserta pemborongnya yang patungan.

Dekade 1990an, 2000an dan 2010an, hotel ini beken dengan nama Hotel Sari Pan Pacific dan menjadi hotel paling top dan legendaris di pusat kota Jakarta, bahkan Indonesia. Nama lama hotel ini, yang pernah digunakan di tahun 1976 hingga awal 90an, digunakan kembali sejak Maret 2018 setelah Hotel Sari Pacific merdeka dari Grup Pan Pacific yang ironisnya mengawali brand tersebut dari gedung ini.

Dalam rangka renovasi yang dimulai tahun 2021 hingga 2024, mulai November 2022 Sari Pacific bergabung dengan Autograph Collection dari Marriott International.


Iklan

Hotel Sari Pacific punya koridor jumbo dan tonjolkan nuansa keindonesiaan

Hotel Sari Pan Pacific
Sumber: Kartu pos Hotel Sari Pacific

Mayoritas isi dari artikel ini diambil dari sudut pandang subyektif advertorial Sari Pacific di harian Sinar Harapan, yang memberi beberapa selentingan soal desain arsitekturnya.

Rubrik “Pertamanan Teras” misalnya, menonjolkan nuansa keindonesiaan dan cinta lingkungan pada hotel yang dibangun, mulai dari lobi yang dirancang lebih tinggi dari permukaan Jalan M.H. Thamrin dan adanya teras taman di dekat jalan masuk lobi, membawa nuansa arsitektur kuno Indonesia ke dalam hotel bergaya modernisme pertengahan tersebut. Interior saat pertama dibangun dilakukan oleh Dale Keller & Associates cabang Hong Kong.

Kanopi raksasa tersebut disebut sebagai pionir “dalam memperlakukan pintu masuk secara berlebihan” oleh Marco Kusumawijaya dalam sebuah opini di harian KOMPAS. Sejak renovasi pada 2024, kanopi tersebut sekarang dikelilingi oleh podium baru berkelir hitam, yang juga berfungsi sebagai pertokoan.

Komentar mengenai gedung rancangan Wimberly, Whisenand, Allison, Tong and Goo itu juga disinggung dalam pidato Dirjen Pariwisata dan Presdir Sarini Tokyu pada 6 November 1976. MJ Prajogo menyebut Hotel Sari Pacific memiliki “ciri-cirinya yang khas dan menonjol dengan konstruksi bangunannya yang lain dari pada yang lain” dan kamarnya “yang besar dan nyaman”. Dengan bahasa senada, Presdir Sarini Tokyu Gotoh menyebutnya sebuah hotel yang “indah”.

Hotel Sari Pacific (Agoda) memiliki 418 kamar yang terbagi menjadi 7 jenis kamar; yang tertinggi adalah jenis Presidential Suite. Selain itu, untuk memanjakan tamu dan pengunjung, terdapat rumah makan seperti Fiesta, The Japanese at Sari Pacific (dulu Furusato), Sari Delicatessen, Lobby Lounge (eks Melati Bar) hingga Pool Bar.

Hotel milik BUMN ritel Sarinah ini juga memiliki enam jenis ruang rapat dan balai sidang; terdiri dari Mitra Room, Jaya Room, Private Room, Jayakarta Room dan Istana Ballroom – barangkali nama ruang rapat ini tak pernah berubah sejak dibuka pada bulan November 1976. Fasilitas lainnya yang dapat digunakan di hotel bintang 5 ini adalah Lounge Pacific, Business Centre, kolam renang hingga jasa shuttle ke beberapa gedung perkantoran prestisius dan pusat perbelanjaan ternama.


Iklan

Data dan fakta

Nama lamaHotel Sari Pan Pacific
AlamatJalan M.H. Thamrin No. 6 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta
ArsitekWimberly, Whisenand, Allison, Tong & Goo (arsitektur)
Ohbayashi Gumi (struktur)
Dale Keller & Associates (interior, orisinal)
PemborongJaya Ohbayashi
Lama pembangunan1972 – 1976
Dibuka1 September 1976
Diresmikan6 November 1976
Jumlah lantai18 lantai
Tinggi gedung (Majalah Cipta No. 2/1975)59 meter
Jumlah kamar418
Biaya pembangunanUSD 80 juta (1976)
Rp 33,2 milyar (kurs 1976)
Rp 1,6 triliun (inflasi 2020)
Referensi: Sinar Harapan 6/11/1976; KOMPAS 26/8/1976

Referensi

  1. Iklan Hotel Sari Pan Pacific, hal. 9, 10 dan 11. Sinar Harapan, 6 November 1976.
  2. WT (1972). “Joint “Pembangunan Jaya” – “Ohbayashi” 50-50″. KOMPAS, 29 Januari 1972.
  3. MK (1976). “Hingga akhir 1976, Jakarta Tambah Lagi 500 Kamar Hotel Baru”. KOMPAS, 26 Agustus 1976.
  4. Web arsip Hotel Sari Pacific Jakarta, 10 Maret 2018. “Formerly Known as Sari Pan Pacific Jakarta”.
  5. Halaman resmi Hotel Sari Pacific, an Autograph Collection. Diakses 22 November 2022. (Arsip 2019: halaman utama, kamar, prasmanan, rapat, fasilitas)
  6. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2018). “Sari Pan Pacific, Hotel“. Ensiklopedia Jakarta, 1 Agustus 2018. Diakses 20 September 2019. (arsip)
  7. Marco Kusumawijaya (2000). “Gedung Jangkung di Poros Jakarta”. KOMPAS, 19 Maret 2000.
  8. Nina Karlita (2022). “Sari Pacific Menjadi Properti Pertama Di Jakarta Yang Bergabung Dengan Autograph Collection Hotels.” Industry.co.id, 16 November 2022. Diakses 22 November 2022 (arsip)
  9. Dadan Kuswaraharja (2022). “Hotel Legendaris di Jakarta Bersolek, Bernuansa Etnik Betawi.” Detikcom, 11 November 2022. Diakses 22 November 2022 (arsip)
  10. Wiratman Wangsadinata (1975). “Pelajaran yang dapat ditarik dari peristiwa gempa di Daerah Sukabumi tanggal 9 Pebruari 1975.” Majalah Cipta No. 2/1975, April 1975, hal. 11-24

Lokasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *