Industriawan III: Pabrik Obat di Jalan Raya Bogor

Ditulis pada tanggal

oleh

Terbaru:

Kali ini Setiap Gedung Punya Cerita membahas pabrik-pabrik obat yang berdiri di sekitaran Jakarta, termasuk yang secara geografis sudah masuk wilayah Kota Depok, Jawa Barat, khususnya Jalan Raya Bogor.

Jalan Raya Bogor merupakan jalan penghubung Jakarta (Cililitan) dengan Jalan Kedung Halang di Bogor, Jawa Barat, yang merupakan penghubung utama antara kota terbesar di Indonesia dengan Kota Hujan sebelum dibangunnya Jalan Tol Jagorawi pada 1978. Ternyata, di sini cukup banyak perusahaan, terutama farmasi dan makanan/minuman, yang mendirikan pabriknya di sepanjang Jalan Raya Bogor.

PT Actavis Indonesia d/h Dumex (1969)

Pabrik Actavis Indonesia
Perusahaan farmasi besar, teknologi canggih, bangunannya klasik. Foto oleh Google Street View

Pabrik farmasi terawal yang berdiri di dalam kawasan Jalan Raya Bogor adalah PT Dumex Indonesia. Keberadaannya sudah diinformasikan di koran-koran setelah kesepakatan kerjasama Dumex (Denmark) dengan Pemerintah Republik Indonesia pada 2 Februari 1968; pembangunannya selesai di akhir tahun 1969 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 9 November 1969, molor sehari dari rencana awal.

Di awal berdirinya, pabrik Dumex memproduksi obat pelemas saraf, antibiotik dan anti tuberkulosis. Harian Ekonomi Neraca pada Desember 1988 mencatat bahwa Dumex telah melakukan perluasan dari pembangunan kantor dan gudang pada tahun 1972, bahan baku pada 1974 dan berpuncak pada renovasi empat tahun kemudian (1978). Sementara pabrik penisilin Dumex dioperasikan sejak 1988. Tidak ada catatan lebih baru dari pengembangan pabrik Dumex/Alpharma/Actavis setelah 1988.

Pada tahun 1983, PT Dumex Indonesia diakuisisi oleh Alpharma asal AS; tetapi nama resminya baru digunakan sejak 2001 sebagai PT Alpharma. Dengan akuisisi bisnis internasional Alpharma oleh Actavis maka sejak 2006, pabrik berusia 50 tahun lebih ini kini bernama PT Actavis Indonesia.

Pfizer Indonesia (1971)

Pabrik Pfizer Indonesia berlokasi tepat di seberang Jalan Raya Bogor dengan pabrik Actavis (lihat foto diatas). Sayangnya, informasinya minim.

Tercatat pabrik ini, yang merupakan penanaman modal langsung, memulai operasionalnya pada 1971 dengan biaya 1,5 juta dolar AS (atau Rp. 622,5 juta dengan asumsi nilai tukar Rp. 415 per USD) menurut pemberitaan Sinar Harapan pada 1 Februari 1973.

Bayer Cibubur/Integrated Healthcare Indonesia (1971)

Pabrik PT Integrated Healthcare Indonesia Depok
Pabrik pertama Johnson & Johnson di Indonesia adalah lungsuran dari Bayer. Foto oleh Google Street View

Sebelum dipindahkan ke lokasi yang lebih luas, lebih muda dan hasil akuisisi pula (ex-Roche Indonesia), Bayer membuat produk-produk farmasinya di Cibubur. Sejak memulai usahanya pada tahun 1957, ini adalah pabriknya yang pertama di Tanah Air.

Sayangnya tidak ada catatan media mengenai keberadaan pabrik ini. Bayer mencanangkan pembangunan pabrik di Cibubur pada 1969 dan pada 1971 produksi obat-obatan merk Bayer di pabrik ini dimulai. Tercatat, pabrik yang berdiri dalam bentuk kerjasama dengan PT PD Jawa Maluku ini, menurut Sinar Harapan pada 1 Februari 1973, menghabiskan biaya 1,2 juta dolar AS atau 498 juta nilai 1974.

Pada akhir 1980an dan 1994-1996 pabrik ini mengalami renovasi dan perluasan. Dengan Bayer mengakuisisi bisnis pasar obat bebas Hoffman-La Roche secara global pada 2005, maka raksasa farmasi Jerman tersebut memiliki dua pabrik di Jalan Raya Bogor yaitu pabrik di Cibubur ini dan bekas pabrik Roche Cimanggis, namun mulai 2011 Bayer mengadakan proyek bersandi JAZZ untuk menggabungkan operasionalnya ke Cimanggis.

Proyek tersebut terealisasi sejak 2014; sejak itulah Bayer menjual pabrik Cibubur ke Johnson & Johnson dan kini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Integrated Healthcare Indonesia, sebuah anak usaha Kenvue (ex-divisi obat bebas Johnson & Johnson).

Upjohn/Taisho Indonesia (1972)

Pabrik PT Taisho Indonesia Depok
Pabrik Taisho di Depok ini adalah bekas pabrik farmasi Amerika. Foto oleh Google Street View

Upjohn adalah sebuah perusahaan farmasi asal Amerika Serikat yang menyusul beberapa perusahaan farmasi lainnya membuka pabrik di Indonesia. Pada 28 Januari 1972, perusahaan tersebut memulai konstruksi di Jalan Raya Bogor km. 38 dengan biaya investasi dikabarkan mencapai 750 ribu dolar AS (atau Rp. 311 juta rupiah).

Pabrik tersebut direncanakan memulai operasinya pada September 1972; namun tidak ada catatan yang kuat mengenai peresmiannya. Hingga saat penerus Upjohn, Pharmacia-Upjohn diakuisisi Pfizer (yang pabriknya juga berlokasi di Jalan Raya Bogor) pada 2003, operasional produk-produk Upjohn dan seterusnya Pharmacia-Upjohn di Indonesia masih dilaksanakan di pabrik yang tidak begitu spesial ini.

Saat ini bekas pabrik Upjohn di Cimanggis masih beroperasi sebagai pabrik Taisho Indonesia.

Ciba-Geigy/Huntsman (1973)

Ciba-Geigy adalah perusahaan farmasi dan kimia yang dibentuk di Basel sebagai hasil peleburan dari perusahaan kimia CIBA dan J.R. Geigy pada tahun 1970. Namun, perusahaan tersebut akarnya sudah ada di kota besar di Swiss sejak abad 19 dari kedua perusahaan yang disebut tadi. Produksi yang dihasilkan, dalam konteks Indonesia, didominasi oleh farmasi dan produk pestisida pertanian.

Pabrik Huntsman Jakarta d/h Ciba Geigy
Susah melihat isi pabriknya, November 2022. Foto oleh Google Street View

Pabrik Ciba-Geigy di Indonesia berlokasi di Jalan Raya Bogor kilometer 27,3. Ia dibangun sebagai penanaman modal asing murni dengan investasi 5 juta dolar AS atau setara Rp. 2,075 milyar nilai 1973 dengan kurs 1971 (setara Rp. 209 milyar nilai 2024). Ia disebut merupakan pabrik ke-40 yang didirikan perusahaan yang kelak akan menjadi bagian dari Novarits.

Penggunaannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 11 Juli 1973. Dengan perkembangan akuisisi dan peleburan (merger dan acquisition), terutama pasca-peleburan Ciba-Geigy dengan Sandoz menjadi Novartis, maka pabrik ini sempat beralih fungsi menjadi pabrik perusahaan kimia plastik asal Amerika, Huntsman, namun pabrik tersebut sudah dijual sejak 2022-23.

Sementara Novartis kini beroperasi di pabrik dekat Plaza PP di Jalan Simatupang, yang sebelumnya merupakan kantor dan pabrik Schering Indonesia.

Roche Indonesia/Bayer Depok (1974)

Satu lagi perusahaan farmasi Swiss yang masuk Indonesia, ia adalah Hoffman-la Roche yang masuk ke Tanah Air kita pada 1972 dimasa booming investasi farmasi dari luar negeri. Pabrik Roche awalnya berlokasi di Jalan Raya Bogor km. 32 Cimanggis, Depok, Jawa Barat yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan Prof. Gerrit Siwabessy pada 25 Oktober 1974, dengan biaya investasi 6 juta dolar AS (Rp. 2,49 milyar nilai 1974, setara Rp. 178 milyar nilai 2024).

Pabrik PT Bayer Indonesia Cimanggis d/h Roche Indonesia
Pabrik Bayer Indonesia seusai perluasan, Agustus 2017. Foto oleh Google Street View

Pabrik ini berdiri di lahan seluas 10,2 hektar, yang bisa diperluas kelak bila dibutuhkan. Direncanakan pada 1997 Roche Indonesia akan membangun perluasan di Cimanggis, namun akibat krisis moneter 1997 yang kelak dalam waktu dekat, kita tidak tahu kapan realisasinya.

Pada tahun 2005, raksasa farmasi Jerman, Bayer, mengakuisisi bisnis pasar obat bebas global Hoffman-La Roche, sehingga perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Jenderal Sudirman tersebut secara langsung memiliki dua pabrik di Jalan Raya Bogor, antara lain di Cibubur untuk obat resep dan bekas Roche Cimanggis untuk obat bebas. Namun, pada 2011 Bayer mulai menyatukan operasinya ke Cimanggis sekaligus memperluas kapasitas produksi. Penyelesaiannya sendiri berlangsung bertahap.

Pertama adalah gudang dan fasilitas produksi pada 2015, disusul oleh lab kendali kualitas produk pada 2017 yang dibangun oleh Taiyo Sinar Raya Teknik dan pemasangan panel surya pada akhir 2024, menyediakan listrik 2.054 kW potensial untuk keperluan internal Bayer.

Referensi

  1. “11 Perusahaan Farmasi Asing beroperasi di Indonesia.” Sinar Harapan, 1 Februari 1973, hal. 8

Dumex/Alpharm/Actavis

  1. “Dumex” Djakarta.” KOMPAS, 3 Februari 1968, hal. 2
  2. “Presiden resmikan pabrik Dumex 8 Nop nanti.” KOMPAS, 6 November 1969, hal. 2
  3. “Dumex akan perluas pasar ekspor.” Harian Ekonomi “Neraca,” 5 Desember 1988, hal. 9
  4. Halaman resmi Actavis, diakses 28 Mei 2025 (arsip)
  5. Arsip halaman resmi Alpharma, diarsip 2 Februari 2004

Ciba-Geigy/Huntsman

  1. rb (1973). “Ciba-Geigy diresmikan Rabu.” KOMPAS, 10 Juli 1973, hal. 2
  2. “Presiden resmikan pabrik obat Ciba: Indonesia masih perlu 180 pabrik farmasi.” Harian Abadi, 12 Juli 1973, hal. 1

Upjohn/Taisho

  1. Peletakan batu pertama pabrik PT Upjohn. KOMPAS, 29 Januari 1972, hal. 12
  2. Arsip halaman resmi Pharmacia Upjohn, diarsip 3 Januari 2002

Pabrik-pabrik Bayer di Cibubur dan Depok

  1. Ch (1974). “Masyarakat mulai kritis terhadap mutu obat-obatan.” KOMPAS, 26 Oktober 1974, hal. 2
  2. wir (1997). “25 tahun PT Roche Indonesia.” Berita Yudha, 25 Oktober 1997 hal. 6
  3. Aulia Damayanti Yunus (2014). “Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Di Industri Farmasi PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant” (Laporan). Bandung: Universitas Padjadjaran. Bab I, hal. 3-4
  4. Pieter P. Gero (2011). “Bayer Indonesia investasi lagi Rp. 200 milyar.” KOMPAScom, 16 November 2011, diakses 30 Mei 2025 (arsip)
  5. Sella Panduarsa Gareta (2015). “Menperin resmikan perluasan pabrik Bayer senilai 8,1 juta euro.” ANTARA, 27 Mei 2015. Diakses 30 Mei 2025 (arsip)
  6. Sella Panduarsa Gareta (2017). “Menperin apresiasi ekspansi Bayer Indonesia.” ANTARA, 4 September 2017. Diakses 30 Mei 2025 (arsip)
  7. Yurika (2024). “Dukung Transisi Energi, Bayer Resmikan PLTS Atap Terbesar di Industri Farmasi Multinasional.” Dunia Energi, 14 November 2024. Diakses 30 Mei 2025 (arsip)
  8. Halaman resmi PT Surya David Sutanto, diakses 30 Mei 2025 (arsip)
  9. Arsip halaman resmi PT Bayer Indonesia, diarsip 18 Juli 2007

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *