Sebenarnya mimin emang ga tertarik ama film dan bahkan sebuah novel karangan Pidi Baiq ini, menonton film dan baca novelnya aja engga, novel picisan yang terlalu menyederhanakan tahun 90an itu bukan favorit mimin. Favorit mimin sebaliknya adalah kartun Barat modern semacam Big City Greens, Craig of the Creek, It’s Pony atau Dennis & Gnasher: Unleashed!.
Masalah simplifikasi itu membuat mimin tergelitik membuat kategori (dulu tag) bernama “GEDIL – Generasi Dilan” untuk beberapa tulisan tentang sebuah gedung. Apa itu GEDIL? Ini adalah kategori satu atap untuk gedung yang pembangunannya selesai di tahun 1990 dan 1991 – yang akan selamanya identik di Indonesia sebagai tahunnya Dilan pada masa depan.
Dengan kukuhnya efek bandwagon di budaya Internet Indonesia, mimin pun mau ga mau harus “menyesuaikan diri” pada budaya netizen. Dilan adalah hit era 2018-19 yang hemat kata mimin, tidak mencerminkan tahun 1990 dan 1991 secara kultural dan teknologi. Setiap Gedung Punya Cerita menjamin konten yang menarik dan menjadi referensi untuk masyarakat yang menyenangi sejarah “apapun mengenai bangunan.” Mimin ga ikutin apa mau mesin pencari ya…..
Awalnya mimin mau pakai nama BEDIL buat kategori ini, dari kata Bangunan Generasi Dilan. Nah, di zaman Blogger, agar tagging lebih rapi dan sistem menunya kurang praktis, dengan kategori status gedung diawali dengan huruf G, dipakailah istilah GEDIL – Gedung Generasi Dilan. Karena pindah platform, jadilah kata GEDIL, Generasi Dilan, dengan kata “Gedung”-nya nyungsep.
Per Agustus 2021, sudah ada 47 bangunan lebih yang selesai dibangun pada tahun 1990 dan 1991, dan kemungkinan akan terus bertambah selama sumber-sumber baru mimin temukan dan angkat ke dalam blog.
Ditulis ulang untuk merefleksikan perubahan platform ke WordPress
Setiap Gedung Punya Cerita
Tinggalkan Balasan