Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara merupakan instansi di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas melayani perbendaharaan, pencairan anggaran dan penatausahaan pemasukan negara. Di Jakarta, KPPN menempati beberapa bangunan untuk operasionalnya, namun Gedung KPPN Jakarta di Sawah Besar yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No 19, Jakarta Pusat menampung empat divisi KPPN Jakarta, yaitu KPPN Jakarta I, KPPN Jakarta IV dan KPPN Jakarta VI serta divisi khusus hibah.
Sedikit catatan mengenai sejarah dari Gedung KPPN Jakarta yang dirancang oleh tim arsitek dari Team 4 Architects dan pembangunannya diborong oleh Raka Utama, pemborong yang juga membangun kantor KPPN di Jatinegara, Jakarta Timur, mulai April 1986 hingga selesai Januari 1988. Arsitek gedung KPPN Jatinegara, Yodya Karya (BUMN), bertindak sebagai manajemen konstruksi.
Saat pertama dibangun, gedung ini menjadi Kantor Perbendaharaan Negara/Kantor Keuangan Negara (KPN/KKN) dan Kantor Tata Usaha Anggaran (KTUA) Jakarta I, peran gedung yang diwariskan KKN dan KTUA masih diemban hingga kini melalui KPPN.
Secara arsitektur, gedung KPPN Jakarta Sawah Besar yang menganut gaya arsitektur modern memiliki lima lantai dan luas lantai total 7.087 m2 dan tidak memiliki keistimewaan apapun dimata pada Dilanowcy selain jendela gedungnya tidak begitu besar untuk menekan sinar matahari masuk. Mengingat banyaknya divisi KPPN yang berkantor di gedung ini, pintu masuk pun dibuat berbeda untuk memastikan sirkulasi instansi. Gedung KPPN Jakarta saat pertama dibangun disebut sudah memiliki fungsi sistem otomasi bangunan (SOB) terkomputerisasi, tetapi tidak pernah dirancang sebagai sistem bangunan pintar (SBP).
Data dan fakta
Nama lama | Gedung KPN/KKN/KTUA Jakarta I |
Alamat | Jalan Ir H. Juanda No. 19 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Team 4 Architects |
Pemborong | Raka Utama |
Lama pembangunan | April 1986 – Januari 1988 |
Jumlah lantai | 5 lantai |
Referensi
- Muhammad Zaki; Urip Yustono (1988). “Gedung KPN/KKN & KTUA Jakarta I: Dengan Building Automation System hemat 20 persen penggunaan energi”. Majalah Konstruksi No. 124, Agustus 1988
Leave a Reply