Catatan mengenai website: Betapa kacaunya implementasi widget sponsor…….

Garden Palace Hotel
Psikis muram masyarakat Indonesia saat ini bukan halangan bagi kami membenahi blog. Hotel Garden Palace, Surabaya, di bawah awan mendung. Foto oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0

Halo pembaca SGPC yang budiman……… mungkin suasana anda hari ini tidak semangat. Cuacanya cerah dan penuh senyum, tapi perasaan masyarakat kini terlihat mendung muram. Mungkin karena anda baru baca koran, browser anda, atau lini masa medsos anda [kami dari SGPC juga], dibanjiri berita horor mengenai kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) akibat dari kesemberonoan beberapa masyarakat Indonesia yang membawa sentimen politik.

Hmm, itu masalah yang bikin banyak orang gregetan juga, termasuk mimin SGPC. Kami kadang harus menenangkan diri dengan menonton Archibald’s Next Big Thing di layar teve, ditambah dengan menyetel lagu yang agak bernuansa ironis setelah itu sambil memperbaiki konten SGPC seusai melihat tingkah polah kuartet ayam Strutter. Sejak beberapa hari terakhir blog ini sedang pusing dengan apa yang kami harus lakukan dengan profil hotel-hotel di Tanah Air.

Betul, hotel.

Sejak akhir tahun 2022, SGPC menerapkan fasilitas link pemesanan kamar hotel melalui Agoda dan (selanjutnya) Booking dot com untuk artikel-artikel yang membahas sejarah dan profil dari sebuah hotel. Alasannya, kami merasa artikel hotel akan lebih berharga dan berarti kalau ada fasilitas pemesanan kamarnya, sekaligus membantu keuangan SGPC yang masih tidak begitu baik dalam segi pemasukkan untuk menutupi biaya riset yang merupakan biaya termahal dari blog ini.

Tetapi dalam implementasinya, kami tidak melakukannya secara matang. Pertama, kami baru menyadari betapa terbatasnya RAM dan disk drive di hosting baru kami, sehingga kami harus membuang salah satu plugin link cloaker. Link cloaker kami gunakan karena, katanya, bilamana kami memakai link secara telanjang, imej blog mungkin tidak tercapai, atau bisa dimanipulasi URL linknya. Namun, cloaker itu makan banyak RAM dan memori server SGPC.

Maka kami memutuskan mengubah implementasi dari link menjadi banner dari kedua jasa tersebut. Ini artinya kami mau tidak mau harus mengubah struktur iklan artikel yang berkaitan dengan hotel. Banner tersebut sedikit kurang nyaman soal dimensi, namun bagi kami, seharusnya akan lebih praktis, karena kami tidak capek-capek memberi link untuk reservasi kamarnya.

Ke-gabeng-an SGPC ini ada alasannya. Alasan pertama, implementasinya lambat gara-gara permasalahan alokasi disk drive dan RAM server dan alasan kedua, hasil yang didapat dari fasilitas link kurang maksimal karena pengunjungnya sedikit yang tertarik pesan kamar hotel (atau penerapannya tidak menggugah?). Mungkin karena implementasinya yang kurang cocok, karena kami bukan blog keliling Indonesia? Pada intinya, kami harus memutar otak agar SGPC menjadi blog yang serba bisa terkait sejarah bangunan dan arsitektur pasca-kemerdekaan Indonesia.

Kenapa ga pakai Traveloka atau Tiket dot com?

Walaupun merupakan salah satu aplikasi terpopuler, Traveloka tidak membuka pintu deal-deal afiliasi dengan pembuat konten. Bisa anda buktikan melalui halaman Partner Centre-nya. Kami sudah mengajukan kuesioner terkait afiliasi dan jawabannya, jangkrik bos.

Tiket dot com ternyata sama dengan Agoda dan Booking. Kami baru tahu ketika kami iseng mengecek informasi mengenai website penyedia layanan perjalanan terbesar di Indonesia. Harusnya kami pakai itu, bukan lagi Agoda/Booking yang mungkin lebih mendunia.

Bagaimana caranya menggunakan banner Agoda/Booking?


Iklan

Sederhana. Lihat salah satu atau kedua iklan di atas (bergantung panjang artikel). Klik kaca pembesar di atas atau kolom pencarian, ketik hotel, tempat atau kota tujuan anda, dan tekan enter untuk ke web yang dimaksud. Ia akan membuka tab baru, dan menyediakan hotel yang anda inginkan!

Bonus: Fitur baru mungkin kurang menyenangkan

Notifikasi mematikan ad block. Salah satu faktor kenapa kami memasang fitur ini adalah soal tingginya penggunaan adblock di Indonesia (data Hootsuite 2021), dan pemicunya adalah – untuk konteks negeri ini – adalah agresifitas media-media kita memasang iklan. Media berita masih menjadi penguasa jagat dunia maya tanah air, selain media sosial, dan kerap kali mereka berupaya membunuh website informatif seperti blog ini, Setiap Gedung Punya Cerita. Tolong, beri link ke sumber asli!

Ad blocker sangat merugikan SGPC. Bayangkan, dari ~500 pengunjung harian web ini, ada potensi 255 pengunjung yang memblokir iklan. Blog SGPC sangat mengukur seberapa banyak iklan yang akan ditampilkan di satu artikel, tergantung panjang dan tipe gedungnya. Bila artikelnya sangat panjang, maka iklannya akan lebih banyak. Tulisan pendek terkait hotel biasanya diberi toleransi satu banner iklan dari Agoda/Booking. Itu saja. Semuanya adalah alternatif dari dukungan secara “nyawer” via Saweria yang menurut kami masih belum mampu meluluhkan hati netizen Indonesia mengeluarkan uang sedikit saja buat mendukung blog ini.

Sekian update dari SGPC. Semua pertanyaan bisa anda kirim lewat e-mail, atau follow Facebook dan Instagram kami untuk tulisan terbaru.

Setiap Gedung Punya Cerita

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda……

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *