Mitra Bahari adalah sebuah kawasan yang dikembangkan oleh Sumber Mitrarealtindo (SMR) di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara (sering kali dianggap sebagai bagian dari Pluit), terdiri dari apartemen dan ruko. Kawasan tersebut dirancang oleh tim arsitek dari Atelier 6 dan dibangun oleh Putra Duta Anggada. Kawasan tersebut berlokasi di pojok Jalan Pakin dengan Jalan Gedong Panjang, dan sudah direncanakan oleh SMR sejak lahan tersebut dibeli dari kelompok Ciputra di tahun 1993.
Proyek tersebut dimulai pembangunannya pada tanggal 9 Februari 1995, dengan pemancangan tiang pertama yang dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta, Idroes. Proyek tahap pertama tersebut terdiri dari apartemen berlantai 26 (328 unit) yang keseluruhannya sudah selesai per Januari 1997 bila tepat jadwal; dan rukan tahap I 55 unit yang sudah selesai disekitaran 1995-96. Tidak ada informasi mengenai rukan tahap II. Rencana selanjutnya untuk membangun hotel, tahap III rukan dan hotel tidak terlaksana karena krisis moneter 1997-98 yang juga merontokkan banyak proyek-proyek real estat di Indonesia.
Secara konsep arsitektur desain Mitra Bahari cukup sederhana: tetap membaur dengan keadaan di kawasan. Lokasi Mitra Bahari yang sangat dekat dengan Kota Tua Jakarta dan Sunda Kelapa membuat desain Mitra Bahari mengadopsi beberapa unsur-unsur bangunan era kolonial Belanda. Bentuknya yang menyilang dan antar menaranya berhimpitan punya pertimbangan tersendiri, view perkotaan bagi penghuni. Menurut salah satu anggota proyek dari SMR, Jeffrie J. Ransulangi, tampak gedungnya didasari oleh filosofi kapal yang sedang berlabuh.
Secara properti, Mitra Bahari dibagi ke dalam dua menara, hanya bernama A dan B, sama-sama berlantai 23 dan disatukan oleh podium 3 lantai yang difungsikan sebagai parkiran. Parkiran tersebut menampung 585 kendaraan roda empat. Ke-328 unit apartemen kembali dibagi ke dalam enam jenis yang dinamai setelah nama-nama burung yang menghiasi lautan:
Tipe unit | Luas dalam meter persegi | Jumlah unit |
---|---|---|
Camar (studio) | 35-40 | 32 |
Walet (1 kamar tidur) | 64-70 | 32 |
Elang Laut (2 kamar tidur) | 85-90 | 112 |
Pelikan (3 kamar tidur) | 110-115 | 112 |
Flamingo (4 kamar tidur) | 160-170 | 32 |
Albatross (penthouse) | 250-260 | 8 |
Rencana awal dari apartemen Mitra Bahari adalah salah satu menaranya disewakan sementara satunya lagi dijual ke masyarakat banyak. Hal ini juga berkaitan dengan kelebihan pasok apartemen yang melanda Jakarta saat diperkenalkan pada tahun 1995 hingga krisis moneter di tahun 1997-98. Tidak ada catatan apakah Mitra Bahari kini murni merupakan apartemen hak milik (dijual) atau ada yang masih disewa.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Pakin No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara, Jakarta |
Jumlah menara | 2 |
Arsitek | Atelier 6 (arsitektur dan struktur) |
Pemborong | Putra Duta Anggada |
Lama pembangunan | Februari 1995 – Januari 1997 |
Jumlah lantai (kedua menara) | 26 lantai |
Jumlah unit | 328 |
Biaya pembangunan | Rp. 42 milyar (1997) Rp. 344 milyar (inflasi 2021) |
Referensi
- Umi S. Ayus (1998). “Apartemen Mitra Bahari: Bersahabat dengan panorama laut”. Majalah Konstruksi No. 267, Januari 1998, hal. 35-40
- Advertorial (1997). “Proyek-Proyek Unggulan Grup SMR”. Majalah Properti Indonesia Edisi Top Tokoh Properti, hal 110D
- Nukman Luthfie (1995). “Melesat di Belantara Properti”. Majalah SWAsembada No. 2/XI, Mei 1995, hal. 56-58
- IU (1995). “Tiang Pancang Mitra Bahari”. Majalah Properti Indonesia No. 14, Maret 1995, hal. 10
- KOMPAS, 3 April 1996 (iklan Sumber Mitrarealtindo)
Tinggalkan Balasan