PELNI adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang melayani jasa pelayaran kapal laut antar pulau di Indonesia. Ia didirikan pada tahun 1952 sebagai pengganti dari Pepuska (Yayasan Penguasaan Kapal-Kapal) yang dibentuk sebagai reaksi atas kebijakan maskapai kapal Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij, yang saat itu enggan meng-Indonesia-kan operasionalnya (adopsi status Perseroan Terbatas dan bendera Indonesia). Sepanjang sejarahnya, Kantor Pusat PELNI berkantor di Jalan Pintu Air, Jalan Angkasa dan di Jalan Bungur, namun sejak 1990, Kantor Pusat PELNI berlokasi di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
Pembangunan kantor pusat baru PELNI di Jalan Gajah Mada lebih didasari pada dua faktor, yaitu rencana penambahan lajur di Jalan Angkasa yang berimbas pada operasional PELNI di jalan tersebut, serta masih berpencarnya operasional BUMN pelayaran tersebut di tiga jalan yang disebut tadi (Angkasa, Pintu Air dan Bungur). Mungkin ini yang dipikrikan oleh Dirut perusahaan saat itu, Drs. Rosman Anwar, saat dilantik pada 8 September 1987.
Peletakan batu pertama dilaksanakan pada 8 September 1988 setelah sejak Mei 1988 melaksanakan konstruksinya. Butuh 15 bulan gedung tersebut dibangun oleh PT Multi Kontrindo Perkasa, saat itu anak usaha Grup Bimantara, hingga selesai dibangun pada September 1989. Kantor Pusat PELNI diresmikan oleh Menteri Perhubungan Letjen Ir. Azwar Anas pada 24 Maret 1990. Biaya konstruksi gedung berwarna cokelat ini adalah 15,4 milyar rupiah (Versi Majalah Konstruksi. Harian Ekonomi “Neraca” mengutip Dirut PELNI, Rusman Anwar, bahwa biaya konstruksi adalah Rp. 16,1 milyar nilai 1990) yang bersumber dari anggaran PELNI 1987/88.
Saat ini gedung di Jalan Gajah Mada No. 14 tersebut dimanfaatkan sepenuhnya oleh PELNI; di awal 1990an lantai 2 dan 3 disewakan kepada umum; saat dibuka pada awal 1990 ditempati oleh United Overseas Bank Bali, patungan UOB Singapura dan Bank Bali.
Inspirasi kapal bagi Kantor Pusat PELNI
Gedung yang kasat mata terlihat menyatu ini, memiliki tiga blok. Blok A adalah kantor utama PELNI sendiri dengan 10 lantai, Blok B adalah kantor anak perusahaan PELNI dengan 5 lantai, dan Blok C yang terpendek dan terdalam adalah auditorium berkapasitas 1000 orang dan fasilitas umum.
Bangunan dengan luas lantai 15.200 meter persegi ini, kata Warman Anwar selaku arsitek Kantor Pusat PELNI kepada Majalah Konstruksi (terbit Januari 1990), terilhami dari bentuk kapal yang ia pernah lihat di Pasar Ikan, dan direkam dalam bentuk lukisan pribadinya. Pilar vertikal dan elemen vertikal yang mendominasi muka bangunan blok A inilah yang merepresentasikan tiang kapal, mengusung filosofi kepemimpinan. Filosofi itu diperkuat dengan penempatan kantor badan direksi PELNI di blok A. Di blok yang sama bagian pucuknya terinspirasi oleh sekur bangunan klasik. Secara sederhana, kata Warman, “bisa dikatakan menganut langgam Post Modern”.
Secara finishing, gedung ini menggunakan lapis aluminium cokelat, curtain wall berwarna gelap, memberi harmoni dengan Gajah Mada Plaza. Sementara strukturnya terdiri dari pondasi frankipile berkedalaman 18-20 meter, struktur atas pelat lantai Kantor Pusat PELNI yang tidak diprestres karena berat bangunan yang terlanjur berat oleh elemen pilar arsitektural gedung. Untuk mengakali berat struktur yang besar, 3 balok anak disertakan di pelat lantai, dengan jarak 2,4 meter setiap bagian.
Selengkapnya mengenai garis besar gedung era 1990an dapat anda baca di artikel ini
Data dan fakta
Alamat | Jalan Gajah Mada No. 14 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Warman Anwar (PRW Architects) |
Pemborong | Multi Kontrindo Perkasa (utama dan arsitektur) Total Bangun Persada (struktur) |
Lama pembangunan | Mei 1988 – September 1989 |
Diresmikan | 24 Maret 1990 |
Tinggi gedung | 43 meter |
Jumlah lantai | 11 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp 15,4 milyar (1989) Rp 208,8 milyar (inflasi 2020) |
Referensi
- Zaki, Mohammad; Hidayat, Rahmi. “Gedung Kantor Pusat PT PELNI: Bentuknya diilhami suasana pelabuhan.” Majalah Konstruksi No. 141, Januari 1990, hal. 51-57
- Plakat gedung.
- “PELNI bangun kantor pusat.” Harian Ekonomi “Neraca”, 10 September 1988, hal. 3
- “Tingkat Pelayanan Pelni Masih Kurang.” Harian Ekonomi “Neraca”, 26 Maret 1990, hal. 3
- “United Overseas Bank Bali Beroperasi.” Harian Ekonomi “Neraca”, 28 Februari 1990, hal. 5
- Esti Susanti (1988). “Kantor Pusat PELNI.” Majalah Konstruksi No. 123, Juli 1988, hal. 72
- Halaman resm PELNI, diakses 4 September 2023 (arsip)
Foto utama oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0
Tinggalkan Balasan