Graha Mitra adalah gedung kantor berlapis kaca yang berdiri di sisi timur Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Gedung tersebut mulai dibangun sejak Agustus 1990 hingga selesai pada bulan Januari 1992 dengan nama Subentra Building (Gedung Subentra), dan diresmikan pada 9 Maret 1992 sebagai kantor pusat Bank Subentra yang baru berusia 3 tahun (sebelumnya di Landmark Centre), dan diikuti oleh bisnis Grup Subentra lainnya yang dominan bergerak di bidang perfilman. Walau Bank Subentra dibekukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional setelah 6 tahun berkantor di gedung ini, perusahaan segrup lainnya mungkin masih berkantor di gedung ini.
Gedung Subentra berubah nama menjadi Graha SCTV sejak tahun 2001, setelah SCTV pindah kantor ke gedung rancangan tim arsitek Hutama Takenaka ini dari kantor lamanya di Wisma Indovision. SCTV pindah lagi ke Senayan City sejak 2008, dan kembali bersalin nama menjadi Graha Mitra. Hana Bank, yang mencaplok Bank Bintang Manunggal, berpindah ke kantor ini mulai 2008 hingga 2011 ketika berpindah ke Wisma Mulia, dan kini di Mangkuluhur City, keduanya masih berada di satu jalan yang sama dengan Graha Mitra.
Pasca keluarnya SCTV dan Bank Hana, gedung ini menjadi kantor Grup Indika. Di era media sosial sekarang Graha Mitra juga identik dengan Radio Indika sebelum pindah ke Pejaten, dan stasiun televisi NET, yang membangun studionya di lahan belakang Graha Mitra.
Pendek, tambun, berkilauan kaca
Gedung berlantai 12 ini dikenal pendek namun tambun, karena jarak antar lantainya pendek dan desainnya lebih fungsional, bersih dan efisien, baik segi pembangunan dan pemanfaatan materi gedung. Sesuai dengan simbol Grup Subentra saat dibangun, yaitu kristal, cladding gedung didominasi kaca, dengan sedikit sentuhan GRC di sudut-sudut gedungnya. Interior lobby menggunakan bahan granit.
Struktur gedung yang dimanfaatkan oleh gedung ini adalah rangka baja profil H dengan core beton bertulang. Penyebabnya adalah batas ketinggian gedung 50 meter yang ditetapkan Telkom Indonesia/Perumtel, sehingga memerlukan tinggi lantai-per-lantai yang lebih pendek, yaitu hanya 3,65 meter. Untuk memenuhi rencana itu, baja profil digunakan menggantikan balok beton bertulang yang tebal. Perhitungan mimin SGPC adalah 44 meter, sangat pendek bila dibanding dengan gedung Centennial yang berjarak dua gedung dari Graha Mitra, dengan ketinggian empat kali lipat.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Nama lama | Subentra Building Gedung Subentra Graha SCTV |
Alamat | Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 21, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | Hutama Takenaka |
Pemborong (J.O.) | Hutama Takenaka Nusa Raya Cipta |
Lama pembangunan | Agustus 1990 – Januari 1992 |
Diresmikan | 9 Maret 1992 |
Tinggi gedung | ~44 meter |
Jumlah lantai | 12 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 40 milyar (1992) Rp. 423 milyar (inflasi 2020) |
Signifikasi | Pop culture (Studio NET, populer sebelum 2020an) |
Referensi
- Dwi Ratih; Saptiwi (1992). “Subentra Building: Kombinasi Antara Struktur Baja dan Beton”. Majalah Konstruksi No. 169, Mei 1992.
- Rosser, Andrew. “The Politics of Economic Liberalization in Indonesia: State, Market and Power” (2013). Abingdon, Inggris Raya: Routledge. Halaman 202.
- Kompas, 9 Maret 1992 (iklan)
- Sejarah SCTV, 5 Juni 2004
- GUN/NN/PPG (1998). “Pemerintah Bekukan Tujuh Bank: Tujuh Bank Lain Dalam Pengawasan BPPN”. Kompas, 5 April 1998.
- Milestone Bank Hana Indonesia, 19 Maret 2018.
Leave a Reply