Google Translation avaliable here. Use at your own risk; some translation may be incorrect or misleading:

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Support us through SGPC’s Trakteer and get early access and exclusive content.

Hotel Grand Preanger adalah sebuah hotel bersejarah yang berlokasi di Jalan Asia Afrika, Bandung, yang kini dikelola oleh Pemprov Jawa Barat melalui sebuah perusahaan bernama Perusda Jaswita Jabar. Berlokasi di daerah strategis, hotel berbintang empat ini kaya akan sejarah, dan gedung rancangan C.P. Wolff Schoemaker, guru arsitektur Presiden masa depan Indonesia Soekarno, inilah yang sering dibahas oleh bumi Internetsentris Indonesia dan Dilanowcy fanatik arsitektur era kolonial.

Maka tulisan blog untuk bagian sejarah, karena SGPC menganggapnya sebagai sebuah bahasan yang basi, tidak disertakan dalam artikel ini. Referensi nomor 1 dan 2 sudah memberikan gambaran terinci mengenai gedung rancangan Schoemaker itu.

Hotel Grand Preanger
Keindahan gedung lamanya menyihir banyak orang. Foto oleh mimin SGPC

Iklan

Hotel Preanger, sejak tahun 1970 hingga 1980, dikelola dua perusahaan swasta yang berbeda, dan masih menarik minat pelancong sebelum diambil alih oleh Pemprov Jawa Barat lewat PD Kertawisata. Sayangnya, di bawah kendali Pemprov, terjadi mismanajemen oleh pengelolanya yang kurang memahami industri perhotelan sehingga hotel legendaris tersebut kehilangan peminatnya selama 5 tahun jelang penutupan. Dalam rangka renovasi, Hotel Preanger ditutup mulai 1 Juni 1987.

Pembangunan perluasan vertikal hotel legendaris era Belanda ini, bersama dengan renovasi gedung lamanya, dimulai pada bulan November 1987 dan selesai dibangun pada akhir tahun 1989; pada bulan Februari 1990, Wakil Presiden Republik Indonesia, Sudharmono, meresmikan pembukaan kembali hotel hasil renovasi tersebut, dan dibuka penuh sejak 17 Maret 1990. Renovasi ini menghabiskan biaya 18 milyar rupiah (setara Rp. 225 milyar nilai 2019). Sejak pembukaan hingga 2 Mei 2020, Grand Hotel Preanger berada di bawah pengelolaan BUMN perhotelan Aerowisata.

Hotel Grand Preanger Annex
Berlapis emas. Zaman Dilan. Foto oleh mimin SGPC

Gedung baru bergaya pascamodernisme ini dirancang oleh tim arsitek dari Atelier 6 dan dibangun oleh Total Bangun Persada. Memiliki 10 lantai, desain gedung dibuat selaras dengan desain hotel lama, seperti aksen horisontal dan ornamen art-deco. Sedikit perbedaannya adalah keberadaan lapisan kaca berwarna emas ciri khas arsitektur modern.

Dengan penambahan gedung baru tersebut, Grand Hotel Preanger (Agoda/Booking) menerima tambahan 142 kamar, menjadi 198 kamar, pada masanya. Per Januari 2020, Prama Grand Preanger memiliki 187 kamar. Nama tersebut diadopsi mulai 25 April 2014 sampai awal Mei 2020, bersama dengan hotel Aerowisata lainnya. Di tengah rebranding, beberapa kamar hotel telah direnovasi sehingga mengurangi jumlah kamar yang tersedia. Setelah 30 tahun, Aerowisata mengembalikan hotel berlantai 10 tersebut kepada Pemprov Jawa Barat sejak 2 Mei 2020, mengembalikan nama lama hotel tersebut.


Iklan

Data dan fakta (ekspansi ketiga)

Nama lamaGrand Hotel Preanger
AlamatJalan Asia-Afrika No. 81 Sumur Bandung, Bandung, Jawa Barat
ArsitekIr. Zarwin Nizar (Atelier 6, arsitektur)
Atelier 6 (interior dan struktur)
PemborongTotal Bangun Persada
Lama pembangunanNovember 1987 – Februari 1990
Diresmikan17 Maret 1990
Jumlah lantai10 lantai
Jumlah kamar
(keseluruhan)
187 kamar
Biaya pembangunanRp. 18 milyar (1990)
Rp. 225 milyar (inflasi 2019)
SignifikasiArsitektur (khusus gedung lama)
Referensi: MIMAR #36 1990; Majalah Konstruksi #143 Maret 1990

Referensi

  1. Eko Bagus Prasetyo; Bambang Setia Budi (2017). “Grand Hotel Preanger dari Waktu ke Waktu, Sebuah Montase Sejarah“. Bandung: Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, 2017. ISBN 978-602-17090-5-4. (arsip)
  2. Asep Kambali (2017). “Romantisme Sejarah di Grand Preanger“. Komunitas Historia Indonesia, 17 Maret 2017. Diakses 7 Januari 2020. (arsip)
  3. ary (1990). “Wapres Sudharmono: Pemugaran Bangunan Jangan Mengabaikan Makna Sejarah”. KOMPAS, 19 Februari 1990.
  4. Solichin Gunawan (1990). “Grand Hotel Preanger Bandung”. Mimar No. 36: Architecture in Development. London: Concept Media/Aga Khan Trust for Culture. (pdf/arsip pdf)
  5. Urip Yustono; Dwi Ratih (1990). “Renovasi dan perluasan Grand Hotel Preanger: Tetap mempertahankan ciri arsitektur yang ada”. Majalah Konstruksi No. 143, Maret 1990. Jakarta: PT Tren Pembangunan.
  6. “Tonggak Sejarah Kota di Kilometer Nol”. Majalah Konstruksi No. 117, Januari 1988. Jakarta: PT Tren Pembangunan.
  7. dmu (1987). “Hotel Preanger Ditutup, 120 Karyawan Terkatung-Katung”. KOMPAS, 5 Juni 1987.
  8. Website resmi Grand Hotel Preanger, diakses 28 September 2020 (arsip 7/1/2020, arsip 28/9/2019).
  9. Prama Grand Preanger Bandung Rebranding Sebagai Tahun Transformasi“. Republika, 16 Mei 2014. Diakses 7 Januari 2020 (arsip)
  10. Ni Luh Made Pertiwi F. (editor) (2014). “Hotel-Hotel dari Aerowisata Ganti Nama“. Kompascom, 25 April 2014. Diakses 7 Januari 2020 (arsip)
  11. Rilis pers (2020). “Anak Usaha Aerowisata Melepas Pengelolaan Prama Grand Preanger Hotel“. Aerowisata, 11 Mei 2020. Diakses 28 September 2020. (arsip)

Lokasi

Kunjungilah Trakteer SGPC untuk mendapatkan konten-konten akses dini dan eksklusif, serta mendukung blog ini secara saweran. Bila anda perlu bahan dari koleksi pribadi SGPC, anda bisa mengunjungi TORSIP SGPC. Belum bisa bikin e-commerce sendiri sayangnya....


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *