Pusat perbelanjaan Jembatan Merah Plaza (JMP) di depan Taman Jembatan Merah, Krembangan, Surabaya adalah pusat perbelanjaan yang dioperasikan oleh PT Lamicitra Nusantara, perusahaan properti milik keluarga Bambang Trihatmodjo.
Terbagi ke dalam dua tahap, JMP yang berlantai lima, memiliki luas lantai 83 ribu meter persegi yang bisa disewa (net leasable area). JMP dikenal kalangan masyarakat karena menjadi pusat perbelanjaan tekstil grosir maupun rumah tangga.
JMP dirancang oleh tim arsitek dari PT Arsitra Sarwagata (yang selanjutnya bekerjasama dengan arsitek asing untuk Apartemen Puri Matahari di Surabaya bagian barat) dan dibangun oleh PT Murthy Kurnia Utama untuk tahap pertama, dan dirancang oleh PT Cipta Adi Dimensi untuk tahap kedua.
Dibangun untuk menata kembali Jembatan Merah
Pengembangan pusat perbelanjaan Jembatan Merah Plaza dimulai sejak tahun 1991 dalam rangka menata kembali kawasan bersejarah Jembatan Merah, yang populer sebagai lokasi dibunuhnya brigadir Inggris A.W.B. Mallaby, yang memicu pertempuran antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) akhir 1945. Peristiwa pemicu tersebut kini merupakan Hari Pahlawan, dan menjadi asal muasal sebutan kota pahlawan bagi Surabaya.
Proyek yang awalnya diberi sebutan “CBD I” ini memang sempat dikhawatirkan terjegal sengketa ganti rugi usaha antara Perum Pelabuhan III, pemilik gudang, melawan sembilan pengusaha gudang yang menempati gudang tersebut, terkait pembongkaran bekas gudang Perumpel III.
Baru di awal November 1992 Pengadilan Negeri Surabaya mempersilahkan Pemko Surabaya memproses izin mendirikan bangunan proyek milik Lamicitra Nusantara yang kemungkinan terbitnya terlambat setelah pemancangan tiang pertama karena keragu-raguan pemkot dalam memproses IMB di lokasi sengketa.
Selain gudang Perumpel III, JMP berdiri juga di atas bekas terminal bus, yang harus diruislag dan dialihfungsikan menjadi taman umum oleh pengembang. Terminal bus bekas Jembatan Merah kini berlokasi di Tambak Osowilangun. Selain itu, padatnya Pasar Atom dan Pasar Turi sebagai pusat perkulakan di Surabaya mendorong pengembang (Lamicitra Nusantara) untuk membangun pusat perbelanjaan grosir yang lebih modern.
Pemancangan tiang perdana JMP dimulai pada hari bersejarah 10 November 1992, dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso. Pembangunan tahap pertama JMP, terdiri dari pusat perbelanjaan sendiri, bioskop dan parkiran, berlangsung mulai bulan Maret 1993 hingga selesai keseluruhan pada bulan Agustus 1994.
Proyek tersebut bisa disebut cukup sukses, per 1993, tidak hanya pengusaha Surabaya yang berminat, tetapi juga pengusaha Jakarta yang juga mencari ruang toko di JMP. Hal inilah yang memaksa pengembang tidak mengiklankan unitnya kepada pedagang sehingga mereka, terutama di kawasan sekitar JMP, kaget dan merasa kurang siap.
Sejak 7 September 1994 hingga November 1994, Lamicitra Nusantara menyerahkan kunci kios kepada pemilik usaha sekaligus memberi kesempatan pada pemilik kios untuk mengatur tampilan kiosnya. Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman meresmikan penggunaan tahap pertama JMP pada tanggal 18 Maret 1995. Pembangunan pusat perbelanjaan grosir “bergaya plaza” ini menghabiskan biaya 45 milyar rupiah, nilai 1995.
Dalam rencana pembangunan JMP, tahap keduanya direncanakan akan dibangun hotel bintang tiga dan tambahan kios baru. Krisis moneter dan oversuplai kamar hotel menyebabkan rencana pembangunan hotel tidak dilaksanakan. Sukses penjualan kios di tahap pertama membuat pembangunan perluasan JMP bisa dilakukan di tahun 2002, hingga akhirnya serah-terima kunci dilaksanakan pada 11 September 2003.
Halaman resmi Lamicitra Nusantara mencantumkan rencana pembangunan Jembatan Merah Plaza tahap ketiga dan direncanakan akan dibangun pada tahun 2009. Proyek tersebut belum terealisasi dan sebaliknya JMP mengalami senjakala.
Sejak 2019, pengembang berupaya untuk memperpanjang sewa lahan dengan Pelindo, sayangnya karena pandemi dan krisis ekonomi yang mengiringi sehingga tidak mampu memperpanjang lama sewah, maka sejak 28 April 2024 operasional perluasan Jembatan Merah Plaza yang berdiri sejak 2003 itu ditutup.
Profil dan arsitektur
Secara properti, Jembatan Merah Plaza menampung 1064 kios dan department store Ramayana. Lapak dan kios di JMP didominasi penjual barang tekstil, pakaian dan aksesoris grosir, tetapi beberapa lapak lain merupakan warung, rumah makan atau toko mebel. Sebelumnya Jembatan Merah Plaza memiliki bioskop 21, tetapi sudah tutup.
Rancangan JMP tahap pertama digarap oleh tim arsitek dari Arsitra Sarwagata, dengan konsep revitalisasi kawasan Jembatan Merah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dari atas, bentuk JMP mengikuti alur lahan, diberi jarak dari sempadan Kalimas, dan pintu masuknya menghadap ke taman Jembatan Merah. Eksteriornya yang bergaya pascamodern, dipoles dengan panel keramik berwarna abu dan cat berwarna merah dan turquoise, disebabkan oleh lingkungan setempat yang didominasi bangunan era kolonial Belanda.
Tetapi rancangan JMP tahap kedua yang diusung Cipta Adi Dimensi lebih modern dan “biasa-biasa saja” dibanding tahap pertama.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Rajawali Krembangan, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek (tahap I) | Arsitra Sarwagata (arsitektur dan struktur) |
Arsitek (tahap II) | Cipta Adi Dimensi (arsitektur) Benjamin Gideon & Associates (struktur) |
Pemborong (tahap I) | Murthy Kurnia Utama |
Lama pembangunan (tahap I) | November 1992 – September 1994 |
Lama pembangunan (tahap II) | 2002 – 2003 |
Dibuka (tahap I) | 18 Maret 1995 |
Dibuka (tahap II) | 11 September 2003 |
Jumlah lantai | 5 lantai |
Jumlah kios | 750 (tahap I) 314 (tahap II) 1064 (keseluruhan) |
Biaya pembangunan (tahap I) | Rp. 45 milyar (1995) Rp. 373,6 milyar (inflasi 2023) |
Signifikasi | Pariwisata (wisata belanja grosir) |
Referensi
- Rakhidin; Aria (1995). “Jembatan Merah Plaza, Surabaya: Mengubah citra tanpa menghilangkan irama.” Majalah Konstruksi, Juli 1995, hal. 57-59
- Herry Muhammad; Teguh P (1992). “Mengembalikan Jembatan Merah.” Majalah Prospek, 21 November 1992, hal. 54
- Ediya Moralia (1993). “Pusat Grosir Modern akan Berdiri di Surabaya.” Media Indonesia, 15 Oktober 1993, hal. 15
- dwi/nov (1994). “Lamicitra Lengkapi Hotel Bintang Tiga.” Jawa Pos, 8 September 1994, hal. 5
- ita/kt (1995). “JMP Pusat Grosir Bergaya Plaza.” Jawa Pos, 19 Maret 1995, hal. 2
- L14 (2003). “Pusat Grosir Jembatan Merah Plaza Kini Diperluas.” KOMPAS Jawa Timur, 12 September 2003, hal. 54
- Halaman resmi Lamicitra Nusantara, diakses 16 Juni 2021:
- Surabaya Travel Guide: Jembatan Merah Plaza, diakses 16 Juni 2021 (arsip)
- Benjamin Gideon & Associates, diakses 16 Juni 2021 (arsip)
- Halaman resmi Cipta Adi Dimensi, diarsip 21 September 2013
- Keterangan oleh saggio di Skyscrapercity, dipost 26 Mei 2020
- “Ketua PN Surabaya: IMB CBD I bisa diterbitkan.” Surabaya Post, 5 November 1992
- “IMB CBD I diproses.” Surabaya Post, 6 November 1992
- “Pembangunan CBD I kembali terhambat.” Surabaya Post, 7 November 1992
- “Dipancangkan, tiang pertama CBD I.” Surabaya Post, 10 November 1992
- “Pemancangan tiang pertama Jembatan Merah Plaza, Ubah ‘lorong hantu’ jadi pusat kota.” Surabaya Post, 11 November 1992 hal. 2
- “Pembangunan JMP Kejutkan Pedagang.” Surabaya Post, 12 November 1992 hal. 1
- “Tak ada alasan khawatirkan JMP.” Surabaya Post, 13 November 1992
- Irma Budiarti (2024). “Senja kala Jembatan Merah Plaza.” Detikcom, 25 April 2024, diakses 28 Juni 2024 (arsip)
- Muhammad Syafaruddin (2024). “JMP 2 berhenti beroperasi, akademisi tekankan pentingnya rejuvenasi mal.” Suara Surabaya, 30 April 2024. Diakses 28 Juni 2024 (arsip)
Leave a Reply