Pabrik. Sebuah bangunan berukuran luas yang difungsikan sebagai pusat produksi barang dan alat yang diperlukan oleh makhluk hidup sejagat raya, dari kebutuhan sepele seperti air dan makanan hingga barang produksi lain seperti garbarata bandara dan pesawat. Ia diperlukan untuk menggerakkan perekonomian nasional maupun global, tetapi dibenci sementara pihak di Indonesia yang melihatnya dari sisi negatif terhadap sosial dan lingkungan.
Edisi pertama dari Industriawan kali ini adalah pabrik di kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), salah satu kawasan pabrik terawal di Indonesia maupun di Jakarta yang telah ada sejak 1973 dan diperluas pada 1978 dan 1987. Pilihan ini merupakan keputusan yang tak mudah mengingat gaya kerja SGPC yang sporadis dan harus menunggu data – dimana ada informasi yang baru, disana kami perbaiki atau tulis baru.
Dan, tentu untuk tema perdana, akan dipermudah dengan fakta bahwa gedung-gedung yang kita bahas kebanyakan dirancang oleh arsitek-arsitek ternama.
Penelusuran kilat
Balai pustaka Soejoedi di Pulogadung (1980-82)
Balai Pustaka adalah BUMN yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan buku berbahasa Indonesia, awalnya dibentuk oleh Pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada 22 September 1917. Perusahaan tersebut dikenal luas di masyarakat sebagai lembaga kebudayaan literatur dan menjadi penerbit dari beberapa novel-novel karya novelis ternama di masanya serta buku-buku pelajaran sekolah kontrakan pemerintah.
Balai Pustaka memiliki dua fasilitas percetakan di Pulogadung, yang dibangun dalam waktu yang cukup berdekatan. Keduanya dirancang oleh tim arsitek dari Gubah Laras pimpinan Soejoedi Wirjoatmodjo yang terkenal dengan karya-karya monumentalnya, di akhir-akhir masa hidupnya. Bila anda belum tahu siapa Soejoedi, klik artikel ini.
Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 (eks-Balai Pustaka Unit I)
Unit pertama Balai Pustaka di Pulogadung berlokasi di Jalan Pulokambing Raya Blok J No. 15. Gedung yang dibangun dengan biaya mencapai Rp. 1,5 milyar nilai 1980 (setara Rp. 45,6 milyar nilai 2024) tersebut dimulai pembangunannya melalui peresmian oleh Menteri Pendidikan & Kebudayaan Daud Joesoef pada tangga 28 Januari 1980.
Pembangunan tersebut diperkirakan berlangsung selama 8 bulan, alias diharapkan rampung pada tanggal 25 Agustus 1980 tiada aral melintang. Namun, kantor percetakan baru Balai Pustaka Unit I baru selesai dibangun sekitar November 1980 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan & Kebudayaan yang sama pada 29 November 1980.
Gedung ini memiliki 2 lantai dengan luas lantai total 3.800 m2, berdiri di atas lahan seluas 65 are (6.500 m2) dengan penampilan modern. Namun, karena (hipotesis tangan satu SGPC) kebijakan Kemendikdasmen terkait penyediaan buku pelajaran serta digerusnya industri buku oleh keberadaan ponsel pintar, sekitar 2014 Balai Pustaka menyerahkan Unit I kepada BUMN farmasi Kimia Farma; sejak akuisisi tersebut gedung tersebut menjadi gudang Kimia Farma.
Balai Pustaka Unit II
Sementara Unit II di Jalan Rawagatel No. 17 dibangun sebagai jawaban atas masih kurangnya kapasitas percetakan di Unit I Jalan Pulokambing. Bila mengikut catatan Gubah Laras selaku arsitek, gedung berlantai dua dengan luas lantai 3.400 m2 ini dibangun dari 1980 hingga 1983, yang artinya kesalahan catatan atau ada masa retensi dengan biaya konstruksi Rp. 750 juta (1982, setara Rp. 18,6 milyar nilai 2024).
Gedung tersebut rampung pembangunannya sekitar November 1982 dan diresmikan pada tanggal 29 November 1982 oleh Menteri Pendidikan & Kebudayaan Daud Joesoef. Tidak banyak perubahan pada gedung ini; bagian tembok depan pagar masuk kawasan pabrik sekarang telah dibongkar untuk dijadikan pintu bongkar muat.
Martha, Martina dan Han (1981)
Tak hanya Soejoedi Wirjoatmodjo arsitek ternama bergelar Dipl. Ing. yang meninggalkan karya-karya terbaiknya di kawasan industri ini. Adalah Han Awal, arsitek yang lebih ngetop sebagai konservator bangunan-bangunan era Belanda, yang meninggalkan jejaknya di kawasan JIEP Pulogadung.
Ia merancang gedung pabrik pertama dari PT Martina Berto, anak usaha perusahaan kosmetika Sari Ayu Martha Tilaar di Jalan Puloayang No. 3. Gedung tersebut menggantikan pabrik lama yang berada di garasi rumah pendiri Sari Ayu Martha Tilaar, yaitu Martha Tilaar. PT Martina Berto didirikan khusus memproduksi dan membuat produk kosmetika Sari Ayu Martha Tilaar.
Pembangunan pabrik tersebut rampung pada tahun 1981, dimana pabrik yang menonjol dengan tiga silindernya diresmikan oleh istri Menteri Luar Negeri Nelly Adam Malik pada 23 Desember 1981. Gedung tersebut memiliki luas lantai 4.000 m2 yang menampung 100 pekerja dan mesin-mesin modern yang awalnya diimpor dari Jerman. Saat ini, gedung di Puloayang masih beroperasi di bawah kepemilikan PT Martina Berto sebagai pusat distribusi.
Pabrik 2 Martina Berto di Pulokambing Raya ada di bagian berikutnya karena arsitek dari gedung ini belum bisa SGPC verifikasi.
Nirwana Parama Loka (1977-1983)
Parama Loka Consultant, biro arsitek yang dibesarkan oleh Suwarmo Soepeno, juga merupakan pemain utama di kawasan industri Pulogadung. Tercatat oleh SGPC, mereka merancang dua gedung kantor untuk dua perusahaan yang beda antara lain PT Alcan Indonesia dan Nirwana Photo Company. Salah satu diantaranya sudah tinggal nama dan gambar baik gedung maupun perusahaannya.
Salah satu bangunan milik Grup Kalbe adalah bekas Nirwana Photo Company (1979)
PT First Nirwana Photo Company adalah sebuah perusahaan pembuat film yang dahulu berkedudukan di sekitar Jalan Pulo Lentut No. 12. Ia berdiri pada tahun 1973, dimana perusahaan ini memproduksi rol film dan terkadang kamera.
Dua tahun setelah dibentuk dibangun kantor pusat, gudang distribusi dan laboratorium foto Nirwana Photo Company di lahan seluas 2,7 hektar di Jalan Pulo Lentut No. 12. Pembangunan gedung bergaya modern ini dilaksanakan bertahap dari 1975 hingga 1979 oleh kontraktor nasional PT Murthy Kurnia Utama.
Namun, pada 1986-97-an perusahaan tersebut berhenti beroperasi karena tingginya utang yang ditanggung, sehingga mengajukan pailit pada 1989 kepada Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang akhirnya dikabulkan. Sejak keputusan pailit tersebut, salah satu bangunannya disewakan ke distributor kamera merk Ricoh, PT Perdana Bangun Pusaka, dan selanjutnya sebagian dari lahan di Pulo Lentut dilepas ke PT Enseval Putera Megatrading.
Sejak 2015-an salah satu bangunan bekas Nirwana Photo Company dibongkar dan kini berdiri tegak Gedung Enseval III berlantai tiga dengan warna khas Kalbe Farma Group.
Alakasa Industrindo (1975, 1983)
Sementara gedung kedua yang dibahas oleh blog ini adalah PT Alakasa Industrindo yang dahulu adalah PT Alcan Indonesia. Perusahaan yang bergerak dalam pembuatan produk berbahan dasar aluminium ini awalnya dibentuk melalui kerjasama antara Aluminium Company of Canada (ALCAN) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 21 Februari 1972.
Pabrik di lahan seluas 2,05 hektar (20.500 m2) dibangun mulai 1972 hingga akhirny sekitar 1974 pabrik ini dioperasikan dan setahun kemudian, tepatnya 19 Maret 1975, pabrik Alcan Indonesia Pulogadung diresmikan oleh Menteri Perindustrian M. Jusuf. Sejak 1988 Alcan melepas kepemilikan perusahaan ini, yang disusul oleh Pemprov DKI Jakarta beberapa tahun kemudian secara bertahap.
Sementara gedung operasional Alakasa Industrindo karya Inawati J. Haryokusumo (seorang arsitek bergelar Dipl. Ing. namun masih kalah kelas dari Han Awal atau Soejoedi) dari Parama Loka Consultant dibangun mulai April 1982 hingg rampung sepenuhnya bulan Januari 1983 dengan biaya k/l. Rp. 428 juta (1983, setara Rp. 9,5 milyar nilai 2024). Pembanguannya dilakukan oleh CV Multi Mulia.
Dari penampilan arsitekturnya, gedung ini memang agak kreatif. Catatan Karya Arsitektur Arsitek Indonesia vol. 1 menyebut bahwa kantor PT Alakasa Industrindo ingin berusaha “mewujudkan bangunan yang penampilannya mencerminkan kekhususan produk aluminium yang dihasilkan oleh PT. Alcan Indonesia.” Bentuk eksterior hadap timur yang “berhidung mancung”, menurut KAAI 1 adalah unjuk kemampuan fabrikasi aluminium PT Alcan Indonesia saat itu.
Bukan rombongan Dipl. Ing. atau Parama Loka
Tidak semua pabrik-pabrik yang SGPC bisa identifikasi adalah karya PLC, jebolan TU Berlin atau orang lain, mengingat keterbatasan waktu dan referensi yang SGPC miliki dalam mendalami pabrik-pabrik yang berlokasi di dalam kawasan industri bentukan Pemprov Jakarta ini.
Martina Berto Jalan Pulokambing II (1986)
Pabrik perluasan Martina Berto di Jalan Pulo Kambing II No. 1 adalah bangunan pabrik bergaya pasca-modern berlantai 3. Gedung tersebut mulai digunakan sejak akhir 1986, yang diresmikan oleh Karlinah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah, pada tanggal 17 Desember 1986.
Gedung kedua fasilitas ini baru ditambah belakangan hari. Selain merupakan pabrik, gedung Martina Berto di Jalan Pulo Kambing II awalnya dimanfaatkan sebagai Griya Cipta Wanita, yang dikhususkan sebagai pusat penerangan kosmetika.
PT Dankos Laboratories (1982)
Dankos Laboratories, perusahaan farmasi yang merupakan anak usaha Kalbe Farma memulai operasinya sejak 25 Maret 1974 di belakang pabrik Kalbe Pulomas. Namun, sejak 1982 perusahaan farmasi tersebut menempati bangunan di Jalan Rawagatel No. 35-40, yang diperluas berkali-kali di tahun 1989, 1994, hingga 2011-2012. Tidak seperti pabrik Balai Pustaka yang berdiri di seberang jalan, mungkin ini saja detil yang kami ketahui dari pabrik Dankos.
Referensi
Soejoedi/Balai Pustaka
- kr (1980). “Percetakan Balai Pustaka.” KOMPAS, 29 Januari 1980, hal. 3
- Ton (1980). “Menteri P dan K minta PN Balai Pustaka turut dalam pengadaan buku murah.” KOMPAS, 1 Desember 1980, hal. 6
- dn; efix (1982). “Balai Pustaka, sudah “gaek” tapi tetap bergelora.” KOMPAS, 21 November 1982, hal. 1
- dn (1982). “Percetakan Balai Pustaka Unit II diresmikan.” KOMPAS, 30 November 1982, hal. 6
- Laman resmi Gubah Laras, diarsip 7 Januari 2007
- Halaman resmi Balai Pustaka, diarsip 19 Juli 2009
Martina Berto Pulokambing Raya dan Puloayang
- Mj (1981). “Pabrik kecantikan.” KOMPAS, 27 Desember 1981, hal. 9
- Chap (1981). “Martha Tilaar: Tokoh Wiraswasta yang Terjun ke Bidang Jamu.” Berita Yudha, 20 Desember 1981, hal. 3
- Martha Tilaar (1999). “Kecantikan Perempuan Timur.” Jakarta: IndonesiaTera. Hal. 194-195
- Ayu Hermawan (2007). “Doktor (HC) Martha Tilaar bagi Indonesia – perjalanan seorang perempuan entrepreneur mengubah mimpi menjadi nyata.” Jakarta: Grasindo. Hal. 81-82
- Visualisasi hasil pembangunan Orde Baru Pelita I, Pelita II, Pelita III, Volume 2. Jakarta: Dumas Sari Warna, 1984. Lihat iklan Grup Puspita Martha
- mj (1986). “Perluasan pabrik kosmetik.” KOMPAS, 18 Desember 1986, hal. 2
- Halaman resmi PT Martina Berto, diakses 11 Desember 2024 (arsip)
Parama Loka Consultant/Nirwana Photo Company dan Alcan Indonesia
- Ikatan Arsitek Indonesia (1984). “Buku Ke-2 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 48-49
- Yoyok Widoyoko; Farid Mahmud (1993). “Setelah tak kuat menanggung beban.” Warta Ekonomi No. 38/IV, 15 Februari 1993, hal. 23-24
- Ikatan Arsitek Indonesia (1983). “Buku Ke-1 Karya Arsitektur Arsitek Indonesia.” Jakarta: Ikatan Arsitek Indonesia. Halaman 33-34
- Wr (1972). “Joint venture DCI – Canada.” KOMPAS, 22 Februari 1972, hal. 2
- J (1975). “PT Alcan Indonesia mengahsilkan atap dan pipa aluminium.” KOMPAS, 20 Maret 1975, hal. 2
Pabrik Dankos
- Bisnis Indonesia, 1 September 1994, halaman suplemen III.
- “Dankos Bangun Ruang Steril dari Dana Go Public.” Harian Ekonomi “Neraca”, 10 November 1989, hal. 4
Tinggalkan Balasan