Hotel Biak Beach Marauw adalah sebuah hotel bintang empat yang berlokasi di Desa Marauw, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua Barat. Hotel yang di masa kemunculannya berupa sebuah hotel resort mewah berbintang empat, dengan 268 kamar, dibangun dalam rangka mendongkrak kunjungan pariwisata Pulau Biak yang kaya dengan bahari dan sejarah Perang Dunia II.

Foto: tidak diketahui/Majalah Konstruksi

Sejarah Hotel Biak Beach Marauw

Kisah Hotel Marauw dimulai saat Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman menganggap bahwa perkembangan pariwisata Indonesia masih sebatas di Pulau Jawa dan Bali, dan menemukan bahwa masih banyak daerah lain di Indonesia dengan potensi wisata besar, padahal di era 1980an, saat ide ini dicetuskan, pertumbuhan pariwisata Asia-Pasifik adalah yang paling pesat di dunia.

Biak dipilih untuk pengembangan pariwisatanya, karena kecantikan alamnya maupun kaya sejarah di masa Perang Dunia II, dan telah dicanangkan sejak 1990 bersamaan dengan pembuatan masterplan gedung itu. Pembangunan kawasan yang diberi nama Biak Tourism Development Corporation (Biak T.D.C.) dimulai pada tanggal 11 Maret 1991 dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Irian Jaya Barnabas Suebu, S.H. Tetapi proyek utamanya yaitu Hotel Biak Beach baru digeber pada pertengahan Desember 1991.

Biak T.D.C. dimiliki mayoritas oleh Pemda Irian Jaya/Papua sebagai suksesor, Bali Tourism Development Corporation (B.T.D.C.), yayasan pensiun Bank Ekspor-Impor Indonesia dan Bank Dagang Negara dan investor lokal dari Papua.

Konstruksi hotel dimulai pada pertengahan 1992, setelah menjalani masa pembuatan desain di biro arsitek Team 4 Architects pimpinan Ir. Zachri Zunaid, IAI, hingga selesai dibangun keseluruhan pada tahun 1995 dan mulai dioperasikan oleh Aerowisata saat soft opening pada tanggal 31 Oktober 1995. Proyek Biak Beach dibangun oleh pemborong milik negara Hutama Karya, dan pembangunannya termasuk kawasan pariwisata Biak T.D.C. mencapai Rp. 112 milyar (nilai 1997, setara dengan Rp. 806,4 milyar nilai 2021).

Hotel Biak Beach akhirnya diresmikan operasionalnya secara penuh pada tanggal 31 Maret 1997.


Iklan

Layu sebelum berkembang

Sejak awal soft opening muncul skeptisme mengenai masa depan Hotel Biak Beach, terutama soal lokasinya yang sangat jauh dari tempat pariwisata ternama di era Orde Baru seperti Bali dan Yogyakarta. Wartawan harian KOMPAS menyebut bahwa selama dua tahun operasional hingga pembukaan resminya, okupansi Hotel Biak Beach hanya rata-rata lima persen. Argumennya, sasaran wisatawan Jepang dan Amerika yang datang ke Biak tak kunjung hadir.

Masalah lain yang juga muncul adalah mundurnya Aerowisata dari pengelolaan hotel saat masih soft opening, dan selanjutnya dioperasikan sebuah perusahaan bernama Griya Wisata.

Pada tahun pertama operasional Hotel Biak Beach, tepatnya 17 Februari 1996, Biak digoyang gempa. Beruntung, hotel ini selamat dari gempa dan hanya mengalami kerusakan ringan. Bagian struktur artikel ini akan menjelaskan secara sederhana faktor yang membuat hotel ini kokoh.

Satu-satunya tulang punggung dari industri pariwisata di Biak, termasuk Biak Beach Marauw adalah penerbangan estafet Garuda Indonesia dari Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles p.p. di tahun 1990an, salah satu alasan kunci di balik sasaran pemasaran pariwisata ke wisatawan Amerika. Pada tahun 1998, sebagai buntut dari krisis moneter yang melumpuhkan perekonomian Indonesia dan juga Garuda Indonesia, penerbangan estafet ini ditutup untuk umum, menyebabkan pariwisata di Biak praktis layu.

Sebagai komparasi, di tahun yang sama pariwisata di Bali bisa bertahan karena murahnya nilai tukar rupiah, lepasnya daerah ini dari krisis politik yang mengiringi krisis moneter, dan konektivitas lalu lintas udaranya yang jauh lebih padat, tidak seperti Biak yang saat itu terlalu banyak mengandalkan penerbangan estafet Jakarta-LA.

Babak penutup dan kunjungan Kemenkeu

Penutupan penerbangan Jakarta-LA menjadi penyebab utama runtuhnya Hotel Biak Beach. Pada awal tahun 2001, KOMPAS menemukan fakta bahwa Hotel Biak Beach tidak beroperasi sejak Juli 2000 dengan utang mencapai Rp. 187 milyar (2000, setara Rp. 674 milyar nilai 2020) termasuk utang ke negara, karena sepinya wisatawan yang datang ke Hotel Biak Beach. Bahkan selama 10 bulan jelang ditutup, gaji pegawai Hotel Biak Beach yang tersisa tidak pernah dibayar.

Pemerintah Papua sempat berencana untuk menjual hotel tersebut kepada investor dari Amerika dan Australia untuk selanjutnya direnovasi dan menjadi hotel dan kasino, tetapi rencana tersebut ditolak masyarakat luas dan para aktivis sehingga rencana itu tidak menjadi kenyataan. Upaya lainnya adalah membuka kembali penerbangan Biak-Honolulu untuk membangkitkan pariwisata di daerah tersebut, juga tidak terwujud.

Kegagalan tersebut menutup peluang Hotel Biak Beach untuk bangkit kembali. Catatan seorang blogger yang pernah mengunjungi sisa Hotel Biak Beach di Marauw menemukan hotel tersebut dibiarkan mangkrak dan penuh dengan semak-semak liar, dan interiornya sudah habis dilucuti masyarakat, dan sejak 2008, Hotel Biak Beach Marauw hanya tinggal nama.

Untuk menyelesaikan masalah pituang sebanyak milyaran rupiah tersebut, pada tanggal 19 November 2019 Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan mengadakan kunjungan ke bekas Hotel Biak Beach Marauw yang kini menjadi jaminan piutang negara. Diketahui ketidakpahaman mengenai potensi hotel dan juga proses lelang menjadi penyebab lain dari matinya Hotel Biak Beach milik pemda.


Iklan

Arsitektur dan struktur

Hotel Biak Beach Marauw saat dibangun 1994
Panorama Hotel Marauw saat dibangun, Agustus 1994.
Foto Jaya Konstruksi/Majalah Konstruksi

Hotel Biak Beach Marauw dirancang oleh tim arsitektur Team 4 Architects pimpinan Ir. Zachri Zunaid dan strukturnya dirancang oleh tim dari Team 4 dan Ketira Engineering Consultants.

Desain arsitektur Hotel Biak Beach Marauw terinspirasi dari kebudayaan asli Papua dan kontur tanah setempat. Keberadaan lereng di gedung utama hotel membuat perancang secara cerdik memanfaatkan sistem berundak untuk bangunan tersebut, menghasilkan desain hotel yang unik untuk ukuran Indonesia di masanya, kecuali sistem liftnya yang tegak sendiri dan merupakan lift panoramik.

Keseluruhan 268 kamar hotel menghadap ke pantai, dengan 51 unit kamar merupakan cottage. Lobi hotel, mirip dengan Hotel Hilton di Nusa Dua dan Hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta, berada di lantai tertinggi gedung berundak.

Penerapan ciri khas kebudayaan Papua diterapkan pada restoran berbentuk rumah adat Kariwari asal Jayapura, dan ornamen di interior maupun eksterior gedung. Interior hotel dan lanskap dilakukan oleh perancang dari Atelier 6.

Struktur

Pihak Paul Retika dari Ketira Engineering yang ikut menggodok Hotel Biak Beach Marauw mengatakan bahwa struktur hotel di bagian lobi induk, gedung hotel utama dan lift menerapkan sistem frame terbuka dengan bentuk panggung, sementara gedung operasional alias back of the house dirancang dengan struktur balok baja dan kolom baja beton. Pondasinya menggunaakan sistem bor yang menempel pada tebing

Tetapi yang menjadi perhatian adalah kekuatan struktur hotel saat gempa Februari 1996. Saat penyelidikan, tim inspeksi dari Ketira menemukan bahwa kerusakan pada Hotel Biak Beach minim, seperti kerusakan non-struktural pada beberapa titik seperti tembok dan dilatasi (pemisahan antar struktur) dan penurunan permukaan lantai minor di gedung operasional.

Tetapi, bagaimanapun kuatnya struktur Hotel Biak Beach dari gempa bumi, tidak menyelamatkan gedung megah ini dari gempa ekonomi.

Hotel Biak ini sudah tutup. Cek saja hotel lain di Agoda


Iklan

Data dan fakta

AlamatDesa Marauw, Kota Biak, Papua Barat
ArsitekTeam 4 Architects (arsitektur)
Team 4 bersama dengan Ketira Engineering Consultants (struktur)
Atelier 6 (interior dan lanskap)
PemborongHutama Karya
Lama pembangunan1992 – 1995
Dibuka31 Maret 1997
DitutupJuli 2000
Dibongkar2008-2009
Jumlah lantai6 lantai
Jumlah kamar268
Biaya pembangunanRp. 112 milyar (1997)
Rp. 806,4 milyar (inflasi 2021)
Referensi: Majalah Konstruksi #201 Januari 1995; KOMPAS 3/4/1997

Referensi

  1. Dwi Ratih; Saptiwi Djati Retnowati (1995). “Hotel Biak Beach, Pionir Kawasan Wisata Marauw”. Majalah Konstruksi No. 201, Januari 1995, hal. 47-52, 71-72
  2. Dwi Ratih (1995). “Kawasan Wisata Marauw: Memasuki Tahap Pembangunan I”. Majalah Konstruksi No. 201, Januari 1995, hal. 51-52
  3. AC (1991). “Daerah Sekilas: Biak”. KOMPAS, 14 Desember 1991, hal. 14
  4. NTH (1997). “Hotel Biak Marauw Beroperasi Penuh”. KOMPAS, 3 April 1997, hal. 2
  5. KOR (2001). “Kondisi Hotel Marauw Semakin Memprihatinkan”. KOMPAS, 24 Januari 2001 hal. 20
  6. KOR (2001). “Penerbangan Biak-Honolulu Diprioritaskan”. KOMPAS, 1 Oktober 2001, hal. 20
  7. Isnan Wijarno (2012). “Teori Jendela Pecah“. Blog pribadi Isnan Wijarno, 2 April 2012. Diakses 13 Januari 2021 (arsip). Foto Hotel Marauw pasca tutup bisa anda lihat disini.
  8. Hanifah (2020). “6 Jenis & Gambar Rumah Adat Papua Yang Belum Banyak Dikenal, Ada Rumah Pohon!“. 99.co, 18 September 2020. Diakses 13 Januari 2021. (arsip)
  9. ANI/Kementerian Keuangan (2019). “Kunjungi Aset Jaminan di Biak Marauw, Dirjen KN: Jangan Putus Asa untuk Selesaikan Piutang Negara“. Halaman resmi KPKLN Biak, 21 November 2019. Diakses 13 Januari 2021. (arsip)
  10. Feby Dwi Sutianto (2016). “Sebelum Dilarang Ke AS, Garuda Pernah Terbangi Rute Jakarta-LA“. Detikcom Finance, 8 Agustus 2016. Diakses 13 Januari 2021. (arsip)

Lokasi

Google Translate:


Bagaimana pendapat anda......

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *