Selamat Datang di Setiap Gedung Punya Cerita!

Setiap Gedung Punya Cerita (SGPC) adalah blog yang membahas sejarah gedung-gedung di Indonesia dari masa Demokrasi Liberal, Orde Lama, Orde Baru hingga masa Reformasi tanpa memandang popularitas dan keterkenalan gedung yang dibahas. SGPC menjamin akurasi data yang tersedia dan dikutip dari sumber-sumber tertulis yang tidak anda ketahui sebelumnya.

SGPC membahas gedung perkantoran niaga maupun gedung perdagangan, pusat belanja hingga toko-toko, apartemen hingga hotel dengan pelbagai gaya arsitektur dan peran-perannya dalam membentuk manusia, ekonomi dan perkotaan Indonesia, paling spesifik, arsitektur dan industri real estate Indonesia.

Baru di SGPC?

Bila anda pertama kali membaca blog ini, anda bisa membaca garis besar perjalanan sejarah pembangunan bangunan di Indonesia di sub-bagian di bawah ini.

Atau melalui mesin pencari internal:

Anda juga bisa menelusurinya melalui halaman Direktori di atas, atau daftar tulisan terbaru di bawah.



Terbaru di SGPC

  • Plaza PP

    Plaza PP

    Kantor pusat PP kedua sejak tahun 1991. Berlantai 8, fungsional dan banyak taman.

  • Tempo Pavilion

    Tempo Pavilion

    Tempo Pavilion adalah gedung perkantoran era 1980an yang memiliki desain feminim. Terbaru! Gedung perluasan Bina Mulia II/Tempo Pavilion I

  • Hanurata Graha

    Hanurata Graha

    Atap joglonya dipasang diatas gedung bergaya internasional. Dahulu adalah kantor perusahaan dan yayasan milik Probosutedjo

  • Gedung Wahana Artha

    Gedung Wahana Artha

    Gedung di Jalan Gunung Sahari ini terlihat ramping, biasa-biasa saja dan dirancang hanya sebagai kantor dan dealer motor.

  • Gedung MPR/DPR/DPD-RI

    Gedung MPR/DPR/DPD-RI

    Gedung MPR/DPR/DPD-RI adalah gedung legislatif Indonesia yang awalnya bukan sebagai gedung legislatif, sekaligus monumen arsitektur nasional.

  • Graha Ganesha

    Graha Ganesha

    Inilah bekas kantor pusat Yamaha yang terselip di antara rukan-rukan tidak berharga di sekitar Harmoni. Secara sejarah modern, masih bisa dikatakan kaya sejarah