King Plaza adalah sebuah pusat perbelanjaan berlantai 5, dengan gedung parkir berlantai 8, yang dahulu berlokasi di bagian barat Pasar Baru, Jakarta Pusat, mengitari Harco Plaza dan hanya dibatasi oleh Jalan Krekot I, Jalan Samanhudi, Jalan Pintu Air dan Jalan Pasar Baru. Ia adalah salah satu pusat belanja besar yang berdiri di kawasan ini pada akhir 1980an, setelah Metro Atom Pasar Baru dan Istana Pasar Baru.
Pusat perbelanjaan King Plaza dibangun dalam rangka revitalisasi Pasar Baru pada tahun 1980an. Saat itu, pemerintah DKI Jakarta mengeliminasi keberadaan parkiran di sisi jalan dengan harapan memberi keleluasaan kepada para pengunjung dan pembeli di Pasar Baru, dan memindahkannya ke gedung parkir. Hal tersebut menguntungkan proyek hasil kerjasama Peddy Wongsowidjojo, King Yuwono dan Tjokropranolo tersebut. Pusat perbelanjaan tersebut dibangun mulai Mei 1988 hingga selesai pada sekitar Desember 1989, menghabiskan biaya Rp. 22 milyar. Kontraktor yang ditunjuk membangun pusat perbelanjaan King adalah Murthy Kurnia Utama.
Desain arsitektural King Plaza dirancang oleh Prijono Maruto dari Fajar Datang Gemilang, biro yang sama dengan perancang Jakarta Design Centre. Dengan bentuk lahan yang tidak umum, perancang memanfaatkan bentuk lahan tersebut untuk mempermudah sarana parkir, dengan tiga pintu parkir baik dari utara, selatan dan timur; dan juga mempersatukan pusat perbelanjaan dengan kawasan Pasar Baru dan Harco Pasar Baru di sebelahnya. Secara eksterior dan interior, tidak banyak yang dijelaskan oleh perancang, kecuali dikonsep “hip” untuk standar Dekade Dilan.
Menurut rencana yang beredar saat itu, King Plaza diresmikan pada Maret 1990. Mall dengan luas lantai kasar 25 ribu meter persegi ini hanya memiliki penghuni yang diketahui, yaitu Matahari Department Store dan Toys City. Walau menggunakan desain yang ngetop di zamannya dan dihuni oleh penghuni jangkar kelas kakap, King Plaza cukup kesulitan menarik tenant awal hingga dipaksa memotong nilai sewa saat itu.
Sayangnya, King Plaza tidak bertahan lama, setelah terbakar hebat pada 27-28 Januari 1997. Kebakaran tersebut menghanguskan lantai 3, 4 dan sebagian lantai 5.
Pasca kebakaran, King Plaza hanya berfungsi sebagai parkiran sekaligus gudang, karena pemilik pusat perbelanjaan, King Yuwono, harus berupaya menyelamatkan bisnisnya yang lain dari jerat utang. Rencana kerjasama dengan Matahari yang diusulkan pasca-kebakaran, pupus setelah manajemen baru Matahari tiba-tiba membatalkan persetujuan usulan itu. Dan, setelah 17 tahun tegak berdiri, King Plaza rata ditangan excavator.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Pintu Air V No. 53 Jakarta |
Arsitek | Fajar Datang Gemilang (arsitektur) Jata Nurman (struktur) |
Pemborong | Murthy Kurnia Utama |
Lama pembangunan | Mei 1988 – Desember 1989 |
Dibongkar | 2007 |
Jumlah lantai | 5 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 22 milyar (1989) Rp. 307 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- Dwi Ratih (1990). “King Plaza: Menyatu dengan pusat perbelanjaan disekitarnya”. Majalah Konstruksi No. 141, Januari 1990, hal. 46-49
- Firdanianty; Rias Andriati (2007). “Geliat King di Pasar Baru“. SWAsembada, 18 Desember 2007. Diakses 7 Februari 2021 (arsip)
- ryi/lom (1997). “Harco Plaza Terbakar: Dilalap Api selama 13 Jam”. KOMPAS, 28 Januari 1997, hal. 1
- ryi (1997). “Asap Tebal Urungkan Proses Penyidikan Lokasi Kebakaran”. KOMPAS, 29 Januari 1997, hal. 3
- Didin Abidin Masud (1997). “Pergulatan 26 Manajer Indonesia Menuju Sukses.” Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 99
- Ssr; SS; D-4 (1997). “Giliran Pusat Pertokoan di Pasar Baru Terbakar“. Media Indonesia, 28 Januari 1997. Diakses daring dan diarsip 5 Juni 1997.
Tinggalkan Balasan