Plaza 89, dahulu bernama Mulia Plaza dan Sampoerna Plaza, adalah gedung perkantoran yang dibangun di Jalan H.R. Rasuna Said di Jakarta Selatan dan dikelola oleh Grup Mulialand. Gedung berlantai 12 ini selesai dibangun pada tahun 1990 dengan nama Sampoerna Plaza, karena saat itu Bank Sampoerna berkantor pusat di gedung ini mulai 18 Juli 1990. Gedung tersebut juga merupakan kantor pusat Mulialand sebelum pindah ke Wisma Mulia yang menjulang itu. Pembangunan dilaksanakan oleh Jaya Konstruksi.
Plaza 89 tidak banyak memiliki catatan sejarah yang menarik selain merasakan dampak dari pengeboman Kedubes Australia pada 9 September 2004. Bila menghitung gedung milik Mulia saja di Plaza Kuningan, Plaza 89 dan Sentra Mulia, kerugian akibat aksi teror Noordin M. Top dkk mencapai 5 juta dolar AS (2004, setara Rp. 119,4 milyar nilai 2021).
Apa kata media non-arsitektur mengenai arsitektur Plaza 89…….
Sayangnya, dokumentasi sejarah gedung rancangan Hellmuth, Obata & Kassabaum dari tulisan media maupun laporan arsitektur arus utama, minim. Lebih banyak referensi yang ada di artikel ini berasal dari media-media non-arsitektur. Majalah Prospek menyebutkan deskripsi arsitektur Plaza 89 yang menurut mereka “menegaskan modernitas Barat”, digambarkan dengan penempatan pohon kelapa di bagian depan gedung, menciptakan suasana ala California.
Menurut pihak Mulia di laman resminya pada 1997, eksterior gedung yang megah dengan bulatan di bagian atas gedung (seperti halnya Pasar Pagi Mangga Dua dan Hi-Tech Mall Surabaya) dan pemilihan lapis luarnya yang didominasi kaca berwarna hijau berlian dan aluminium warna pink, semakin dipermegah dengan interior lobi bernafas high-tech yang memiliki tinggi 13 meter dan dipoles dengan granit, menjadikan penampilan Plaza 89 “ukuran untuk gedung-gedung milik Mulia lainnya.”
Medial Syukur dari majalah Properti Indonesia menyebutkan bahwa ciri khas pascamodern ditonjolkan melalui pilihan warna kaca dan aluminium beserta pemakaian granit, sementara wartawati majalah Femina, Erlita Rachman, menyebut pilihan warna kaca dan aluminium itu “meriah dan berwarna-warni,” tetapi ia mengatakan bahwa kesan awal dari penampilan lamanya “norak” tetapi dalam jangka panjang “akan melekat pada benak beberapa orang yang melewati gedung ini.”
Sayangnya, renovasi di tahun 2020 membuat lapis kaca menyelimuti seluruh bagian gedung dan granit abu di bawahnya. Gedung perkantoran bergaya modern akhir tersebut memiliki 12 lantai dan 1 basement dan luas lantai bersih (lettable) seluas 31.600 meter persegi.
Tambahan mengenai kantor pusat Bank Sampoerna pada 1 April 2023
Data dan fakta
Nama lama | Mulia Plaza, Sampoerna Plaza |
Alamat | Jalan H.R. Rasuna Said Kav. X7 No. 6 Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | Hellmuth, Obata & Kassabaum |
Pemborong | Jaya Konstruksi |
Selesai dibangun | 1990 |
Jumlah lantai | 12 lantai 1 basement |
Signifikasi | Sejarah (korban pengeboman Gedung Kedubes Australia) |
Referensi
- Halaman resmi Mulialand (1997 – profil gedung, 1997 – profil Mulialand, 2013)
- Danke Dradjat; Irma Nurhayati; Robinson Pangaribuan et al (1992). “Ruang-ruang Mewah yang Dijajakan”. Majalah Prospek, 2 Mei 1992, hal. 79-81
- Julius Pour (2004). “Kerugian akibat Bom Lima Juta Dolar AS Lebih”. KOMPAS, 15 September 2004
- Medial Syukur (1995). “Gaya Posmo: Ketika Arsitektur Modern Mulai Menjenuhkan”. Majalah Properti Indonesia No. 14, Maret 1995, hal. 80-85
- PT Wahyu Promospirit/Jaya Konstruksi (1990). “Sang Pelopor Dunia Konstruksi.” Majalah SWA No. 3/VI, Juni 1990, hal. 43-50 (gambar Sampoerna Plaza di hal. 45)
- Erlita Rachman (1994). “‘Koridor’ Rasuna Said, Jalur Wisata Arsitektur di Jakarta.” Femina No. 25/XXII, 30 Juni 1994, hal. 103-106
- V. Elisawati; Radityo DMI (1990). “Angka Hoki di BSI [Bank Sampoerna Internasional].” Majalah SWA No. 5/VI, Agustus 1990, hal. 138
- “Bank Sampoerna Alokasikan 30% Assetnya untuk usaha kecil.” Harian Ekonomi “Neraca”, 17 Juli 1990, hal. 5
Tinggalkan Balasan