Iklan

Setelah Padang, sekarang Bukittinggi. Tapi bukan jam gadang atau pasar-pasar bersejarah era Belanda, melainkan sebuah hotel berbintang tiga yang saat berdiri merupakan hotel mewah bernama Hotel Pusako. Hotel yang berlokasi di ujung timur laut Bukittinggi itu dimiliki oleh sebuah perusahaan bernama PT Pusako Tarinka.

Hotel Pusako Bukittinggi dirancang oleh tim arsitek Parama Loka Consultants dan dibangun oleh BUMN kontraktor PT Pembangunan Perumahan di awal 1990an. Ia menyediakan 191 kamar yang terbagi ke dalam empat tipe kamar. Di awal-awal eksistensinya, Hotel Pusako dikelola oleh Aerowisata dan menyandang status bintang empat.

Hotel Pusako Bukittinggi
Pintu masuk Hotel Pusako, ~2006. Foto oleh Heru Suadi/Panoramio

Iklan

Sejarah Hotel Pusako Bukittinggi: Karena Kota Jam Gadang perlu lebih banyak kamar

Sejarah Hotel Pusako tidaklah lepas dari booming pariwisata di Bukittinggi di masa pemerintahan Orde Baru terutama di tahun 1980an; dimana jumlah kunjungan tahunan sebanyak nyaris 30 ribu pengunjung pada 1989 hanya bisa ditampung oleh 27 hotel dengan 498 kamar, menurut laporan Pemkot Bukittinggi ke Harian Ekonomi Neraca (6/1/1990). Hal ini mendorong derasnya investasi dalam bentuk akomodasi pariwisata.

Pembangunan Hotel Pusako dimulai dalam sebuah upacara peletakan batu pertama pada pertengahan bulan Maret 1990. Empat bulan berselang, tepatnya pada 19 Juli 1990, pemilik hotel meneken kerjasama manajemen dengan perusahaan manajemen hotel milik Garuda Indonesia, Aerowisata.

Hotel Pusako Bukittinggi dalam tahap konstruksi, 1991. Bukittinggi tempo dulu.
Hotel Pusako dalam tahap konstruksi, sekitar awal 1991. Foto oleh Majalah Konstruksi

Diharapkan mulai beroperasi dalam waktu 18 bulan (September 1991), pembanguannnya molor hingga akhirnya baru memulai operasional dalam status soft opening pada tanggal 9 Agustus 1991. Dalam operasional tersebut, hanya 40 kamar yang dibuka.

Sementara perampungan penuh sekaligus peresmian operasional Hotel Pusako oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman terlaksana pada tanggal 3 Maret 1992. Proyek hotel bintang empat pertama di Sumatera Barat tersebut menghabiskan biaya Rp. 36,8 milyar nilai 1992 yang bersumber dari kredit Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).

Pengelolaan hotel di bawah Aerowisata berjalan hingga sekitar 1997-98. Dikabarkan oleh salah satu penulis opini di harian asal Medan, Analisa, pemilik hotel ini mengalami kerugian pada tahun 1997. Tidak banyak informasi yang dipetik dari sejarah hotel ini setelah 1998; namun hotel berarsitektur Minang ini tetap melayani tamu domestik yang singgah ke Bukittinggi.


Iklan

Fleksibilitas menjadi konsep arsitektur Hotel Pusako Bukittinggi

Hotel Pusako Bukittinggi
Lapangan taman (courtyard) Hotel Pusako, 2013. Sedikit terlihat bentuk atap a la Minang. Foto oleh Adrian Prasetya/Panoramio

Hotel Pusako Bukittinggi dirancang oleh tim arsitek dari Parama Loka Consultants pimpinan Suwarmo Soepeno untuk arsitektur dan penataan taman, serta Davy Sukamta & Partners untuk struktur. Secara konsep, menurut pihak Parama Loka kepada kru Majalah Konstruksi (#169, Mei 1992), hotel ini mengusung tipe resort dengan tujuan memaksimalkan suasana hijau dan lokasi berbukit di sekitarnya.

Ketinggian gugusan gedungnya bervariasi dari dua sampai tiga lantai. Gedung utama berlantai dua difungsikan sebagai lobi serta fasilitas umum seperti kafe, balai sidang dan restoran. Belakangan salah satu gedungnya dimanfaatkan sebagai ruang praktik/kuliah Akademi Pariwisata Paramitha. Sementara 191 kamar yang tersedia dipecah ke beberapa gugus bangunan yang terhubung oleh sebuah selasar (mezanin).

Hotel Pusako Bukittinggi
Lapangan taman (courtyard) Hotel Pusako dengan air terjun buatan, 2013. Foto oleh Adrian Prasetya/Panoramio

Secara eksterior, pengelompokan gugus bangunan tersebut – oleh perancang – merupakan upaya Parama Loka menghadirkan suasana arsitektur khas Minangkabau yang “lebih kepada esensinya” daripada hanya mengambil atap gonjong belaka – seperti yang dipraktikkan bangunan lainnya. Hotel ini memiliki luas lantai total 18.000 m2 menempati lahan seluas 35.000 m2.

Ketika dibuka pada bulan Maret 1992, Hotel Pusako Bukittinggi memiliki 191 kamar yang terbagi ke empat tipe kamar, standar, superior (keduanya total 184 kamar), suite (6 kamar) dan presidential (1 kamar). Ia juga menyediakan fasilitas seperti restoran, kolam renang serta fasilitas olahraga tenis, dua ruang rapat berkapasitas 60 hadirin dan balai utama berkapasitas 250 orang.


Iklan

Data dan fakta

AlamatJalan Raya Batusangkar Mandiangin Koto Selatan, Bukittinggi, Sumatera Barat
ArsitekParama Loka Consultant (arsitektur, tata kebun)
Davy Sukamta & Partners (struktur)
PemborongPembangunan Perumahan
Lama pembangunanMaret 1990 – September 1991
Diresmikan3 Maret 1992
Jumlah lantai3 lantai
Jumlah kamar191 kamar
Biaya pembangunanRp. 36,8 milyar (1992)
Rp. 405 milyar (inflasi 2023)

Referensi

  1. Dwi Ratih; Saptiwi Djati Retnowati (1992). “Hotel Pusako Bukittinggi, pelopor hotel berbintang di Sumatera Barat.” Majalah Konstruksi No. 169, Mei 1992, hal. 51-53
  2. “Bukittinggi kekurangan hotel.” Harian Ekonomi “Neraca”, 6 Januari 1990, hal. 3
  3. ANTARA (1990). “Aerowisata akan tangani manajemen “Pusako Bukittinggi.” Bali Post, 20 Juli 1990, hal. 7
  4. “Hotel Pusako starts trial operations” (Hotel Pusako memulai operasional uji coba). Majalah Travel Indonesia Vol. 13 No. 9, September 1991, hal. 13-14
  5. “Hotel Pusako, the pride of West Sumatra” (Hotel Pusako kebanggaan Sumatera Barat). Majalah Travel Indonesia Vol. 14 No. 4, April 1992, hal. 13, 15
  6. Sudin Simanjuntak (1997). “Kasus RUUK ditinjau melalui manajemen audit.” Harian Analisa, 15 Desember 1997, hal. 4
  7. Winsyah/Advertorial (2023). “Hotel murah di Bukittinggi, Hotel Pusako dekat Jam Gadang dan Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta.” Harian Haluan, 25 Juli 2023, diakses 12 Juni 2024 (arsip)
  8. “Kilas Ekonomi: Menparpostel Resmikan Hotel Pusako Bukittinggi.” KOMPAS, 6 Maret 1992 hal. 2

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *