Gedung Pertokoan Alun-Alun Timur, atau populernya bernama Gedung Miramar adalah bangunan berlantai empat tersebut yang dahulu berada di Jalan Asia Afrika, kota Bandung, Jawa Barat. Dikelola dan dibangun oleh sebuah komanditer bernama CV Asian Development Enterprise (CV ADE), Gedung Miramar terkenal sebagai gedung pertama di Bandung yang memasang eskalator.
Contoh bahaya ketergantungan pada medsos untuk menyimpan informasi. Iklan di atas mengonfirmasi adanya Rumah Makan Miramar di lantai 4 Gedung Miramar.
Pembangunan Pertokoan Alun-Alun Timur tersebut sudah berjalan cukup lama, namun terhambat karena masalah keuangan hingga tahun 1975, saat CV ADE mengambil alih pembangunan pusat pertokoan itu. Pembangunan pun berjalan lancar hingga sampai di tahap pemasangan kaca pada sekitar Agustus 1976, dan rampung sesaat setelahnya. Menteri Dalam Negeri Amirmachmud meresmikan pusat perbelanjaan Gedung Pertokoan Alun-Alun Timur alias Gedung Miramar, bersama dengan peresmian kolam renang Tirtalega, Wisma Guru Jalan Caringin dan Gelanggang Remaja Merdeka, pada tanggal 5 November 1976 di kolam renang Tirtalega. Proyek ini menghabiskan biaya Rp. 800 juta nilai 1976. Bagaimana bisa gedung ini mendapatkan nama keren “Miramar” masih tidak jelas, apakah bersumber dari toko elektronik atau dari rumah makan, yang sama-sama bernama “Miramar”.
Ketika selesai dibangun, gedung pertokoan dengan desain arsitektur biasa-biasa saja ini mendapatkan kritik. Majalah POLA milik Institut Teknologi Bandung (ITB) menyebut bahwa penyebab calon usahawan enggan melirik pusat belanja yang lokasinya dekat dengan kuartet bioskop Nusantara, Elita, Dian dan Aneka adalah perancangannya yang tidak ergonomis bagi sebagian usahawan seperti jauhnya jarak antara jendela etalase toko dan trotoar jalan, keberadaan pagar yang tidak bersahabat dan suasananya yang kaku dan formal.
Sebagian pihak menduga harga sewa jadi biangnya, walaupun pihak CV ADE mengatakan bahwa harga sewa di Gedung Miramar lebih murah dibanding ruko sejenis di Jalan Asia-Afrika (20 ribu rupiah/m2/tahun (Rp. 954 ribu nilai 2022) vs. 40 ribu rupiah/m2/tahun untuk ruko Jalan AA tahun 1971 (Rp. 112 ribu nilai 1976 atau Rp. 5,3 juta nilai 2022)). Tetapi, pada tahun 1984, dikabarkan beberapa pedagangnya yang gulung tikar dari Gedung Miramar karena buruknya pemeliharaan, kondisi kelistrikan yang tidak rampung dan kalah saing dengan pusat bisnis Dalem Kaum (spesifiknya, King’s dan Parahyangan Plaza).
Gabungan faktor diatas patut menjadi faktor dibalik kosongnya pusat belanja itu, yang berbuntut pada penyelidikan yang dilakukan Pemda Jawa Barat pada Juli 1985. Diketahui, skandal skala kecil itu mencuat ketika CV ADE mengajukan kredit ke Bank Dagang Negara untuk tenor 30 tahun dengan menyetor nama-nama pedagang yang mayoritas tidak memenuhi syarat sebagai pedagang toko di Miramar. Penyelidikan tersebut tersandung masalah pemilik CV ADE yang saat itu ada di luar negeri.
Kemungkinan ramainya Gedung Miramar terlihat sejak akhir 1980an dan 1990an. Pada bulan November 1989, pedagang dari Pasar Kota Kembang setuju dipindahkan ke gedung samping Palaguna Plaza tersebut.
Per 2000an, Gedung Miramar terlihat dalam kondisi terbengkalai, dan sekitar 2006-07 (data foto udara Google Earth) gedung tersebut sudah digusur.
Mitos pun terpatahkan
Setiap Gedung Punya Cerita menjawab beberapa mitos mengenai Gedung Miramar.
Sempat menjadi primadona penggemar film di Kota Bandung, bioskop-bioskop plus Gedung Miramar dibongkar pada 1980-an. Lahan tersebut kemudian menjadi pusat perbelanjaan Palaguna Nusantara. Gadung yang berlantai tiga plus basment tempat parkir menjadi salah satu gedung megah saat itu.
Mimin web SerbaBandung.com
Pertama, nasib gedung. Laman web SerbaBandung.com sempat menyebutkan Gedung Miramar dibongkar bersama dengan kuartet bioskop pada 1980an dan digantikan oleh Palaguna Nusantara. Sayangnya, klaim tersebut mudah dibantah lewat foto.
Gedung Pertokoan pertama dengan fasilitas eskalator di Bandung pertokoan Alun-Alun Timur, lebih terkenal dengan nama Gedung Miramar, karena ada restoran Miramar mewah di tingkat 4 (paling atas). Posisi gedung ini sebelah kanan Gedung Palaguna. Jl. ALUN2 Timur. pic.twitter.com/cJajxvuewI
— Mas Pur Bobotoh Jebred (@rasjawa) July 27, 2020
Kedua, peristiwa baliho roboh. @rasjawa pernah menyebut bahwa pada Maret 1992 terjadi peristiwa tumbangnya reklame Sharp karena hujan dan angin kencang. Perpusnas RI yang menjadi “mitra” SGPC dalam penggalian arsip tidak menemukan berita kejadian tersebut di arsip harian Pikiran Rakyat edisi Maret 1992. Kemungkinan kejadian ini, antara imajinasi, atau ada kesalahan ingatan (false memory), sehingga bisa jadi yang dimaksud tidak terjadi pada bulan Maret 1992 melainkan di bulan lain.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Asia Afrika/Alun-Alun Timur, Regol, Kota Bandung, Jawa Barat |
Pemborong | CV Asian Development Enterprise |
Lama pembangunan | ~1975 – September 1976 |
Dibongkar | 2006 – 2007 |
Jumlah lantai | 4 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 800 juta (1976) Rp. 38,2 milyar (2022) |
Referensi
- Yoesman (1977). “Pusat Pertokoan Alun-Alun Timur Bandung.” Majalah POLA No. 18, Januari 1977, hal. 6-7
- “Gedung Alun2 Timur Selesai Sebelum 17-8.” Pikiran Rakyat, 6 Juli 1976
- Paul Tedjasurya (gambar) (1976). “Pusat Pertokoan Alun2 Timur.” Pikiran Rakyat, 19 Agustus 1976
- “Mulai Hari Ini Mendagri Amirmachmud Meresmikan Hasil2 Pembangunan di Bandung.” Pikiran Rakyat, 5 November 1976
- “Menteri Amirmachmud Mengisyaratkan Pemerintah Pusat Menyetujui Perluasan Bandung.” Pikiran Rakyat, 6 November 1976
- “Dibentuk Tim Khusus Tangani “Miramar.” Pikiran Rakyat, 9 Juli 1985
- “Direktur CV ADE Tidak Tepati Janji, Kasus “Miramar” Harus Dapat Diselesaikan.” Pikiran Rakyat, 19 Juli 1985
- “Pertokoan Alun2 Timur Semakin Memprihatinkan.” Pikiran Rakyat, 7 April 1984
- “Pedagang “Kota Kembang” Sedia Pindah ke Miramar.” Pikiran Rakyat, 9 November 1989
- “Pasar Kota Kembang Tetap akan Dibongkar!” Pikiran Rakyat, 10 November 1989
Tinggalkan Balasan