Bagi banyak mahasiswa jurusan arsitektur di Universitas Indonesia era 1980an dan awal 1990an, nama Suwondo B. Sutedjo sebenarnya tidak asing lagi karena merupakan salah satu Guru Besar sekaligus pengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. Berbeda dengan beberapa pengajar lainnya, ia memiliki portofolio yang bisa anda temukan di jalanan kota-kota besar Indonesia, dan sekaligus merupakan seorang birokrat melalui Tim Penasihat Arsitektur (TPAK) DKI Jakarta.


Nah, apa saja karya-karyanya dan riwayat hidupnya anda dapat baca di artikel spesial SGPC ini.
Suwondo B. Sutedjo masuk dunia arsitektur karena teman pamannya arsitek ternama
Suwondo Bismo Sutedjo, nama aslinya, lahir di Pekalongan pada 2 Juni 1928, anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga seorang pegawai Departemen Pekerjaan Umum era penjajahan Belanda (Hindia Belanda), sehingga sering pindah pekerjaan dan bersekolah.
Masa sekolah Suwondo diwarnai banyak versi – versi majalah Asri (#54, September 1987) menyebut SD/Europeese Lagere School di Blora, Hedista Rani (Dipl.-Ing. Arsitek) menyebut di Bogor dan Konstruksi (#112, Agustus 1987) menyebut masa SD sampai SMPnya di Semarang.
Pada tahun 1930an akhir Suwondo indekos di rumah pamannya di Bogor, yang kebetulan teman Friedrich Silaban. Semasa SMP di HBS Bogor inilah Om Wondo mulai tertarik ke dunia arsitektur setelah mendengar pembicaraan pamannya dan Silaban saat bermain catur. Namun, karir sekolah Suwondo terhenti karena Jepang masuk ke Hindia Belanda. Sebelum 1945, beliau baru melanjutkan masa SMA di Sekolah Menengah Tinggi Semarang, sebelum akhirnya ikut angkat senjata pada 1945-47 demi mempertahankan Indonesia Merdeka.
Wondo menyelesaikan masa SMA-nya di SMA 1 Yogyakarta sekarang pada 1948. Setahun kemudian ia memulai studi teknik sipil di Bandung, sebelum pada waktu bersamaan Belanda mulai menawarkan pendidikan beasiswa kepada mahasiswa Indonesia, yang dimanfaatkan segera oleh Suwondo. Dan sejak 1950 ia mulai kuliah di Sekolah Tinggi Teknik Delft (Technische Hogeschool Delft). Karena terserang tuberkulosis ia harus istirahat total dari 1951 hingga kembali kuliah pada 1954.
Namun, karena keributan diplomatik antara Indonesia dan Belanda, maka mahasiswa Indonesia di Belanda rata-rata angkat kaki. Suwondo, misalnya, hijrah ke Jerman Barat seperti halnya arsitek-arsitek Indonesia di Belanda. Ia melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Teknik Hannover (Technische Hochschule Hanover) pada 1958 hingga 1961.
Usai lulus, karirnya lebih banyak dihabiskan untuk mengajar dan berkarya. Awalnya mengajar di ITB mendampingi dosen asing, sejak 1970 beliau mulai bertugas di Universitas Indonesia hingga purnabhakti pada bulan Agustus 1993. Di dunia praktik, Suwondo membentuk PT Tetra Hedra bersama beberapa arsitek lainnya. Suwondo wafat pada bulan Oktober 2019.
Suwondo jarang merancang bangunan dan lebih banyak berdedikasi di pendidikan
Selama kiprahnya di blantika arsitektur nasional, Suwondo B. Sutedjo lebih banyak mencurahkan waktunya untuk pendidikan arsitektur dan juga opini terkait kebijakan perencanaan perkotaan. Namun, ia tidak melupakan untuk berkarya secara praktis, tetapi kebanyakan merupakan proyek-proyek swasta/pemerintah dan jarang merancang proyek-proyek yang berkaitan dengan tulisannya sendiri.


Foto oleh masgiant @ Panoramio.com (RIP 2004-2017)
Suwondo juga merupakan salah satu pemegang saham dan anggota dari biro arsitek Tetra Hedra yang merancang beberapa bangunan di kota-kota di Indonesia. Tetapi, tidak semua bangunan karya tim arsitek Tetra Hedra melibatkan Suwondo.
Dalam guide ini, SGPC tidak memasukkan rumah-rumah tinggal yang alamatnya tidak jelas serta rumah karya Suwondo di Pennsylvania, Amerika Serikat dan kota Seefeld (sebuah kota kecil dekat Munich) di Jerman.
Nama proyek | Alamat (Geocode) | Tahun konstruksi/desain | Catatan |
Rumah | Jalan Daksinapati Timur I No. 12 Jakarta Timur | i.t.a. | Rumah keluarga Suwondo B. Sutedjo |
Restoran Braga Permai | Jalan Braga No. 58 Bandung, Jawa Barat | des/kon 1961 (klaim CV Suwondo B. Sutedjo) k/l 1962-64 (est. SGPC) | Di bawah bendera “Biro Arsitek Prakarsa” bersama Soejoedi Wirjoatmodjo. |
Gardu Induk PLN Cigereleng, Bandung | Jalan PLN Cigereleng Bandung, Jawa Barat | des 1962 | Kemungkinan salah satu bangunan induk. Akses terbatas |
Pusat Pengembangan Geoteknologi BRIN Bandung | Jalan Sangkuriang Bandung, Jawa Barat | des 1964 kon 1964-65 | d/h Lembaga Geologi dan Pertambangan Nasional. Dibongkar k/l 2023. Bangunan dengan ventilasi memiliki karakteristik yang mirip dengan tembok pagar rumah Suwondo. |
Bank Mandiri KCP Pahlawan Revolusi Ternate | Jalan Pahlawan Revolusi Ternate, Maluku Utara | des 1972 | d/h Bank Ekspor-Impor Indonesia. Sebagian eksterior berubah total |
Hotel Metro Park View Semarang | Jalan K.H. Agus Salim No. 2 Semarang, Jawa Tengah | des 1971 kon selesai 1977 | Eksterior berubah total, ditinggikan sejak sekitar 1991. |
Pertamina Cirebon (perkantoran, Gedung Pertemuan Klayan, RSPC Cirebon) | Jalan Raya Cirebon-Lohbener Cirebon, Jawa Barat | kon 1973-74 | Akses terbatas |
Stadion Bima Cirebon | Jalan Yudhasari II Cirebon, Jawa Barat | des 1973 | Satu dari sedikit stadion di Indonesia yang dirancang tokoh arsitektur. |
Rumah Sakit Pertamina Cilacap | Jalan Setiabudi No. 1 Cilacap Selatan, Kab. Cilacap, Jawa Tengah | des 1975 kon 1975-77 | |
Gedung Kemenkop UKM | Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 3-4 Jakarta Selatan | des 1985 kon 1985-86 | Eksterior berubah total. Bersama dengan tim arsitek dari Tetra Hedra, Cakra Manggilingan dan Avas & Rekan. |
Gedung Dico Citas | Jalan Johar No. 5 Jakarta Pusat | des 1995 | |
Sekolah Islam Tugasku | Jalan Pulomas Jaya No. 2 Jakarta Timur | des 1998 | |
Gedung Kementerian Urusan Peranan Wanita (Kementerian PPPK) | Jalan Medan Merdeka Barat No. 15 Jakarta Pusat | i.t.a. | Dibongkar 2012. Dirancang bersama dengan tim Tetra Hedra. |
Positif-negatif
Positif | Negatif |
Suwondo B. Sutedjo lebih banyak memberi sumbangsih pada pendidikan arsitektur di tingkat universitas | Karya-karyanya tergolong medioker di mata fanatik arsitektur nasional |
Mirip dengan Silaban dan Masjid Istiqlal-nya, Suwondo yang menganut Nasrani membangun fasilitas untuk masyarakat Islam melalui SIT Tugasku |
Referensi
- “Dipl.-Ing. Suwondo B. Sutedjo IAI: Untuk tingkat dasar, sebaiknya ditangani pengajar yang berpengalaman.” Majalah Konstruksi No. 112, Agustus 1987, hal. 5-7
- Endang Indriarti; Rahmi Hidayat; Erie Sudewo (1989). “Suwondo tetap Suwondo, cuma sekarang bertambah wewenangnya….” Majalah Konstruksi No. 129, Januari 1989, hal. 5-7
- “Jangan mulai dari nol.” Majalah Asri No. 54, September 1987, hal. 79-82, 88
- Rahmi Hidayat (1993). “Arsitektur adalah masalah hati nurani.” Majalah Konstruksi No. 185, September 1993, hal. 13-15
- Moritz Henning; Eduart Kögel (ed. 2023). “Dipl.-Ing. Arsitek: German-trained Indonesian Architects from the 1960s.” Berlin: DOM Publisher. Hal. 146-151
Leave a Reply