Gedung Kedutaan Besar Uni Soviet adalah sebuah gedung berlantai 12 yang berada di Jalan M.H. Thamrin, bertetangga dengan Kedutaan Jepang, Australia dan Jerman Timur dan Hotel Asoka. Gedung yang dahulu menampung kegiatan diplomatik Uni Republik Sosialis Soviet itu dibangun mulai 14 Mei 1974 dalam sebuah upacara penanaman kepala kerbau oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik dan Dubes Soviet untuk Indonesia Pavel Kuznetsov.
Tahun 1976 gedung tersebut sudah selesai dibangun dan diresmikan penggunaannya oleh Menlu Indonesia ad interim Mochtar Kusumaatmadja dan Dubes Soviet untuk Indonesia Ivan F. Shpedko pada tanggal 22 Desember 1977. Uniknya, rival Soviet di masa Perang Dingin, Perancis dan Inggris, dikabarkan oleh harian KOMPAS, hadir di hajatan peresmian kedutaan Soviet di Jakarta, dan seluruh pihak yang hadir hanya bisa melihat 2 lantai pertama gedung yang sejatinya berlantai 12 tersebut.
Tidak diketahui siapakah arsitek asal Soviet yang merancang gedung ini bersama dengan Arkonin. Interior gedung kedutaan Soviet disebut, dalam laporan KOMPAS, membuat pengunjung tertegun dengan ruang banquet kedutaan yang dilengkapi tembok berjalan lengkap dengan pintunya. Selain itu, furniture kedutaan menggunakan material asli Indonesia. Lansekapnya juga dibilang jauh lebih menarik perhatian dibanding kedubes Australia sekalipun, karena dilengkapi dengan taman, ukiran patung, air mancur dan parkir untuk 300 kendaraan bermotor, walau bagian luar gedung tidak begitu istimewa.
Gedung Kedutaan Soviet adalah gedung diplomasi asing kedua dibangun oleh Pembangunan Jaya; sebelumnya, perusahaan yang sekarang bernama Jaya Konstruksi membangun Kedutaan Besar Perancis. Pihak Soviet merogoh devisa setara Rp. 1,4 milyar untuk membangun gedung seluas 6 ribu meter persegi ini.
Uni Soviet menempati gedung tersebut hanya selama 13 tahun, kurang lebihnya seperti itu. Pada bulan Desember 1990, ditengah berlangsungnya disintegrasi negaranya, pihak Soviet mengeluhkan pembangunan Plaza Indonesia yang mengganggu keamanan gedung dan nasional negaranya. Tidak ada catatan kapan gedung eks Kedubes Soviet dibongkar; sebagai penerus, Federasi Rusia berkantor di gedung ini hingga 1994; selanjutnya Rusia berkantor di Rasuna Said dan tanahnya diambilalih perusahaan bernama PT Duta Nusabina Lestari, yang akhirnya menjadi anak usaha Plaza Indonesia Realty pada 1996. Tak ada data pasti kapan Kedubes Rusia di Thamrin digusur, namun akhir 1990an lebih cocok disematkan.
Di lahan bekas Kedutaan Soviet, mulai tahun 2004, dibangun eX Plaza Indonesia rancangan Denton Corker Marshall yang bersifat sementara dan telah dibongkar setelah 10 tahun beroperasi. Saat ini dibangun Indonesia Satu Centre, menara kembar setinggi 306 dan 303 meter rancangan arsitek Italia, Massimo Mercurio, dan tim arsitek Anggara Architeam.
Data dan fakta
Alamat | Jalan M.H. Thamrin No. 13 Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Arkonin |
Pemborong | Pembangunan Jaya |
Lama pembangunan | Mei 1974 – ca. April 1976 |
Diresmikan | 22 Desember 1977 |
Dibongkar | 1990an akhir |
Jumlah lantai | 12 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 1,4 milyar (1977) Rp 61 milyar (inflasi 2020) |
Referensi
- ch (1974). “Kepala Kerbau Awali Pembangunan Gedung Kedubes Soviet”. KOMPAS, 15 Mei 1974.
- ds (1977). “Gedung Kedubes Soviet yang “Bertembok Jalan””. KOMPAS, 23 Desember 1977.
- Sinar Harapan, 17 April 1976 (tulisan foto di halaman 5)
- Sri Pudyastuti dan DPW (1990). “Ramai-Ramai Bedol Kedutaan”. Tempo, 1 Desember 1990.
- “Perencanaan Gedung DPRD-DKI selaras dengan lingkungan”. Konstruksi, April 1982. Kutipan: “Selintas tentang P.T. Arkonin……. Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh PT. Arkonin, antara lain:…… Gedung Kedubes Rusia 12 Lantai (8.000 m²)“
- ast (1996). “PT Plaza Indonesia Kuasai Lahan Bekas Kedubes Rusia.” KOMPAS, 27 April 1996, hal. 2
- Website resmi Denton Corker Marshall, diakses 7 Januari 2020
- CTBUH, diakses 7 Januari 2020
Leave a Reply